tiga

7.5K 500 1
                                    

Disinilah Prilly berada, di taman yang jauh dari keramaian yang letaknya tak jauh dari kediaman Ali. Air mata terus mengalir dengan derasnya dari mata indah miliknya. Pandangan Prilly lurus kedepan sana, menatap jauh danau yang terlihat tenang nan jernih. Untung saja taman ini sedang sepi, tidak ramai seperti biasanya. Setidaknya Prilly tidak akan malu jika ia menangis seperti ini. Prilly tersenyum kecil mengingat masa-masa indah yang sudah 3 bulan terakhir ini hadir di hidupnya, dan itu karena Ali. Arkana Ali Firmansyah, sosok lelaki yang sampai saat ini masih memenuhi rongga hatinya. Dan mungkin, akan selamanya seperti itu.

Prilly dan Ali sedang berada di taman belakang sekolah saat ini, saat lonceng sekolah berbunyi, bunyi lonceng yang menandakan jam pelajaran telah berganti dengan jam istirahat, semua murid SMAN 78 Jakarta segera behamburan ke kantin, untuk mengisi perut mereka yang sudah mulai berisik tanda lapar. Tapi, tidak dengan Prilly dan Ali. Prilly dan Ali memutuskan untuk menghabiskan jam istirahat di belakang sekolah, seperti saat ini.

Prilly memberikan kotak bekal yang sengaja ia bawa dari rumah kepada Ali. Ali mengerutkan dahinya heran yang membuat Prilly terkekeh geli.

"Ini, ambil." Ujar Prilly sembari menyodor-kan kotak bekal itu ke arah Ali. Ali masih enggan mengambil kotak bekal itu dari tangan Prilly.

Prilly mencubit gemas pipi kanan Ali, menurutnya Ali sangat lucu jika tengah bingung seperti saat ini.

"Ini aku bawa dari rumah, buat kamu."

"Kalo bekal ini kamu kasih ke aku? Terus, kamu makan apa?"

"Aku udah sarapan, ko. Jadi sekarang aku ga lapar. Udah cepet! Ambil."

"Kalau aku makan? Kamu juga harus makan!" Tegas Ali yang kali ini berhasil membuat kening Prilly mengkerut.

"Kan cuma satu. Udah, buat kamu aja."

Ali tak menghiraukan ucapan Prilly, Ali mengulurkan tangannya untuk mengambil kotak makan itu lalu membukanya. Ali tersenyum tulus melihat makanan yang Prilly bawa. Ia yakin ini pasti sangat lezat.

"Udah cepet, aaaa!" Ujar Ali yang menyuruh Prilly membuka mulutnya. Tapi Prilly masih enggan untuk membuka mulutnya, Prilly malah mendekap bibirnya dengan kedua tangan mungilnya.

"Kalau kamu ga buka mulutnya? Aku cium nih?" Ancam Ali yang membuat Prilly membelak-kan matanya.

Prilly melepaskan kedua tangannya dari bibirnya, ia sangat yakin jika Ali tidak akan berani menciumnya. Tapi, dugaan-nya salah. Saat tangan Prilly terlepas dari bibirnya, dengan gerakan kilat Ali mengecup singkat bibir Prilly.

Prilly membulatkan matanya tak percaya saat Ali benar-benar melaksanakam ucapannya. Ia kira Ali tidak akan berani untuk menciumnya, terlebih mereka masih ada di lingkungan sekolah saat ini.

Prilly menatap tajam Ali yang tengah tersenyum lebar ke arahnya saat ini. Sedetik kemudian, pukulan ringan mendarat tepat di bahu Ali. Ya, pukulan itu berasal dari tangan mungil milik Prilly. Bukannya meringingis kesakitan, Ali malah terkekeh geli mendapat pukulan kecil seperti itu dari gadisnya. Baginya, pukulan itu sama sekali tidak terasa sakit. Justru, ia merasa bahagia bisa mendapat pukulan seperti itu dari gadisnya. Aneh memang, tapi itulah yang ia rasakan.

"Ih! Kamu mah gatau tempat." Ujar Prilly sebal.

"Oh, berarti kalau ditempat sepi boleh ya?" Tanya Ali dengan nada menggoda, kedua alisnya ia mainkan dengan gerakan turun naik.

Pipi Prilly bersemu merah mendengar penuturan Ali. Ia langsung menutup wajahnya yang sudah mulai berubah warna dengan kedua tangan mungilnya, Prilly malu. Sangat malu. sedangkan Ali, ia malah terkekeh geli melihat kelakuan gadis di sampingnya ini.

"Duh, kalau malu biasa aja dong. Pipi merahnya sampai di tutup gitu." Goda Ali yang semakin menjadi.

Sudah cukup! Prilly tidak mau pipi nya semakin memerah. Ini harus di hentikan. Dengan gerakan kilat, Prilly bangkit lalu beranjak pergi meninggalkan Ali yang masih terkekeh geli.

