Happy Reading!
.
.
.
* * *Ting… tong… ting… tong…
“Jinki-ya?” Wanita itu tampak menggeliat dalam pelukan suaminya.
“Hmm...” Jinki, sang suami hanya mengeratkan pelukannya pada tubuh istrinya.
“Ada yang datang.” Wanita itu mendengar bel rumah mereka berbunyi.
“Biarkan saja.” Jinki tak peduli.
“Aku harus membukakan pintunya. Tidak baik mengacuhkan tamu yang berkunjung.” Gweboon, wanita yang terbaring dalam pelukan suaminya itu mencoba melepaskan diri dari suaminya.
“Diamlah! Kau membuatku tidak bisa menikmati kehangatan tubuhmu.”
“Kehangatan apa? Kalau kau butuh kehangatan berdirilah di tengah jalan. Dan kau akan dihangatkan oleh sinar matahari yang membakar kulitmu.” Cecar Gweboon sambil mengerucutkan bibirnya kesal.
“Jadi kau senang jika suamimu yang tampan ini berkulit hitam?”
“Oh, tentu saja. Banyak selebritas laki-laki berkulit hitam dan terlihat seksi.”
“Apakah selama ini aku kurang seksi, Gwe?” Jinki sedikit melonggarkan pelukannya, menundukkan kepalanya dan menatap wajah istrinya.
“Kau seksi? Oh, jangan bermimpi, Lee Jinki! Dengan perut gembulmu itu, kau sama sekali tidak terlihat seksi.” Gweboon memutar bola matanya kesal. Suaminya ini benar-benar ‘ajaib’.
“Tapi hanya dengan bermodalkan perut gembulku, aku bisa membuatmu mendesah sehari semalam, Kim Gweboon.”
“Cih, perkataan macam apa itu?”
“Jangan mengelak! Bahkan kau pernah berkata jika kau menyukai perutku.”
“Kapan aku pernah mengatakannya?”
“Kau lupa?”
“Apa aku pernah mengatakannya?”
“Tentu saja.”
“Kapan?”
“Saat aku membuatmu mendesah.”
“Ya, Lee Jinki! Singkirkan kosakata mendesah dari mulutmu itu. Astaga... Lee Jinki yang dulunya dihormati mahasiswa dan dosen satu kampus kenapa otaknya penuh dengan pikiran mesum?”
“Akui saja, kalau mesum inilah yang membuatmu mencintaiku.” Goda Jinki.
“Tidak.”
“Benarkah?”
“Iya, Tuan Lee. Jadi sekarang bisakah lepaskan aku? Aku harus segera membuka pintu.” Pinta Gweboon memelas.
“Kiss.” Jinki mendekatkan wajahnya ke wajah Gweboon. Membuat wanita yang masih berada dalam pelukan suaminya itu menatap Jinki heran. “Apa?”
“Cium aku dan kau ku lepaskan.” Tawar Jinki.
“Ya! Kenapa kau selalu seperti ini, Lee Jinki? Benar-benar.” Gerutu Gweboon sambil menyembunyikan rona pipinya yang mulai memerah.
“Tidak mau?”
“Tidak.”
“Kalau begitu tetap seperti ini saja. Dan biarkan orang itu menunggu diluar. Pasti dia ataupun mereka akan pergi dengan sendirinya.” Kata Jinki tak peduli sambil mengeratkan pelukannya.
“Lee Jinki! Kau … hmmphh...” Jinki mengunci bibir Gweboon dengan bibirnya. Dan sepertinya Jinki tahu siapa tamunya pagi ini karena laki-laki itu bersikeras untuk tidak membukakan pintu bagi mereka.
Oh, jika dibukakan, program ‘bayi kilat’ yang dirancangnya hancur sudah. Dan orang-orang yang tadi mengunjungi rumahnya itupun akan terus merecokinya dengan keinginan untuk segera memiliki cucu.
Astaga, tidak bisakah mereka melihat apa yang sedang dilakukan oleh anak dan menantu mereka?
.
.
.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendesah 'The Series'
FanfictionAku gak nyangka kalau masih ada yg baca sampai sekarang. Jadi aku coba buat ngerapihin pelan2. Dan jangan aneh ya sama bahasanya, ini ff aku buat sekitar 2013-2015. Oneshot ataupun drabble yang berkesinambungan. Oleh karena itu bacanya harus urut. T...