Final

1.3K 123 12
                                    

Nash P.O.V

Jacob memberhentikan mobilnya di depan sebuah gedung bertingkat yang terlihat sangat tidak terawat, pagarnya bahkan sudah hilang entah kemana dan ilalang yang tumbuh di pekarangan gedung ini menjadi ciri bahwa gedung ini sudah tidak ditempati oleh siapapun.

Semua bagian gedung ini sangat gelap tidak ada cahaya penerangan apapun disini,hanya ada sebuah ruangan di belakang gedung yang bercahaya. Jacob melangkahkan kakinya berjalan menuju ruangan itu namun tak lama kemudian dia berbalik menatapku dan menghela napas "dengar,kau bisa saja menyelamatkan Miranda dari semua rencana Olivia,percayalah aku akan membantumu"ucapnya.

Sebenarnya aku sedikit ragu dengan ucapannya, bagaimana tidak?bukankah dia yang membantu Olivia menculik Miranda?dan bukankah dia yang waktu itu datang untuk mencelakai Miranda "tolong jangan menatapku seperti itu"dia menarik napas panjang sebelum berbicara lagi "mungkin kau berpikir tentang kejadian tahun lalu atau kejadian beberapa minggu yang lalu,tapi aku bukanlah orang yang bodoh,aku tau semua rencana jahat Olivia dan ternyata selama ini,dia hanya memanfaatkanku"

Apa aku harus percaya dengannya?Apa semua yang dikatakannya itu benar?Entahlah aku ragu dengan semua ucapannya. "bagaimana aku bisa mempercayaimu?"tanyaku "kau bisa menghubungi polisi jika aku tidak membantumu menyelamatkan Miranda"ucap Jacob meyakinkanku "apa itu mungkin?polisi tidak akan datang ketempat ini dengan cepat,lihatlah tempat ini bahkan sangat terpencil"ucap itu tertawa.

"pegang ini, Jika aku mengingkari janjiku, Kau bisa membunuhku"dia mengeluarkan sebuah pisau kecil dari saku di jaketnya lalu dia memberikan pisau itu kepadaku. Aku menatap benda terkutuk ini dengan sangat takut dan semua pemikiranku tentang kejadian setahun yang lalu kembali terputar dikepalaku, Aku melihat dengan sangat jelas bagaimana benda terkutuk ini menusuk kulit kulit halusnya, bagaimana dia terjatuh dengan sempurna di dalam pelukanku dan bagaimana dia menatapku dengan senyum kecilnya dan ternyata itu terakhir kalinya dia tersenyum sangat tulus kepadaku.

"hapus semua pemikiranmu itu, Hamilton"Jacob mengejutkan ku dengan ucapannya itu, Bagaimana dia tahu aku sedang memikirkan kejadian itu? "kau hanya perlu ikuti aku"ucapnya dan aku pun menuruti ucapannya itu, Aku mengikutinya dari belakang dan langkahnya berhenti didepan sebuah tembok besar berwarna abu abu. Dia mengedarkan pandangannya ke segala arah dan setelah selesai, Dia berbalik menatapku "kau masuk kedalam, Aku akan berjaga diluar sini"perintahnya

"Bagaimana jika Olivia berada didalam sana?"tanyaku. Dia tersenyum "dia tidak ada, Aku yakin" Akhirnya aku memberanikan diri memasuki ruangan ini dengan satu senter di tanganku. Aku membuka pintu tua dihadapanku dan menimbulkan suara yang cukup kencang.

"Siapa disana?tolong lepaskan aku" Gotcha aku tahu suara ini, Aku sangat yakin bahwa ini suaranya "Miranda?"ucapku memastikan "NASH"ucapnya dengan sangat kencang setelah dia melihatku. Aku tersenyum lalu berjalan dengan hati hati menghampirinya "kau tidak apa apa?" dia tidak menjawabnya dia hanya menangis dan menatapku.

"Bagaimana kau bisa masuk?"tanyanya. Aku tertawa kecil mendengar ucapannya, Jelas saja aku bisa masuk pintunya sama sekali tidak dikunci, dan bagaimana bisa terkunci itu pintu tua yang sudah hampir rapuh. "tidak dikunci"ucapku tersenyum.

Dia memelukku dengan sangat erat lalu menangis di dalam pelukanku. "aku takut"ucapnya lirih "aku akan membawamu pergi, Kau tak perlu takut"ucapku menenangkannya "bawa aku pergi sekarang,aku mohon"ucapnya lirih "just hold my hand and don't scream"ucapku membantunya berdiri lalu menggenggam tangannya erat.

Baru beberapa langkah kami berjalan, Seseorang mendobrak pintu dengan sangat keras "well, Hamilton rupanya kau cukup berani"ucapnya dengan tatapan sinis "apa yang perlu aku takutkan?"tanyaku memberanikan diri. Miranda bersembunyi dibelakangku dan tetap menggenggam tanganku erat.