"Aduh, Prilly! Mau di taruh dimana muka lo di depan Ali?" Gumam Prilly sebal.

Sedangkan Ali masih asik tertawa melihat tingkah lucu Prilly. Lihatlah, gadis itu sangat lucu.

Saat melihat Prilly yang semakin lama semakin menjauh, dengan gerakan kilat Ali berlari mengejar Prilly. Kotak makan yang belum sempat dimakan olehnya ataupun Prilly, ia bawa untuk dimakan di jam pulang sekokah nanti. Dan tentunya, bersama Prilly.

Sepotong kenangan indah bersama Ali kembali hadir di pikirannya membuat luka yang sedari tadi sudah timbul di hati Prilly, kini semakin besar. Rasa takut mulai bergentayangan di hatinya. Ia takut jika Ali akan berpaling darinya. Terlebih, wanita itu jauh lebih cantik darinya. Dirinya? Haha tidak ada apa-apanya di banding wanita itu. Terlebih keadaannya yang semakin buruk. Apakah Ali akan menerimanya dengan kondisinya yang seperti ini? Ia yakin tidak. Mana ada pria sempurna mau dengan wanita yang sama sekali tidak sempurna.

Tangis Prilly semakin pecah saat mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Kejadian yang membuat hati Prilly tergores, perih. Ia bisa melihat jelas bahwa ada cinta diantara tatapan keduanya. Keduanya terlihat sangat serasi tadi. Wanita itu sangat cantik, Ali pun sangat tampan.

Mengingat kejadian itu membuat luka di hati Prilly semakin besar. Namun, seiring luka itu semakin besar, rasa cintanya untuk Ali pun juga kian membesar.

Baru saja Prilly ingin beranjak pergi, sosok pria yang kini berada di hadapannya benar-benar membuat Prilly terpaku. Pria yang ia cintai sekaligus pria yang berhasil membuat hatinya terluka. Catat! Di hadapannya!

***

Ali memukul pelan kepalanya. Ia yakin Prilly pasti salah paham saat ini. Dengan gerakan kilat Ali menyambar kunci mobil yang tergeletak di atas nakas lalu berjalan cepat keluar kamar yang bernuansa serba hitam dengan sedikit campuran putih, khas kamar pria.

Baru saja ia ingin melangkah keluar rumah, suara manja milik Liora berhasil menghentikan langkahnya.

"Ali, kamu mau kemana?" Tanya Liora dengan nada yang di buat selembut mungkin.

Ali menghela nafas panjang, ia tidak boleh jujur tentang Prilly kepada Liora saat ini. Ia tidak mau membuat semuanya kacau untuk saat ini.

"Aku mau ke rumah teman sebentar. Kamu tunggu sini aja ya? Aku cuma sebentar ko." Ujar Ali lembut memberi pengertian pada Liora yang memang keras kepala.

"Aku ikut." Ujar Liora manja.

Ali berfikir keras untuk menolak permintaan Liora. Bisa kacau jika Liora ikut dengannya untuk menemui Prilly.

"Duh, ini masalah laki-laki, Ra. Jadi kamu ga bisa ikut."

"Gamau tahu! Pokonya aku harus ikut! Titik!"

"Aku janji deh, kalau kamu mau dengerin perintah aku? Setelah ini, kita akan jalan-jalan seharian. Bagaimana?" Tawar Ali yang membuat Liora berfikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan menjawab ucapan Ali.

"Yaudah, iya. Aku tunggu sini. Tapi janji ya habis ini kita jalan-jalan seharian?" Ujar Liora yang di angguki oleh Ali.

"Iya, aku janji."

"Jangan lama-lama!" Pesan Liora pada Ali yang mulai menjauh pergi meninggalkannya seorang diri dirumah bak istana milik Ali ini. Ya, Lia, ibunda Ali tengah berada di Dubai untuk mengurusi perusahaannya yang berada disana. Jadilah Ali tinggal sendiri dirumah ini untuk beberapa hari kedepan. Sedangkan Liora, ia hanya mampir untuk menemui Ali saja saat ini. Sejak kepulangannya beberapa hari yang lalu dari California, Amerika Serikat, Liora tinggal tidak jauh dari rumah Ali. Ya, ia tinggal seorang diri di apartemen saat ini. Kedua orang tuanya masih di California. Ia pulang ke Jakarta, Indonesia, tentu saja untuk menemui Ali. Orang yang paling ia cintai untuk saat ini.

***

22 Maret 2016
-Sahla & Adinda.

Dudududu ada yang kangen ga sama LUKA? yang kangen? Ayo dong tunjuk jari!:v btw, gimana chap3 ini? Gamemuaskan ya?maafkan author ya?:'v jangan lupa vote-nya!okey? Love you!babay!!!!!!!

Salam,
SAS

LUKA {Aliando-Prilly}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang