Happy Reading!!!
.
.
.
* * *
Kim Gweboon membuka pintu kamarnya dengan keras. Tapi sosok yang masih terbaring di ranjang itu tampak tidak terganggu sedikitpun oleh kegaduhan yang diciptakan istrinya."YA! LEE JINKI! CEPAT BANGUN!" Wanita itu berteriak keras. Tangannya menggenggam selembar kertas yang lusuh. Oh, tentu saja. Wanita itu tanpa sengaja meremasnya saat membaca tulisan di kertas itu.
Jinki, sang suami, tak kunjung membuka matanya. Laki-laki itu hanya menggeliat pelan dan semakin menenggelamkan dirinya di balik selimut. Gweboon yang geram memukul-mukul gundukan selimut itu, entah pukulan itu mengenai bagian tubuh Jinki yang mana dia tak peduli.
"Aku masih mengantuk, Gwe." Jinki membuka selimut yang menutupi wajahnya, menatap Gweboon dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya.
"Aku tidak peduli! Kau harus cepat bangun, Lee Jinki."
Jinki sama sekali tak mempedulikan teriakan Gweboon. Dia sudah terbiasa dengan teriakan itu. Jinki mengubah posisi tidurnya menjadi tengkurap dan mulai memejamkan matanya lagi. Gweboon yang melihatnya memukul pantat Jinki dengan keras. Oh, jangan ragukan seberapa kuat tangan mungil itu ketika memukul Jinki. Karena seorang Lee Jinki yang notabenenya laki-lakipun akan meringis kesakitan, seperti sekarang.
Memiringkan kepalanya, menatap Gweboon kesal sambil mengelus pantatnya hasil pukulan tangan Gweboon yang biasanya membuatnya terlena itu."Sakit, Gwe."
"Kau berhutang penjelasan padaku, Tuan Lee." Gweboon berkacak pinggang.
Jinki melihatnya heran. Dengan malas Jinki bangun dari tidurnya dan mendudukkan dirinya.
"Apa maksudmu, Gwe?"
"Bayi Kilat."
"Ya?"
"Apa maksudmu dengan program 'Bayi Kilat' itu Lee Jinki?"
Jinki membelalakkan matanya heran. "Darimana kau tahu tentang itu?"
"Oh, jadi ini benar pekerjaanmu?" Gweboon murka. Bisa dibayangkan kepala dan telinga wanita itu mengeluarkan asap tebal.
"Memang benar." Jinki akhirnya mengaku.
"Ya!"
"Itu bukan salahku, Gwe. Salahkan saja mereka yang ingin cepat-cepat mendapatkan cucu dari kita."
"Mereka?"
"Orangtua kita."
"Tapi tidak harus dengan program konyol seperti ini, Lee Jinki." Gweboon memutar bola matanya kesal.
"Program konyol? Itu tidak konyol, Gwe."
"Tidak konyol darimana?" Gweboon memegang kertas itu dengan kedua tangannya, menelisik kembali tulisan di atasnya. "Program Bayi Kilat. Satu, membuat istriku mendesah. Dua, membuat Gwe mendesah. Tiga, membuat Gweboon mendesah. Empat, membuat Kim Gweboon mendesah. Dan kelima, membuat Kim Gweboon mendesah sehari semalam selamanya." Gweboon membacakan apa yang tertulis di kertas itu. Jinki yang mendengarnya hanya menahan tawa.
"Kau bilang ini tidak konyol? Ini konyol, Lee Jinki. Sangat!" Teriakan Gweboon justru membuat Jinki tertawa lebar.
"Ya! Apakah ini lucu? Kenapa kau tertawa? Berani-beraninya kau tertawa disaat aku sedang kesal"
Jinki meraih tangan Gweboon, menarik wanita itu sehingga Gweboon duduk tepat dihadapannya.
"Bukankah aku menjalankan program itu dengan baik, Kim Gweboon?" Jinki mengedipkan sebelah matanya.
"Cih! Program apa itu? Isinya hanya mendesah dan mendesah."
"Tapi kau benar-benar mendesah, Gwe."
"Ya! Jangan ucapkan kata itu. Mendesah. Oh, kepalaku mendadak pusing mendengarnya."
"Tapi aku suka saat kau mendesah."
"Ya! Sekali lagi kata itu keluar dari mulutmu, aku akan-"
"Apa? Kau akan melakukan apa? Kau tidak akan bisa macam-macam, Gwe. Jika kau melakukannya, aku akan membuatmu mendesah."
"Astaga, Lee Jinki! Hilangkan kosakata itu dari otakmu. Aish, Benar-benar."
"Oh, tidak bisa. Itu kosakata keramat Kim Gweboon. Jika kata itu dihilangkan program 'Bayi Kilat' itu tidak akan berjalan dengan baik."
"Ya! Lupakan tentang program konyol itu. Astaga, kau benar-benar meracuni otak polosku, Lee Jinki."
"Kau polos? Aku meragukannya. Terkadang kau jauh lebih agresif daripada aku, Kim Gweboon."
"BERHENTI BERBICARA HAL YANG TIDAK-TIDAK!"
"Kau yang memulianya, Gwe."
"Aku tidak melakukannya. Aku hanya bertanya kepadamu."
"Tapi pertanyaanmu itu tentang mendesah, Kim Gweboon."
"Ya! Kau..."
Jinki menyeraingai lebar, tangannya menyentuh kedua bahu Gweboon dan menjatuhkan wanita itu ke ranjang. Menindihnya dengan kedua tangan yang bertumpu di samping kepala Gweboon untuk menahan berat tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Membuatmu mendesah."
"YA! LEE JINKI! AKU TI- hmmphh"
Oh, Kim Gweboon, ternyata menciummu adalah satu-satunya cara untuk membuatmu diam. Seharusnya pagi ini kau bisa terbebas dari program konyol suamimu itu jika kau tidak menemukan agenda itu tergeletak begitu saja di meja kerjanya saat kau membersihkan ruang kerja Jinki.
Dan sekarang, untuk kalian berdua, selamat menikmati desahan masing-masing di pagi yang cerah ini.
.
.
.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendesah 'The Series'
Fiksi PenggemarAku gak nyangka kalau masih ada yg baca sampai sekarang. Jadi aku coba buat ngerapihin pelan2. Dan jangan aneh ya sama bahasanya, ini ff aku buat sekitar 2013-2015. Oneshot ataupun drabble yang berkesinambungan. Oleh karena itu bacanya harus urut. T...