"Jangan mencoba menjadi pahlawan"ucapnya mengejek "setidaknya itu lebih baik daripada mencoba untuk menyakiti adikmu dan menyebutku seorang psikopat"ucapku "DIAM KAU!!!"bentaknya. Dia berjalan lebih dekat menghampiri kami dan berhenti beberapa langkah dihadapanku.

"kau memang psikopat, kau membunuh kekasihmu sendiri tahun lalu"ucapnya. Seluruh badanku melemas ketika dia mengatakan kau membunuh kekasihmu sendiri "dan lihatlah sekarang siapa psikopat sesungguhnya"ucapku mengejeknya.

Aku bisa melihat Jacob berdiri di depan ruangan ini,tepatnya di samping pintu yang sudah hampir rapuh itu. Dia mengatakan sesuatu kepadaku beberapa kali sampai akhirnya aku bisa memahami apa yang dia katakan.

"kau mendengarku, Hamilton?"tanya Olivia yang kini sedang menatap Miranda dengan tatapan intens "apa?bahkan kau tidak mengatakan apapun"ucapku yang memang tidak mendengar apa yang dia katakan. "aku akan membebaskan Miranda tetapi dengan satu syarat"ucapnya dengan senyum licik "apa?"tanyaku penasaran "menikahlah denganku"ucapnya tersenyum, Masih dengan senyuman liciknya "TF"teriakku tepat di depan wajahnya, Dia terlonjak kaget dengan apa yang aku katakan, Ya aku akui itu memang kata kata kasar tetapi sungguh aku sangat amat terkejut mendengarnya.

"well baiklah jika kau tidak mau, dia akan menjadi milikku"ucapnya menarik lengan Miranda kasar "NO"teriakku lagi,kini dengan suara yang cukup besar sepertinya. Ini tidak adil, Kenapa dia begitu jahat dengan semua wanita yang dekat denganku? Kenapa dia tega menyakiti adiknya sendiri? Kenapa dia tidak pernah membiarkanku hidup bahagia.

Samar samar aku mendengar suara sirine dari luar gedung ini, Olivia terlihat sangat panik, Bahkan sekarang dia mencoba untuk bersembunyi dibalik tumpukan kardus di sudut ruangan. Aku berlari menghampirinya dan mendorong kardus kardus itu yang alhasil membuat kardus itu terjatuh

Olivia terdengar beberapa kali mengumpat dengan kata kata kasar sebelum akhirnya dia mengeluarkan sebuah benda dari kantung jaketnya. Dia mengeluarkan sebuah pistol, Awalnya aku kaget dan hanya bisa berdiam di tempatku semula sebelum akhirnya aku mundur beberapa langkah ketika aku tersadar dia mendohkan pistol itu kearahku. Mataku terpejam sempurna ketika melihatnya mulai mendekat, Kedua kakiku lemas dan tidak bisa digerakan lagi, Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, Aku hanya berharap aku bisa tetap hidup tanpa ada Olivia yang mengangguku.

Terdengar suara tembakan yang sangat keras, tidak aku tidak mau membuka mataku sekarang, aku yakin aku sudah tidak berada di gedung tua itu. Tetapi mengapa tidak terasa sakit sama sekali?Apa dia tidak jadi menembakku?Lalu suara apa tadi?Aku memberanikan diri membuka mataku dan aku melihat beberapa polisi sedang menyeret Olivia keluar dari ruangan ini. Dia terus memberontak dengan seluruh tenaga yang ia punya, tetapi aku tau para polisi itu lebih kuat dari perempuan itu.

Miranda berlari kearahku dan memelukku kembali, dia kembali menangis di pelukanku. Aku membelai rambutnya lembut berusaha menenangkannya "aku disini bersamamu,kau aman denganku"ucapku. Dia menatapku tepat dikedua bola mataku "kau memang sangat misterius tetapi kau indah sama seperti kedua bola matamu"ucapnya tersenyum "dan aku beruntung memilikimu"ucapku "semua rahasiamu bagaikan potongan potongan gambar yang harus aku pahami dan aku susun untuk menjadi sebuah akhir yang bahagia,meskipun aku tau tidak ada akhir yang bahagia"dia terdiam dalam senyumnya "dan aku juga beruntung memilikimu"ucapnya kembali memelukku.

~The End~

Heihoo akhirnya update juga setelah satu bulan ga update hehe:)) Akhirnya cerita ini selesai juga ya hoho. Mau bilang makasih banget yang udah nge vote+comment cerita abal ini, Belum kepikiran ngebuat sequel sih jadi comment aja mau sequel atau engga:)) Also kalau minat,follow me ya hehe:D bonus foto cogan di mulmed bye bye see you di cerita lainnya:)))

Secret.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang