POL : Fifteen

79 5 0
                                    

Sudah dua hari ini Arfa berdiam diri dirumah membuatnya merasa bosan sendiri. Melakukan hal apapun selalu dilarang membuatnya jengah sendiri. Ingin ia membantu Bundanya walaupun hanya mengirim baju londryan yang udah dicuci tapi selalu dilarang oleh Bundanya. Justru Arfa disuruh Bundanya untuk istirahat sepenuhnya sampai pulih.

Padahal sehari sebelumnya Arfa sudah merasakan tubuhnya kembali sehat dan bisa beraktifitas sepenuhnya tapi tetap saja Arfa disuruh untuk istirahat. Tidak boleh melakukan aktifitas apapun. Yang hanya bisa ia lakukan hanyalah membaca novel kesayangannya yang berada di tumpukan rak kamarnya.

Arfa bosan setiap hari yang ia lakukan hanya lah kegiatan seperti itu. Ingin rasanya ia berangkat kesekolah tapi selalu dilarang alasannya nunggu sampai pulih. Dan Arfa selalu mengelak alasan itu dengan berkata bahwa ia sudah pulih dan sehat total.

Seperti saat ini ia masih berusaha agar mendapat ijin Bundanya. Sungguh ia rindu sekolah.

"Bun, besok Arfa sekolah ya? Arfa bosen dirumah terus" rengek Arfa dengan bibir cemberutnya sembari menatap Bundanya dengan tatapan memohon.

Bundanya yang saat ini sedang sibuk memilah beberapa baju tumpukan yang kotor yang nantinya akan di masukkan kedalam mesin cuci, sejenak ia hentikan dan lebih memilih menatap sang anak  kesayangannya yang saat ini sedang mengerucutkan bibirnya.

"Kamu inget kan apa kata dokter waktu itu?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh Bundanya membuat Arfa terdiam.

"Bunda tau kamu udah sembuh total, udah bisa ngelakuin aktifitas apapun tapi walau begitu Bunda masih takut kalau sampai kamu kecapekan sedikit pun aja. Kalau nanti disekolah kamu sampai kenapa-napa gimana?"

Arfa mengerti apa yang khawatirkan Bundanya. Bukannya ia ingin menjadi anak pembangkang yang tak mau menuruti apa kata orang tuanya hanya saja.... ia ingin ke sekolah daripada di rumah yang ia dapat hanya kejenuhan.

"Arfa tau Bun, tapi Arfa bosan dirumah Arfa pengen sekolah. Udah 2 hari dan pastinya banyak pelajaran yang tertinggal. Dan Bunda tau Arfa bukan tipikal anak pemalas yang ngebiarin gitu aja pelajaran yang tertinggal. Jadi tolong percaya sama Arfa Bun, Arfa bisa jaga diri Arfa. Lagian Arfa selalu bawa obat kemanapun kok tenang aja. Jadi ijinin ya?"

Bundanya yang menangkap binaran dan keharapan dimata Arfa sungguh membuatnya tak tega kalau tak menurutinya. Sejenak ia menghela nafasnya, membuang sedikit rasa khawatir terhadap anaknya.

"Yaudah Bunda ijinin. Mulai besok kamu udah boleh sekolah. Tapi Bunda minta tolong sama kamu, kamu harus hati-hati dan jangan sampai kamu kecapekan sedikit pun. Janji!"

Dengan cepat Arfa menganggukkan kepalanya, "siap!" sambil menaruh telapak tanganya di keningnya seperti membentuk hormat.

Dan tingkah laku dan ucapan riang Arfa sungguh mengundang gelak tawa Bundanya sekaligus dirinya.

"Yaudah sana kamu kekamar terus istirahat besok kamu kan mulai sekolah" ucap Bundanya dengan mendorong pelan bahu Arfa seraya menuntunnya sampai kamar.

Arfa menghentikan langkahnya, lalu membalikkan badannya menatap sang Bunda yang menatapnya dengan penuh tanya.

"Ada apa lagi dek?"

Arfa tersenyum dan menggelengkan kepalanya dengan polosnya.

"Butuh bantuan gak bun?"

"Bantuan? Bantuan apa?"

Pursuit Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang