tujuh

7K 480 6
                                    

Prily berteriak kencang matanya tertutup rapat ketika Liora ingin mencapkan gunting itu pada tubuh Prilly. Tiba-tiba saja ada seseorang yang datang mengagetkan Liora. Dengan segera Liora menyembunyikan gunting di tangannya itu lalu menatap ke arah pintu dengan pandangan was-was.

Dan betapa terkejutnya Liora ketika ia melihat bahwa seseorang itu adalah Ali. Liora menatap Ali tak percaya. Apa Ali melihat semuanya? Liora segera berdiri. Perasaan gugup dan takut kini menghantui dirinya.

"Prill, ayo dong jangan nangis terus. Disini udah ada aku. Jadi kamu nggak usah takut lagi," ujar Liora dengan nada khawatir-nya yang di buat-buat sembari memegang bahu Prilly yang bergetar dengan pelan.

Liora tersenyum jahat. Ini salah satu rencana Liora. Entahlah apa yang ada di dalam pikiran Liora sehingga ia berbuat seperti ini. Prilly masih saja menangis ketakutan. Wajah cantiknya ia sembunyikan pada lekukan kakinya. Menyembunyikan mata sembabnya.

"Prilly?" Tiba-tiba suara bariton Ali terdengar. Dan semakin terdengar jelas saat Ali berjalan pelan menghampiri Prilly dan juga Liora. Ali duduk di kursi sanping kanan ranjang rumah sakit yang di tempati Prilly di atasnya lalu dengan cepat ia merengkuh tubuh mungil Prilly dengan dekapan hangatnya. Ali tahu jika Prilly kini tengah menangis. Ali menatap Liora yang tengah menatap Ali dan juga Prilly dengan tatapan jengah.

"Liora, kamu ngapain disini?" tanya Ali sembari melirik ke arah Liora.

"Ak-aku tadi nolongin d-dia, Li. Iya, aku yang nolongin Prilly." ucap Liora gugup.

Ali menatap Liora dengan bibir yang membentuk senyuman kecil. Ali memang sangat mempercayai wanita di hadapannya ini. Sehingga ia berpikiran jika Liora memang benar-benar menolong Prilly.

"Okey, makasih udah nolongin Prilly, Ra." ucap Ali sembari tersenyum kecil ke arah Liora.

Prilly mencoba untuk berhenti menangis. Setelah di rasa tangisnya sudah mereda? Ia angkat wajahnya secara perlahan. Dan betapa terkejutnya ia ketika melihat sosok pria yang sedang ia coba untuk di lupakan dalam hidupnya ini, kini ada di hadapannya. bahkan, memeluk dirinya. Mengapa ia tidak sadar akan kehadiran Ali? Tapi, ia sangat bersyukur dengan kedatangan Ali kali ini. Karena berkat Ali, ia terhindar dari sosok wanita iblis itu.

"Lo ngapain disini?" tanya Prilly sarkatik sembari menatap Ali tajam.

"Aku kesini karena dapet kabar dari rumah sakit kalo kamu masuk rumah sakit, Prill." ucap Ali sendu.

"Kamu kenapa? Apa ada yang sakit? Ko kamu bisa masuk rumah sakit, si?" tanya bertubi-tubi dengan nada khawtir.

Prilly menoleh kearah Liora yang tengah menatapnya tajam. Entahlah, yang pasti saat ini Prilly benar-benar takut dengan wanita berhati iblis itu.

"Lo pergi dari sini gue nggak mau melihat lo disini! Dan bawa perempuan berhati iblis itu dari hadapan gue!" teriak Prilly pada Ali.

Ali terkejut. Bagaimana tidak jika Prilly menyebut Liora dengan sebutan wanita iblis? Padahal Liora-lah yang menolong Prilly saat ia pingsan tadi.

"Kamu boleh marah sama aku! Tapi kamu jangan pernah marah ataupun ngebentak Liora!" bentak Ali pada Prilly karena tak terima Prilly berkata seperti itu pada Liora.

Satu tetes air mata kini meluncur indah dari mata Prilly. Ali yang ia kenal tak seperti ini. Ali yang ia tahu tidak sekasar ini dan Ali yang ia sayangi selalu menatapnya dengan tatapan kasih sayang bukan dengan tatapan benci seperti ini.

"Terus? Aku salah gitu? Kamu sadar dong, Li. Apa yang udah kamu lakuin sama aku! Ali yang aku kenal, enggak sekasar ini! Bahkan, Ali yang aku kenal selalu lembut sama aku! Ali yang aku kenal enggak pernah ngebentak aku!" teriak Prilly. Air mata terus saja berloma-lomba turun dari mata indahnya.

LUKA {Aliando-Prilly}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang