Tiga Belas

270 42 2
                                    

"Disaat kehidupan kita yang sempurna direbut,bisakah kita memaafkan orang itu?"
-Dari seorang yang pedendam.

***

Alexandria atau Min Hyera, gadis kelahiran Korea-Perancis itu selalu senang bermanja-manja dibawah pangkuan ibunya. Tersenyum sembari menatap mata ibunya yang penuh dengan kasih serta kelembutan.

Duduk di meja makan sembari menikmati kue atau bernyanyi diiringin musik piano yang dimainkan oleh sang ibu.

Hidupnya terasa begitu bahagia,ditambah dengan perhatian ayahnya. Ia layaknya putri dinegeri dongeng dengan rumah bak istana.Tapi seperti kata kebanyakan orang,hidup manusia itu terus berputar.

Ayahnya tersingkir dari tahtanya. Tergantikan oleh seorang pria bertampang dingin yang tak lain adalah adik kandung ayahnya sendiri. Mereka memang tetap mendapatkan harta mereka. Tapi harga diri mereka sepenuhnya hancur. Terutama ayahnya yang memang menjujung tinggi harga dirinya. Ayahnya frustasi,ditambah rekan-rekan direkturnya dulu kini berpaling darinya.

Memang benar kata orang,uang dapat membeli loyalitas. Ayahnya depresi,apalagi ketika rumah istana mereka diambil alih oleh adik ayahnya,yang berarti menjadi syah milik adik ayahnya. Karena tekanan mental ditambah jabatannya dikantor turun,ayahnya tak kuasa menanggung beban hidup.

Ia kecewa terhadap ayahnya. Ia kecewa terhadap adiknya yang dengan tega merebut miliknya. Singkat cerita ia mengakhiri hidupnya.Seminggu setelah itu,ibunya juga menyusul ke surga karena sebuah kecelakaan. Hyera menjadi amat terpukul. Berhari-hari ia mengurung diri dikamar. Tak ada lagi pangkuan hangat dari sang ibu. Tak ada lagi alunan musik piano ibunya. Ia benar-benar sendirian.

Hyera melangkah keluar kamar. Ia melihat Haena,sepupunya,sedang bercengkraman bersama kedua orangtuanya. Tangan Hyera mengepal kuat. Hatinya bergejolak marah. Api dendam menyala-nyala dimatanya. Harusnya ia dan keluarganya disana. Harusnya ia yang ada disana.

"Kau dan anakmu akan merasakan apa yang kurasakan,"ia berucap penuh dendam.

***

"Jadi itu alasanmu ingin menghancurkan Yoo Jung?"tanya Kyungsoo setelah mendengar cerita Hyera.

Hyera mengangguk. Menyesap rokoknya dalam-dalam. Asap mengepul keluar dari mulutnya,berbaur bersama angin yang berhembus di Sungai Han.Mereka kini berada di Sungai Han. Saat Kyungsoo menanyakan alasan Hyera ingin bekerja sama dengannya.

Kyungsoo hanya menurut ketika Hyera mengajaknya keluar untuk menghirup udara segar. Meninggalkan pub yang penuh dengan bau alkohol. Hyera mungkin ingin menceritakan masa lalunya yang sedih di tempat yang tenang.

"Kenapa sepertinya kau tertarik pada Yoo Jung?"Hyera balik bertanya. Sebatang rokok terselip diantara jari telunjuk dan tengah kirinya.

Kyungsoo mendengus kesal. Ia heran kenapa Hyera suka sekali memancing emosinya. Apalagi tentang mengorek masa lalunya dengan Yoo Jung. Hyera tertawa melihat ekspresi Kyungsoo. Nadanya terkesan menghina.

"Well,kurasa iya ...,"ia berujar diiringin kekehan setelahnya.

Kyungsoo tak menampik itu. Toh kenyataannya memang benarkan. Ia masih menyukai gadis itu. Hyera masih menyesap rokoknya,matanya tertuju pada sungai. Kyungsoo memperhatikannya. Nasib mereka hampir sama.

Sama-sama telah mengalami alur yang pahit. Kyungsoo bahkan masih melihat tatapan mata Hyera yang penuh dengan dendam,sama persis seperti yang diilustrasikan oleh wanita berusia dua puluh delapan tahun itu. Tatapan juga yang sama ia miliki.

"Jika kau ragu,kau boleh mundur. Tapi jika kau memberi tahu misinya akan kupastikan kau tamat,bocah,"Hyera berucap santai,namun terkesan tegas.

Kyungsoo menatap Hyera. Tertawa sinis kepadanya. Ia merasa direndahkan. Kalau dia ragu mungkin dia akan masih tinggal di Jepang dan tidak akan menginjakkan kakinya di negri gingseng ini.

Elegant Lies(Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang