8

73 8 1
                                    

?????

"Ki..."

"ki..."

"Kiana"

"Kiana"

Suara itu samar-samar memanggilku, membawaku kembali ke alam nyata. Suara yang memanggil-manggilku bukanlah suara yang familiar ditelingaku. Suara yang memanggilku itu adalah suara robot perempuan yang sama sekali tidak memiliki intonasi. Monoton. Kepalaku pusing dan pandanganku kabur, hanya ada warna putih disekililingku

Setelah pandanganku mulai jelas, Aku melihat sekeliling dan akupun tersadar bahwa aku telah berada di dalam sebuah ruangan serba putih. Aku tersadar bahwa aku terikat dengan keadaan terduduk disebuah kursi dari besi yang berwarna putih juga. Tangan dan kakiku terikat oleh semacam gelang yang terbuat dari besi. Gelang itu sepertinya tertempel kuat karena adanya magnet yang sangat kuat yang membuatnya menempel dengan kursi. Dilihat dari tempat ini, Jelas sekali tujuan mereka bukan uang, akupun juga sudah tidak punya apa-apa lagi, jadi tujuan mereka apa?

Aku berusaha menggerak-gerakan tubuhku agar aku terlepas dari kursi itu, namun nihil.

"Lepaskan aku!" aku mulai panik. Seberkas Cahaya putih tiba-tiba menyala terang. Cahaya itu mengarah tepat ke mataku dan memaksaku untuk menutup mataku .

"Lepaskan aku! Bangsat!" kata-kataku mulai tidak terkontrol.

"Tenanglah" ujar suara monoton disebrang sana. Cahaya putih mulai kembali redup.

"Dimana aku?! Mau apa kalian? Bajingan kau pemerintahan!"

"Kami bukan dari pemerintahan."
"Apa....?" Ntah setelah aku tahu hal itu, aku lebih merasa aman atau lebih takut.

"Siapa kalian?"
"Kami ingin bekerja sama denganmu"
".....maksudmu?"

"Kau harus terima atau mati"
"...ja..jang..."
"Apa kau terima?"
"..."
"Kau tidak punya pilihan"

Tiba-tiba salah satu sisi tembok terbuka, dan masuklah seorang wanita berumur sekitar akhir 20an, mengenakan pakaian serba hitam yang sangat kontras dengan ruangan ini. Pakaiannya hampir mirip dengan seragam agen-agen yang sering aku lihat di film-film action. Rambut panjangnya dikucir kuda dan terlihat sangat rapih. Ia mendekatiku, perlahan. suara hak tingginya menggema diruangan. ia memiliki aura intimidasi yang sangat tinggi. Keringatku mulai mengalir deras.

"Kiana Wijayanto. 17 tahun, tinggi badan 158, berat badan 46, SMA Bangsa 1, golongan darah O, IQ 154, juara nasional bidang astronomi dan catur, unggul dalam bidang fisika, hobi baca koran tiap pagi, kucing persia abu-abu, tidak bisa naik sepeda, alergi kepiting, pernah patah tulang tangan kanan, tempramen, tidak sabaran, keras kepala, tidak bisa diatur, Punya nyali besar, ibu, Mati sejak dulu, ayah, baru-baru ini. anak tunggal, seharusnya anak kedua."

Wanita itu berjalan mendekat sambil menyebutkan data-data diriku. Bahkan ada data yang tidak aku ketahui, seperti tinggi badanku. Dari mana ia tahu? Bahkan aku saja tidak tahu. Ia menyebutkan semua itu dengan suara datar dan sangat lancar seakan-akan ia telah mempersiapkan hal ini selama berbulan-bulan. Ia seperti membaca sebuah dialog untuk sebuah pertunjukan drama.

"Jadi.... apa yang tidak aku ketahui kiana Wijayanto?"

Wajahnya kini berada tepat didepan mukaku. Aku menunduk ketakutan. Tanganku mulai gemetar.

"Kau mau mendapat keadilan?"

Seketika ketakutanku sirna. Apa? Aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Keadilan? Maksudnya apa?

"Aku bukan orang jahat kiana, aku tahu apa yang kau mau. Bukankah tujuan kita sama?aku juga ingin menegakan keadilan, untuk indonesia, untuk rakyat, untuk ayahmu"

Apa? Apa maksudnya ini?

______________________________________________

Halo! Maaf baru update lagi hehe. Sebenernya author belom dapet kuliah sih hehe:( jadi sebenernya hari selasa author mau ujian sbmptn terus karna udah h-2 author udh gaberani belajar lagi. Jadi mendingan author update wattpad wkwk. Terimakasi semua yang membaca! :)

Doain masuk ITB SAPPK!!! AAMIIN. Dan status story ini udah bukan hiatus lagi yeyy

Perspektif (Update Every Saturday)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang