19 Agustus 2016
"Jadi begitulah mbak ceritanya, Ayah mbak dinyatakan bersih dari korupsi. Ehem.. bisa dikatakan bahwa ayah mbak adalah seorang pahlawan. berkatnya, kami bisa menemukan koneksi-koneksi kepada tikus-tikus pemerintahan. Benar bahwa ayah anda di fitnah oleh seseorang dan malah dituduh sebagai otak dari korupsi. Dan bodohnya kami tertipu mentah-mentah....."
".....Namun disisi lainnya, 50 orang terlibat korupsi sudah ditahan dipenjara. Berkatnya dalam 1 bulan ini angka korupsi di Indonesia telah turun 30%....." kata laki-laki paruh baya itu.
Pagi ini ia datang kerumahku beserta 5 kolegannya. Ia mengaku berasal dari pemerintah republik indonesia, dan berdalih ingin memberikan berita yang cukup baik untukku.
".....kami tau mungkin mbak selama sebulan ini sudah menjalani penderitaan yang sangat pedih, dan mungkin pemermintaan maaf kami tidak akan diterima...." nada bicaranya semakin menurun
"... jadi disini kami atas nama pemerintahan republik indonesia ingin menawark....."
"Lalu?" tanyaku memototong. menurutku ia sudah berbicara terlalu panjang.
"Lalu? Ehem lalu ayah anda......"
"Tidak-tidak selama ini saya tahu ayah tidak bersalah, maksud saya apa kalian tidak akan bilang pada media soal hal ini?"
Mereka yang sedari tadi terlihat gahar dan serius, sekarang terlihat sedikit tersontak mendengar jawabanku. Satu orang berkumis dan berdasi tertawa mendengar jawabanku. Apa mereka pikir aku sedang melawak?
"Maaf pak yang tertawa disana boleh keluar dari ruangan ini. bukakah ini pembicaraan serius?"
Lalu bapak-bapak berkumis itu hanya bisa cemberut menahan malu, kemudian iapun keluar dari ruangan.
Seluruh ruangan menjadi sunyi. Tatapan mereka menjadi sedikit was-was terhadapku.
"Ehem...Soal itu, begini mbak berkat hukuman yang sudah diterima ayah mbak, terbukti efektif mengancam para koruptor dan hal itu menurunkan angka korupsi di indonesia bahkan indonesia dinobatkan sebagai negara pemberantas korupsi terefektif dan terbanyak dan negara-negara lain ak......."
PRANG
Aku tak bisa menahan emosiku lagi. Aku melemparkan cangkir teh yang ada dihadapanku kearah tembok.
"APA KALIAN TERLALU MALU UNTUK MENGUNGKAPKAN KEBENARAN?! Apa itu yang hanya kalian pikirkan?! Dinobatkan?? Jangan bercanda, tentu saja kita dinobatkan karena jumlah koruptor dinegeri kita sangat banyak, sehingga yang kita tangani juga banyak! prestasi yang kalian banggakan itu cuma cemoohan! Kalian sedang dihina! Sadarlah!! apa kalian bodoh? Kenapa orang-orang seperti kalian bisa berada di posisi pemerintahan??"
Akhirnya pria berkacamata dan berambut putih yang sedari tadi diam mulai angkat bicara.
"CUKUP MBAK. Begini mbak, mbak boleh menghina kami, Terserah!! Tapi Mbak tolong bekerja sama dengan kami, Yang kami pikirkan adalah kebaikan negara, kepentingan rakyat! Pertimbangkan niat baik kami!! Jangan selalu menganggap kami itu buruk. Apa menurut mbak kami suka mengorbankan jiwa seseorang? Tidak!! Tidak sama sekali!! Namun jika hal itu bertujuan untuk menyelamatkan 10.000 jiwa, untuk menyelamatkan kepentingan negara, untuk mengembalikan uang yang seharunya untuk menghidupkan 1 juta jiwa, kami rela mbak!! Dalam kehidupan ini, mbak tidak bisa menyelamatkan semuanya. Mbak harus memilih!! Hidup ini bukan hitam dan putih, hidup ini abu-abu! Semua ada baik dan buruknya...."
Ruangan kembali sunyi. Tentu Kata-katanya membuatku tersontak dan berpikir.
".....Kami menawarkan mbak kehidupan baru, kami akan melindungi mbak secara sosial maupun hukum. Tolong mbak lihat kami yang berusaha menolong mbak. Kami mengerti perasaan mbak, kami bukan tuhan yang bisa menghidupkan ayah mbak kembali, tapi cuma hal ini yang bisa setidaknya kami lakukan untuk menebus semuanya..." suara pria itu melembut.
"....sekarang tolong mbak baca surat ini dan pertimbangkan kembali keputusan mbak, tepat sebulan lagi kami akan datang untuk mendengar keputusan mbak, selamat siang mbak"
Pria berkacamata dan berambut putih itu pergi begitu saja meninggalkan 4 kolegannya di ruangan itu.
Mereka mengucapkan salam padaku kemudian pergi meninggalkan aku dan kucingku, darwin sendirian.
Setelah mereka pergi, Aku menangis sejadi-jadinya. Lebih keras daripada saat melihat ayahku diborgol. Lebih keras daripada saat ibuku mati.
Aku benci semua ini. Ingatankupun mulai kembali kehari itu, dimana ayah tergantung-gantung ditengah kota dimana manusia dan setan saling bersahabat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perspektif (Update Every Saturday)
Mystery / ThrillerSemua cerita punya sisi yang berbeda. Semua orang punya benar dan salahnya sendiri. Semua tindakan punya alasan. Semuanya tergantung perspektif.