28 September 2016
Ternyata ruangan ini merupakan sebuah lorong lebar yang bentuknya menyerupai gua atau lebih tepatnya lorong tikus. Lorong ini tidak berbentuk lurus melainkan melengkung kearah kiri. Disisi kanan lorong terdapat semacam laboraterium. Laboraterium dan lorong ini hanya dibatasi dengan kaca. Dari lorong ini aku bisa mengamati benda-benda serta orang-orang yang sedang berada di lab itu. Benda-benda di dalam lab itu terlihat lebih asing dari pada pintu-kaca-yang-kukira-pintu-biasa tadi. Benda-benda yang berada di dalam sana terlihat seperti benda-benda dari abad 25. Aku mulai curiga, jangan-jangan aku benar-benar terlempar ke masa depan?
Sepertinya lorong ini memang berfungsi untuk pengamatan ke laboraterium itu. Karena seperti yang sudah aku jelaskan tadi, aku bisa melihat seluruh isi Lab dari lorong. sebetulnya laboraterium tersebut letaknya agak dibawah, sehingga seluruh lab dapat terlihat. Setelah mengamati lebih lanjut, aku baru tersadar bahwa lorong yang sedang aku lewati sekarang mengelilingi laboraterium raksasa itu. Lab itu ukurannya sangat besar dengan bentuk ruangannya berupa lingkaran.
Sedangkan di sisi kiri sepanjang lorong terdapat banyak pintu kaca. Namun pintu-pintu itu lebih kecil dari pada pintu kaca yang diluar sana. Terlihat sederhana, tapi..ah sudahlah.
Akhirnya kami berhenti di salah satu pintu kaca. Pemindaian identitas dilakukan lagi seperti diluar tadi. Pintupun terbuka, namun kali ini yang terlihat hanyalah ruang kerja biasa dengan rak-rak yang penuh dengan buku-buku diseluruh sisi ruangan. Sepertinya pemilik ruangan ini sangat mencintai buku. Walaupun ini terlihat seperti ruangan biasa, aku meragukan ruang kerja ini adalah ruangan 'biasa'. Tapi setidaknya sekarang aku bisa merasakan aku kembali ke waktuku.
Di ujung kiri ruangan terlihat seorang ibu-ibu yang berusia sekitar 50an sedang duduk di meja kerjanya sambil membaca buku. Walaupun kami sudah masuk keruangan dari tadi ibu-ibu itu tidak bereaksi sama sekali dan tetap fokus membaca bukunya. Entah kenapa kami jadi hanya berdiri bengong didepan mejanya dan menunggu selama 3 menit.
"Ehem", Akhirnya salah satu dari orang pemerintahan yang bersamaku mencoba mengalihkan perhatian ibu-ibu itu dari bukunya.
"Wah ternyata kalian sudah sampai ya? Lama sekali" Tanya ibu-ibu itu, akhirnya mengalihkan wajahnya dari buku yang ia baca.
Siapa yang lama sih sebenernya bu??
Iapun menaruh buku yang dibacanya pada meja didepannya dan bergegas menuju sofa di tengah ruangan.
Aku mengamati cover buku yang ia baca. Salah satu buku Tere Liye rupanya, memang jika sudah menyentuh buku-buku Tere Liye susah rasanya untuk melepaskannya. Aku maklumi.
"Oh ini ya mbak Kiana? Duduk duduk nak" ujarnya sambil merapikan bantalan di sofa hitam itu. Orang-orang pemerintahan itu akhirnya meninggalkan aku berdua bersama ibu-ibu aneh ini.
"Jadi kamu mau minum apa?Teh?Kopi?" katanya sambil menyeduh teh hangat.
"Air putih saja" ujarku berusaha untuk sopan.
"Oh tapi aku sudah membuatkanmu teh" ujarnya sambil menaruh 2 gelas teh diatas meja.
Ia duduk disofa yang bersebrangan dengan sofaku.
"Tidak perlu banyak basa-basi, langsung saja. Kamu bisa memanggil saya Ibu Ona, Saya adalah kepala bagian administrasi yang akan mengurus dan membuat identitas barumu. Kamu Kiana bukan? Langsung saja Kiana, Apa Kamu tahu bagaimana prosedur penggantian identitas?"
"Tidak" Jawabku
"Yah tentu saja siapa sih yang tahu prosedurnya? Inikan rahasia negara. Hahaha. Ehem."
Tuhkan dia aneh!
"Baiklah akan saya beritahu, Kamu akan diberikan nama baru, latar belakang baru, tempat tinggal baru, uang jaminan, dan perlindungan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Perspektif (Update Every Saturday)
Mystery / ThrillerSemua cerita punya sisi yang berbeda. Semua orang punya benar dan salahnya sendiri. Semua tindakan punya alasan. Semuanya tergantung perspektif.