POL : Eight

123 12 0
                                    

"Dek gimana sama sekolahnya? Maaf ya ayah baru sempet nanya tentang sekolah kamu"

Arfa yang sedang membawa sepiring lauk karena sedari ia tadi sibuk membantu Bundanya untuk menyiapkan berbagai makanan sederhana yang akan di hidangkan dimeja makan, kini sejenak ia menghentikan aktifitasnya saat ia telah menaruh sepiring lauk itu diatas meja makan lalu menatap sang Ayah yang sudah kelihatan tak muda lagi dengan senyuman.

"Gak papa yah, lagian sekolah Arfa ya gitu-gitu aja. Gak ada yang istimewa cuman Arfa sedih yah tiap hari harus naik turun tangga tingkat tiga" keluh Arfa.

Ayah Arfa menyengritkan dahinya bingung, "ngapain?"

Arfa menghela nafasnya sebelum ia duduk dimeja makan karena sarapan sudah di sajikan semuanya sama Bundanya.

"Kan kelas Arfa di sana yah"

"Oh..." ayah Arfa hanya mengangguk-anggukan kepalanya. "Makasih Bun" ucap Ayahnya sembil tersenyum menatap sang istri saat hidangannya disiapkan oleh sang istri tercinta yang sedia kala menemaninya hingga saat ini.

"Iya" jawab Bundanya membalas senyuman sang suami.

Arfa yang melihat keharmonisan keluarganya sampai saat ini membuatnya bahagia sendiri. Walaupun mereka diberi kehidupan yang serba pas-pasan namun mereka tidak pernah mengeluh karena kata orang tua Arfa mengeluh tentang kehidupan itu tidak baik dan Arfa pun juga tak mempermasalahkannya asalkan hidup mereka selalu dalam kebersamaan suka maupun duka.

"Apa gak ada masalah sama penyakit kamu dek?" tanya Bundanya dengan menatap Arfa khawatir.

Arfa menatap sang Bunda dengan senyuman.

"Untungnya enggak Bun soalnya Arfa gak tergesa-gesa pokoknya selama gak dibuat lari aja Arfa masih kuat kok"

"Yaudah kalau ada apa-apa jangan lupa telfon Bunda. Obat selalu kamu bawa kan?"

Arfa menganggukan kepalanya. Kini suasana di meja makan menjadi hening. Mereka bertiga sama-sama sibuk dengan aktifitasnya.

Karena memang dari dulu orang tua Arfa selalu mengajarkan sopan santun termasuk saat ini makan di meja makan haruslah dengan suasana hening tidak boleh makan sambil berbicara, bermain handphone atau apapun dan kebiasaan itu selalu Arfa terapkan hingga ia menginjak dewasa.

Tak butuh waktu lama, Arfa beserta kedua orang tuanya telah menyelesaikan makanannya.

Dan seperti kebiasaan di pagi hari setelah selesai sarapan pagi kini Ayah Arfa bersiap-siap berangkat kekantor sementara Arfa bersiap-siap berangkat kesekolah.

"Dek mana kakak kamu kok dari tadi gak muncul. Panggil gih? Keburu telat kamunya" perintah Ayahnya yang langsung di angguki oleh Arfa.

Tapi baru beberapa langkah Arfa melangkah untuk menaiki tangga menuju kamar sang kakak, ia hentikan tat kala melihat sosok laki-laki tampan nan gagah baru keluar dari kamarnya dan kini sosok itu sedang menuruni tangga.

"Kak udah selesai ngerjain tugasnya? Tuh adek kamu mau berangkat anterin gih"

"Udah Bun, maaf ya Dimas gak ikut sarapan soalnya kemarin Dimas lupa gak ngerjain tugasnya apalagi tugasnya dikumpulin hari ini"

Pursuit Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang