POL : Eleven

109 8 0
                                    

Satu putaran Arfa masih kuat. Dua putaran Arfa sedikit merasa kelelahan. Semua temannya sudah pada duduk di tempat asal tadi, kini hanya dirinya yang masih lari kurang 3 putaran lagi.

Arfa terus berlari walaupun kakinya terasa lemas tapi tetap ia gunakan untuk lari. Saat putaran ketiga pandangan Arfa sedikit kabur. Pusing melandanya. Pinggangnya terasa sakit. Kakinya sudah terasa lemas tak kuat untuk ia gerakan lagi untuk lari.

Detik kemudian tubuhnya limbung dan tak seimbang. Arfa langsung terjatuh dan pingsan di atas aspal lapangan.

Sontak seluruh temannya yang melihat Arfa lemah tak berdaya langsung saja berteriak memanggil nama Arfa.

"Arfa!!!"

Garfa yang tadi sedang berbicara dengan Fizal, sontak langsung memandang kearah Arfa yang kini tertidur di lapangan dengan lemas tak berdaya. Semantara Dita yang sibuk mendengarkan arahan dari Pak Andi sontak saja mata memandang terkejut kearah Arfa yang lemas tak berdaya.

"Arfa!" teriak Garfa dan Dita barengan sambil berlari menuju Arfa.

Sementara yang lain langsung saja mengomel kearah Pak Andi yang ternyata juga sama terkejutnya melihat Arfa pingsan.

"Pak! Arfa pingsan gara-gara bapak" ucap Eca sedikit kesal.

"Loh? Jangan nyalahin saya. Saya gak tau kalu ternyata fisiknya dia lemah"

"Tetep aja bapak salah! Lemah atau kuat itu tetap gak boleh bapak kasih hukuman yang berat. Sekarang lihat kondisi Arfa" sahut Fizal yang juga ikutan mengomel.

"Iya Pak, kasian Arfa"

"Iya, kasian Arfa"

"Tanggung jawab Pak!"

"Iya Pak"

Sahutan demi sahutan menyerang Pak Andi membuat laki-laki paruh baya itu pengap mendengarnya.

"Oke! Saya tanggung jawab! Mohon kalian diam semuanya! Biar bapak yang urus Arfa!"

Kini semua murid kelas 10 IPA 1 langsung terdiam dibuatnya.

Dan laki-laki paruh baya itu bergegas berjalan menuju Arfa yang pingsan ditengah lapangan diikuti semua murid 10 IPA satu langsung berhambur mengintari Arfa.

"Fa... Fa... Bangun dong? Jangan bikin gue khawatir. Fa.. Arfa... Bangun" ucap Garfa dengan penuh khawatir sambil menepuk pipi tirus Arfa pelan dan menatap Arfa yang lemas tak berdaya ini dan wajah pucat pasi yang menghiasi mukanya.

"Fa... buka mata kamu dong. Jangan bikin aku khawatir kalau tau begini mending aku halangin kamu meskipun kamu bilang jangan" ucap Dita khawatir yang berada disamping Garfa sambil menguncang pelan lengan Arfa.

Garfa menyengritkan dahinya bingung dengan perkataan Dita, "maksud lo apa Dit?"

Dita menatap Garfa bingung, "maksud yang mana?"

"Itu maksud lo yang lebih baik kamu bilang ke Pak Andi kalau tau hasilnya kek gini"

Ucapan Garfa membuat Dita sedikit terkejut. Betapa bodohnya dirinya saat berkata seperti itu. Untung saja ia tidak sampai keceplosan menyebutkan tentang penyakit Arfa.

"Eng.... enggak kok Gar. Gak ada apa-apa. Maksud aku tadi cuman-, Arfa kamu udah bangun?"

Ucapan Dita terhenti tatkala melihat Arfa sempat membuka matanya sedikit tapi hanya sebentar sebelum Arfa kembali menutupnya.

"Gar, mending lo sekarang bawa Arfa ke UKS" saran Eca.

Garfa menganggukkan kepalanya, "bener ucapan lo. Zal bantuin gue angkat Arfa"

"I... Iya. Iya" ucap Fizal.

