POL : One

332 21 3
                                    

"Arfa!!" teriak dua orang gadis dengan bersamaan sembari melambaikan tangannya ditengah kerumunan banyak orang yang kini sedang berdiri di tengah lapangan untuk menunggu instrupsi memasuki kelasnya masing-masing setelah 3 hari SMA Awangga ini mengadakan MOS untuk murid baru.

Gadis cantik berkulit putih nan berkucir kuda saat ini yang sedang berdiri sendirian tanpa teman, langsung menolehkan kepalanya kebelakang mencari sumber suara yang telah memanggil namanya.

Terdapat dua orang gadis yang kini sedang tersenyum kearahnya sambil kakinya terus berjalan melewati kerumunan orang-orang untuk menghampiri dirinya.

"Yaallah Fa, Gue sama Biva cari lo kemana-mana gak ada. Padahal kita udah sepakat ngumpul di depan gerbang" gerutu salah satu dari dua orang perempuan yang kini sudah berdiri dihadapan Arfa yang diketahui namanya adalah Cika Graytifa.

Seorang perempuan yang terlahir dari keluarga terpandang beda seperti Arfa yang terlahir dari keluarga sederhana.

Meskipun itu Cika tidak pernah membeda-bedakan ia dan Arfa terlahir dari keluarga terpandang maupun tidak. Karena Cika tidak butuh teman seperti itu. Ia butuh teman yang selalu ada untuknya dalam suka maupun duka.

Arfa memutar bola matanya jengah tat kala mendengar gerutuan yang telontar dari mulut Cika.

"Kita janjiannya jam berapa?" ucap Arfa santai sambil tangan bersidekap didepan dada.

"Emang sekarang jam berapa?" tanya Cika sambil melirik jam tangan yang berada di tangannya. Seketika matanya membulat sempurna melihat pukul berapa sekarang.

'Pantesan Arfa marah' batin Cika dengan melirik Arfa yang menatap kearahnya dengan salah satu alis terangkat.

Cika meringis, "hehee... gue gak tau Fa kalau sekarang jam 7. Emang lo dateng jam berapa?"

"Jam 6 lewat 15 menit" jawab Arfa sekenanya dan cukup membuat Cika melongo.

"Pantesan! Berarti udah setengah jam lebih lo nungguin kita ya Fa?" pertanyaan dari salah satu perempuan yang berdiri di sebelah Cika.

Arfa menganggukan kepalanya.

"Marah gak Fa?" pertanyaan konyol yang telontar dari perempuan itu membuat Arfa menghembuskan nafasnya lelah.

"Menurut kamu?" tanya Arfa dengan memincingkan alisnya sebelah.

Perempuan itu berpikir sejenak sambil mata menatap Arfa dengan serius. "Marah sih"

"Nah itu tau"

"Tapi lo marah gara-gara apa ya?" Pertanyaan konyol yang tak perlu di jawab keluar dari mulut perempuan itu membuat Arfa menghembuskan nafasnya kasar.

"Nauzubillah!! BIVA KINANTI!! berarti dari tadi lo tanya sama Arfa masih gak mudeng dia marah kenapa?? Astaga!!" seruan amarah yang keluar dari mulut Cika tiba-tiba dengan mengusap kasar nafasnya dan tangan mengepal keatas. "Ish!! Pantes ya julukan lo dari dulu TelMi! Terlambat Mikir tau gak?!"

Kalimat terakhir Cika dengan bodohnya di jawab gelengan oleh Biva membuat Cika seketika kesal dan ingin menonjok wajah lugu Biva kalau ia tidak ingat perempuan di sebelahnya ini adalah temannya atau disebut sahabatnya dari kecil.

Pursuit Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang