15

9.8K 625 3
                                    

Disisi lain fania yang merasakan hp bergetar di saku jaket vino

Fania mengambil hp itu
"Mama? Mamanya vino telvon, angkat gak ya!! Jangan deh mending gue langsung ke rumahnya aja"

Fania berputar arah kembali ke depan komplek, dan menyetop taxsi

Fania masuk ke dalam taxsi
"Melati putih blok c12, cepet ya pak"

Sampailah fania didepan rumah vino
Tokk tokk tokk
Ceklek

"Loh fania? Ayo masuk" mama vino
"Makasih tante"

Fania melihat laki laki duduk disofa

"Ayo duduk fania, ini papanya vino" mama vino
"Fania, om"
Fania mencium tangan papa vino

"Pacarnya vino?" papa vino
"Bukan om, saya temannya" fania

"Jadi ini yang selama ini kamu ceritakan?" papa vino kepada mama vino
"Iya pah, dia sudah membawa pengaruh besar dalam perubahan vino" mama vino

"Cantik, tapi vino belum pulang sejak tadi fania" papa vino tersenyum

"Oh, iya om. Tadi vino sama saya, tapi dia sudah saya suruh pulang kok om" fania

"Tadi tante telvon vino juga gak diangkat" mama vino

"Maaf tante, hp vino ada sama saya. Dan ini jaket vino"
Fania mengambil hp dan memberikan jaket vino kepada mama vino

"Kemana anak itu!! Sudah malam masih kluyuran!!" papa vino mengepalkan tangannya

"Sabar pah, sebentar lagi pasti dia pulang" mama vino menenangkan papa vino
"Fania, kamu mau nunggu vino atau mau pulang?"

"Saya..." ucapan fania terpotong oleh kedatangan vino

Papa vino berdiri dan fania beserta mama vino ikut berdiri

"Dari mana saja kamu!!" bentak papa vino
"Pah" vino menghampiri papanya dan mencium tangan papanya

"Papa bilang, dari mana saja kamu!! Bukannya belajar malah kluyuran!!" papa vino
"Maaf pah" vino
"Mau jadi apa kamu, jika setiap hari seperti ini!! Contoh alvina, belajar!! Nggak kluyuran terus kayak kamu!!"
"Pah!! Sampai kapan papa banding bandingin aku sama vina? Aku punya bakat sendiri, dan papa gak bisa nentuin kehendak papa!! Egois!!"
Vino berjalan ke kamarnya

Braakk
Vino membanting pintu kamarnya

Alvina keluar kamar dan berjalan ke arah mamanya
"Mah, vino kenapa?" alvina memeluk mamanya

"Nggak papa sayang" mama vino melepas pelukannya

Papa vino duduk dan mereka semua duduk

"Om, fania boleh bicara sama om? Tapi sebelumnya fania minta maaf mungkin fania lancang ikut campur dalam urusan keluarga om" fania

"Bicaralah" papa vino

"Om punya hobi apa?" fania

Papa vino mengernyit
"Dulu om suka sekali melukis"

"Lalu?" fania

"Bahkan saya pernah mendapatkan banyak piala dari berbagai macam lomba melukis"
Papa vino mulai tersenyum

"Oh ya? Om hebat dong" fania
"Ya jelas lah, hampir separuh dari lukisan lukisan yang dipasang disini itu karya om" papa vino
"Wahh,, om keren. Om sekarang kerja apa?"
"Saya pengusaha, dan memimpin perusahaan keluarga"
"Kenapa om gak jadi pelukis aja?"
"Om adalah anak satu satunya, jadi om harus memimpin perusahaan keluarga. Sebenarnya itu cita cita om, dari mana kamu tau kalo saya ingin jadi pelukis?"
"Karna om hobi melukis, dan itu adalah bakat om"
"Kamu pintar"
"Jadi, om senang dengan aktivitas om saat ini?"
"Mau bagaimana lagi, mau tidak mau saya harus menjalaninya. Ini kewajiban saya"
"Nah, itu dia!!"

Semua yang ada di ruang tamu mengernyit
"Semua orang punya bakat dan tujuan masing masing om, begitupun juga vino. Om tidak boleh bersikap seperti itu kepada vino. Vino punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh alvina, begitupun sebaliknya. Lagian mereka masih remaja, masih labil. Mereka tidak tau takdir mereka kedepannya seperti apa? Suatu saat vino pasti mengerti bahwa tanggung jawab yang dipikulnya di kemudian hari itu sangat besar. Dan saya yakin, vino akan berhasil manjadi apa yang om inginkan. tidak sekarang, besok, atau suatu saat nanti. Tapi vino akan mengerti pada saat dimana dia sudah mengerti" Fania

Mereka semua tersenyum
"Kamu benar, saya salah, saya egois. Pantas saja vino nyaman dengan kamu. Bahkan kami juga senang dekat dengan kamu. Terima kasih fania"

"Sama sama om. Oh ya, kemaren ulangan matematika vino dapat 93 loh om" fania

"Oh ya?" mareka bersamaan
"Kemajuan pesat nih!! Lanjutkan fania" alvina

"Iya!! Kalo tidak percaya, bongkar saja tasnya. Oh ya om, om harus minta maaf sama vino, vino butuh kasih sayang dari om. Tidak mendapat kasih sayang orang tua itu gak enak om" fania

Karna gue udah ngalamin sampe detik ini batin fania

"Ok" papa vino
"Saya pulang dulu om, nanti kakak saya khawatir"
Fania berdiri

"Bentar fan" alvina berdiri dan berlari ke kamar vino

Alvina keluar sambil menyeret vino
"Buruaaann" alvina
"Iya iya, bawel lo" vino

"Buruan gue anterin, udah malem juga pake kesini lagi" vino

"Wahh!! Awas aja lo ya kalo sampe nyuruh gue dateng kesini!!" fania

"Vino, nanti papa mau bicara penting sama kamu" papa vino

"Kalo gue inget"
Vino berjalan ke luar rumah

"Saya permisi" fania berlari keluar rumah

Mereka mengendarai mobil

"Di halte depan..." ucapan fania terpotong
"Gue udah tau" vino

Mobil vino berjalan terus sampe ke rumah asli fania

"Loh kok kesini?" fania
"Gak usah bohong lagi, gue udah tau tentang lo" vino

"Tau tentang apa?"
"Lo anaknya tuan pramuja adiknya rio"

Huft kirain dia tau semuanya!! Tapi... Batin fania

"Lo tau dari mana?" fania
"Apa sih yang gak gue tau" vino

"Dasar penguntit sialan!! Ya udah gue masuk!! Hati hati" fania keluar dari mobil

Mobil vino meninggalkan rumah itu
Fania masuk kedalam rumah, dan rumahnya sudah gelap. Pertanda bahwa kakaknya sudah tidur

Fania berjalan ke kamarnya,
Fania merebahkan tubuhnya
Namun ada tangan yang melingkar di pinggangnya

"Kak rio!! Ngagetin aja deh!!" fania
"Ciee yang abis kencan? Lama banget" rio
"Dia udah tau kalo gue adek lo kak" fania
"Bagus dong"
"Kok bangus? Jangan jangan lo yang kasih tau!!"
"Nggak lah!! Lo tau gue dek!!"
"Ya udah deh, selamat tidur"
"Too" rio mengecup kening fania

Mereka pun terlelap dalam mimpi masing masing

STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang