POL : Two

197 16 0
                                    

Arfa berjalan menaiki tangga penuh perlahan. Tinggal satu tingkatan lagi Arfa menuju kelasnya. Dengan penuh kesabaran Arfa menampaki tangga satu persatu.

Peluhnya berkecucuran membasahi keningnya. Bayangkan saja. Ia menaiki tangga sepanjang itu sampai lantai 3. Membuatnya takjub sendiri. Apalagi Arfa harus melakukan ini sepanjang hari tanpa ada cara lain.

"Sabar Fa, habis gini kamu nyampek. Dikit lagi" ucap Arfa menyemangati dirinya sendiri.

Perlahan-lahan Arfa sampai juga ditingkat 3 yang berarti tinggal ia mencari kelas 10 IPA 1. Banyak yang berlalu-lalang murid baru yang sama seperti halnya memasuki kelas yang sama dengannya maupun beda.

Arfa mendongakkan kepalanya menatap palang yang bertuliskan '10 IPA 1' yang artinya kelas yang akan ia masuki dan tinggali nanti. Kelas yang berada tepat di pojok sendiri. Kelas yang kini nampak ramai.

Arfa mulai memasuki kelasnya dan berjalan mencari bangku kosong. Ia mengedarkan kesana-kemari tapi nyatanya nihil. Tidak ada satu pun bangku kosong.

Arfa menggigit bibir bawahnya. Rasanya seperti ingin menangis. Ia bingung menoleh kesana-kesini tetap mencari bangku yang kosong nyatanya nihil dan membuatnya kelimpungan duduk dimana karena sebentar lagi guru yang menjadi wali kelasnya akan memasuki kelas ini.

'Yaampun. Rame banget nih kelas. Kayak pasar aja. Mana aku gak dapet tempat duduk lagi! Duh! Bingung nih mau kemana?' batinnya.

Arfa kembali melangkahkan kakinya, masih berusaha mencari tempat kosong. Walaupun ia duduk sendirian tak masalah yang penting ia bisa duduk dengan nyaman.

Belum satu langkah Arfa melangkah, tiba-tiba tangannya dicekal oleh seseorang, membuatnya menolehkan kepalanya kebelakang dan menemukan seorang laki-laki yang kini sedang tersenyum kearah Arfa.

Arfa menyengritkan dahinya bingung. Pasalnya ia tak pernah sekali pun bertemu dengan laki-laki yang kini sedang tersenyum kearahnya seperti orang mengenalnya tapi Arfa sama sekali tidak tahu.

'Siapa nih cowok? Ngapain dia senyum sama aku? Padahal aku gak pernah ketemu sama dia' batinnya lagi.

"Ehm... Maaf" ucap Arfa sembari melepaskan tangan laki-laki itu yang sedari tadi tak melepaskan cekalan ditangan Arfa.

"Sorry, gue gak ada maksud halangin lo jalan" ucap laki-laki itu sambil tersenyum kikuk.

Arfa hanya diam menatap penuh tanya kearah laki-laki tersebut.

"Oh iya, by the way lo gak dapet tempat duduk kan?" tanya laki-laki itu membuat Arfa menganggukkan kepalanya. "Sini duduk di sebelah gue. Gue juga belum ada temennya"

Arfa menyengritkan dahinya bingung dengan perkataan laki-laki itu. Bukannya ia tak mengerti, hanya saja.....

'Masa iya aku duduk bertiga sama mereka'

Laki-laki itu yang mengerti pandangan Arfa yang mengarah kearah seseorang yang kini duduk di sebelah bangkunya membuatnya tersenyum.

"Do lo balik gih ke kelas. Gue udah ada temennya" ucap laki-laki itu membuat seseorang yang duduk di sebelah bangkunya mendengus sebal.

"Kebiasaan! Kalau udah ada temen baru lo usir temen lama lo"

"Yaelah pengertian dikit napa sama temen"

Pursuit Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang