Devo tidak berhenti mengetuk pintu kamar adiknya. Sejak semalam ketika pertengkaran hebat dirinya bersama Ali membuat Prilly enggan keluar dari kamarnya yang membuat Devo khawatir akan kondisinya.
Suara ketukan dari arah pintu kamar Prilly terdengar jelas dari dalam kamar. Prilly sama sekali tidak menghiraukannya. Saat ini, penampilannya benar-benar sudah acak-acakan. Matanya terlihat sembab dan membengkak menandakan ia habis menangis.
"Li, kamu kenapa tega sama aku? Kenapa kamu bilang sama perempuan itu kalo aku temen kamu? Apa omongan kamu selama ini hanya omong kosong semata?" Ujar Prilly lirih. Air matanya terus saja berjatuhan seakan berlomba-lomba turun dari kelopak mata indahnya.
Isakan pilu itu sungguh menyayat hati siapapun yang mendengarnya. Devo tak henti-hentinya mengetuk pintu kamar adik semata wayangnya itu.
Prilly mengambil foto yang ia simpan di nakas lalu memandangnya dengan pandangan terluka. Saat ini, tak banyak yang tahu apa yang tengah Prilly rasakan. Yang jelas saat ini, Prilly benar-benar terluka karena Ali. Pria itu terus saja menyakiti hatinya. Semakin ia mencoba untuk melupakan? Semakin tak bisa ia melangkah pergi. Entah mengapa, Prilly selalu tak bisa menjauh dari Ali.
Prilly memandang foto dirinya dengan ali yang tengah berpelukan. Jelas sekali di dalam foto itu mereka berdua terlihat sangat bahagia.Rintik hujan kini mulai terdengar oleh indera pendengaran Prilly. Bahkan, langit saja seolah tahu apa yang tengah Prilly rasakan saat ini.
"Aku benci kamu, Li! Seharusnya aku enggak dateng ke rumah kamu! Seharusnya aku enggak mencintai kamu!" Teriak Prilly.
Disisi lain, Devo yang mendengar teriakan Prilly membuatnya khawatir dan kaget setengah mati. Tak butuh waktu lama bagi Devo untuk mendobrak pintu kamar milik adiknya itu lalu menerobos masuk kedalamnya. Betapa terkejutnya ia ketika melihat gadis kecil kesayangannya. Bukan! Bukan gadis kecil. Tapi gadis yang kini bertumbuh menjadi remaja yang terlihat kacau karena tengah disakiti seorang pria. Ali benar-benar pria brengsek!
"Prilly!!!" teriak devo lalu berlari kecil menghampiri adiknya yang terlihat seperti mayat hidup. Matanya terlihat sangat sembab dengan wajah yang terlihat merah padam. penampilannya sangat acak-acakan. Terlihat sekali jika ia sangat terpukul. Devo merutuki dirinya sendiri! Ia bodoh! Ia tak bisa menjaga adiknya dengan baik.
Devo merengkuh tubuh mungil Prilly yang tengah duduk di ranjangnya. Mendekapnya erat seolah menyalurkan kehangatan. Tanpa disadari, Devo juga menangis pilu melihat adiknya yang seperti ini.
"Prill, udah dong. Kamu jangan kaya gini terus. Ali itu nggak baik buat kamu! Inget laki-laki itu banyak, enggak cuma Ali doang." Ujar Devo mencoba memberi pengertian untuk Prilly sembari mengelus pelan pucuk kepala Prilly.
Prilly tersenyum getir. Apa harus cintanya berakhir seperti ini? Membayangkan semua yang telah di lalui oleh Prilly dan juga Ali Membuat hatinya semakin teriris sakit.
"Bang, apa Prilly nggak pantes buat Ali? Sampai Ali ngakuin Prilly sebagai teman." Tanya Prilly lirih dengan nada bergetar karena terisak. Devo masih merengkuh tubuh mungil Prilly. Sakit hati nya melihat pemandangan seperti ini. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ini adalah uang terakhir kalinya Ali melukai adiknya.
"Prilly, udah berapa kali sih abang bilang sama kamu? Kamu itu harus jauhin Ali! Tapi kamu enggak pernah dengerin apa kata abang. Abang ngelakuin ini semua buat kamu karena abang sayang sama kamu!" ujar Devo lirih. Prilly mencengkram ujung kaus kakaknya.
"Sekarang, abang minta sama kamu, kamu dengerin abang kali ini aja! Kamu jauhin Ali! Itu semua juga demi kebaikan kamu, Prill." Lanjutnya sembari melepaskan pelukan mereka dan menatap dalam mata Prilly yang terlihat begitu sembab.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA {Aliando-Prilly}
Fanfiction[Cerita telah diterbitkan] Luka ini kian membesar seiring cinta-ku yang juga semakin besar untukmu. Happy reading, guys! Jangan lupa tinggalkan vote dan comment ya? Thank you. By: Adinda Soraya and Sahlaa Yusriah.