"Aku ikut!" ucap Dita dengan cepat.

"Terserah" balas Garfa sebelum ia dan Fizal mulai mengangkat Arfa untuk segera dibawa ke UKS.

×××

"Sebenarnya dia sakit apa?" tanya Pak Andi tiba-tiba dengan memecahkan keheningan.

Kini yang berada di dalam UKS menunggu Arfa untuk bangun dari pingsannya cuma ada Dita, Garfa dan Pak Andi. Sementara lainnya sudah kembali ke kelas.

Garfa yang duduk di kursi sebelah bangker yang di tiduri Arfa, menolehkan kepalanya menatap Pak Andi yang berdiri di sampingnya dengan pandangan menatap Arfa yang tengah tertidur.

"Saya tidak tahu Pak. Setau saya tadi dia bilang kalau tidak ikut olahraga dengan alasan ada tugas lain yang di beri Pak Harjo" ucap Garfa sesopan mungkin.

Pak Andi menganggukkan kepalanya paham. Setelah itu ia melihat kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya sebelum ia menyampaikan pesan keapda Garfa karena ia ada urusan penting. "Garfa, saya percayakan Arfa utuk kamu jaga karena saya ada rapat sekarang"

"Iya Pak"

Setelah berucap, Pak Andi langsung berpamitan kepada Garfa dan Dita yang berada diruangan itu yang hanya diangguki dan disertai senyuman oleh Dita dan Garfa sebagai jawabannya.

Selepas perginya Pak Andi, ruangan menjadi hening seketika. Tak ada satupun diantara Garfa dan Dita membuka percakapan walaupun satu kata. Garfa sibuk memperhatikan wajah Arfa yang nampak pucat pasi. Sementara Dita yang sedari tadi berdiri di seberang hadapan Garfa hanya bisa menatap cemburu kearah Garfa yang begitu perhatiannya kepada Arfa.

Entah kenapa hatinya terasa sakit ketika Dita melihat perhatian yang begitu lebih di curahkan hanya untuk Arfa. Dia merasa iri. Kenapa bukan dia yang diperlakukan seperti Arfa oleh Garfa. Kenapa bukan dia?! Entah kenapa batinnya selalu menjerit dan selalu merasa iri kalau Arfa begitu dekat dengan Garfa.

Walaupun dulu ia selalu merasakan perlindungan yang dicurahkan oleh Garfa tapi ia tak pernah sekalipun mendapat perhatian dari Garfa walaupun ia selalu mencari perhatian di depan Garfa yang tentunya hanya dibalas acuh dan cuek oleh Garfa. Tidak seperti Arfa saat ini.

Entah kenapa dalam keadaan seperti ini seharusnya dia tidak boleh merasa iri tapi entah kenapa perasaan iri yang selalu menginap dihatinya begitu datang tiba-tiba walaupun disaat seperti ini yang seharusnya Dita merasa khawatir terhadap Arfa bukannya merasa iri.

'Yaallah Dit, apa yang kamu pikirkan? Kamu itu seharusnya khawatir dengan keadaan Arfa bukannya merasa iri?!!' -batin Dita yang berusaha menyadarkan dirinya sendiri.

"Dit lo gak capek apa berdiri terus?"

Pertanyaan yang tiba-tiba di lontarkan Garfa membuat Dita yang tadinya sibuk menyadarkan dirinya sontak mendongakkan kepalanya menatap Garfa.

"Hah?"

"Lo gak capek apa berdiri terus dari tadi?" ulang Garfa.

"Oh..., enggak kok" ucap Dita sambil tersenyum kearah Garfa walaupun senyuman itu tak dibalas oleh Garfa. Yang ada Garfa malah menganggukkan kepalanya dan kembali menatap Arfa yang tak kunjung bangun.

2 sampai 5 menit keadaan masih hening sampai tiba-tiba ada dua cewek yang masuk kedalam UKS dengan tergesa-gesa kemudian menghampiri bangker Arfa dengan tatapan khawatir.

Garfa yang melihat kedua cewek tersebut sontak membuatnya bingung lain halnya dengan Dita yang hanya menatap biasa saja kearah dua cewek tersebut.

Tbc

Pursuit Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang