dua

8.5K 565 1
                                    

Gadis cantik tengah berdiri di balkon kamarnya, Prilly. Ia tengah merentangkan kedua tangannya, memejamkan matanya erat. Rambutnya yang sengaja ia gerai menari indah karna terpaan angin sore. Kali ini Prilly akan melihat senja, senja yang menurutnya sangat hangat seolah-olah dunia memeluknya dengan erat. Bibir Prilly melengkung keatas membentuk senyuman. Ia tersenyum lebar lalu memeluk tubuhnya sendiri dan membuka matanya perlahan yang sedari tadi ia pejamkan.

Pandangan Prilly lurus kedepan sana, melihat awan biru kini seolah berubah warna dengan perlahan menjadi warna jingga. Saat ini Prilly tengah menerawang masa depannya. Apa ia masih bisa melihat dunia? Apa ia masih bisa seperti saat ini? Apa ia masih bisa melihat sosok pria yang selalu ia sayangi?

"Ali, apa kamu bisa menerima aku dengan aku yang tak sempurna ini?" Lirih Prilly dengan pandangan kosong.

"Aku yakin kamu pasti tak akan menerimanya," lanjutnya lirih.

Tubuh Prilly bergetar tanda ia akan menangis. Matanya berkaca-kaca, ia tak kuat membendung lagi tangisnya ketika ia mengingat kenangan-kenangan indahnya bersama Ali. Apakah nanti ia bisa seperti ini lagi dengan pria  yang selalu disayanginya?

Tangisnya pecah. Ia tak kuat, lagi. Bahkan ia tak sanggup menjalani hidup lebih lama lagi. Tapi ia bertahan, ia berjuang dengan hanya ia mengingat satu nama, Arkana Ali Firmansyah. Sosok pria yang dikaguminya sejak dahulu. Bahkan ia tak mau menyia-nyiakan waktunya di dunia ini.

"Aku mencintaimu tanpa alasan, karna aku mencintaimu sungguh dari dalam hatiku," gumam Prilly lirih sambil menyeka buliran air mata yang terus menerus mengalir dari kelopak mata indahnya.

***

Disinilah Ali, tengah memandang langit-langit kamarnya yang bernuasa abu-abu dengan bau maskulin khas pria yang sangat menyeruak di dalam kamar ini. Wangi maskulin ini menjadi ciri khas Ali yang selalu membuat Prilly nyaman berada di dekat Ali. Ali menatap kesamping tempat tidurnya, ia menatap lekat foto yang berada di nakas, dengan gerakan cepat ia langsung mengambil posisi duduk dan segera mengambil foto itu. Fotonya dengan Prilly yang sangat ia sukai. Tapi, entah kenapa ada rasa aneh yang sangat mengganjal pada hatinya. Tetapi, Ali segera menepisnya. Tangan Ali terulu untuk megusap lembutwajah cantik milik Prilly yang ada di dalam figura itu. Senyuman indah terukir pada bibir Ali.

Bahagia itu memang sederhana. Cukup kita mencintai dan menyayangi seseorang, cukup kita membuatnya bahagia dan jangan sampai membuatnya terluka.

Tiba-tiba suara nyaring milik seorang wanita terdengar membuat Ali mau tak mau harus berpaling melihat siapa yang tengah memanggilnya dengan berteriak.

"Aliiiiiii..."

Liora masuk kedalam kamar Ali tanpa mengetuk pintu kamarnya terlebih dahulu. Ia langsung memeluk tubuh Ali yang tengah duduk di ranjangnya. Senyuman indah tercetak jelas pada bibir keduanya. Ali menyimpan figura dirinya dan juga Prilly. Membalikan figura itu agar tak terlihat oleh Liora. Ali menatap liora yang kini tengah bergelayut manja pada lengannya, Ali mengusap rambut Liora pelan. Sungguh didalam hatinya ia merindukan wanita ini.

"Aku kangen sama kamu."

Ali tersenyum simpul. "Aku juga kangen kamu, kamu jangan tinggalin aku sendiri lagi, ya?" Ujar Ali sambari merengkuh erat tubuh ramping milik Liora.

Liora menggeleng dalam dekapan Ali. "Aku janji nggak akan bakalan tinggalin kamu lagi."

Saat ini, di dalam hatinya ada gejolak dan getaran aneh ketika Ali berhadapan dengan Liora.Seperti dahulu ketika ia masih mencintai Liora. Apa saat ini ia masih mencintainya? Bagimana dengan Prilly? Bayang-bayang masa lalu itu kembali berputar indah dalam pikiran Ali. Namun, ia segera menepisnya jauh-jauh lalu membuang rasa aneh pada hatinya itu.

LUKA {Aliando-Prilly}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang