Tak Terduga

3K 42 0
                                    

Happy Reading!!!

.

.

.

* * *

Gweboon memasuki kamarnya dan mendapati Jinki tengah memasukkan beberapa potong pakaiannya ke dalam koper. Gadis itu menghela nafas panjang dan berjalan pelan mendekati suaminya itu.

"Sudah selesai?" Tanya Jinki begitu menyadari kedatangan Gweboon.

"Hmm..."

"Apa yang dikatakan Eunsook?"

"Eonni... akan menjemputku besok pagi."

"Baguslah! Besok aku harus ke kantor terlebih dahulu sebelum berangkat. Jika kau mengantarku, kau akan menyusahkan Eunsook."

"Iya."

"Sekarang kau juga harus mengemasi barang-barangmu. Kulihat kau belum menyiapkan apapun untuk kau bawa." Jinki mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar dan tidak mendapati tas ataupun koper Gweboon.

"Aku bisa memakai baju Eunsook eonni."

Jinki tersenyum. "Ukuran pakaian kalian memang sama, tapi sekarang kau sedang hamil dan perutmu mulai membuncit, pasti baju Eunsook tidak akan muat lagi di tubuhmu."

"Tapi..."

"Aku akan membantumu." Jinki kembali berkutat dengan lemari pakaian di belakangnya dan berdiri membelakang istrinya.

Gweboon memandangi Jinki dengan sayu. Suaminya akan pergi lagi? Haruskah dia membiarkannya? Tapi apa yang bisa dilakukannya sekarang? Setelah seharian kemarin dirinya marah pada Jinki sebagai bentuk protes, tetap saja suaminya itu akan meninggalkannya untuk beberapa hari ke depan.

Gweboon melangkahkan kakinya mendekati Jinki, berdiri di belakang laki-laki itu dan melingkarkan kedua tangannya di pingang Jinki. Kegiatan laki-laki itu terhenti karenanya.

"Gwe..."

"..." Gweboon tidak menjawab. Gadis itu semakin mengeratkan pelukannya meski sedikit sulit karena perutnya yang membuncit.

Jinki tersenyum. Laki-laki itu melepaskan tangan Gweboon yang melingkar di pinggangnya dengan perlahan dan membalikkan badannya menatap wajah cantik istrinya itu.

"Ada apa, eum?"

"Kau benar-benar akan pergi?"

"Iya, Gweboon sayang."

"Haruskah?"

"Kau tidak rela?"

"Bolehkah aku jujur?"

"Tentu saja."

"Aku... tidak ingin kau pergi."

"Aku juga tidak ingin meninggalkanmu, Gwe. Tapi tugas kantor ini benar-benar mendesak. Tidak ada yang bisa pergi selain aku."

"Kau tega meninggalkanku seorang diri?"

"Jika aku tega, aku tidak akan menitipkanmu pada Eunsook."

"Kalau begitu... jangan pergi!"

"Gwe..."

Gweboon mendongakkan kepalanya, menatap Jinki dengan mata yang berkaca-kaca.

"Apa kau membenciku?"

"Eh?"

"Kau pergi karena kau membenciku bukan?"

"Apa maksudmu, Gwe?"

"Karena aku tidak mau kau sentuh, karena aku tidak mau kau cium, karena aku tidak mau melakukan itu. Makanya kau pergi dan memutuskan untuk mencari wanita lain yang bisa memenuhi keinginanmu."

"Astaga, Kim Gweboon! Darimana datangnya pikiran seperti itu?"

Oh, apa kau lupa Lee Jinki? Wanita hamil menjadi lebih sensitif.

"Itu benar bukan?"

"Tidak. Sama sekali tidak! Aku bukanlah laki-laki seperti itu. Sekalipun aku merasa frutasi karena tidak bisa menyentuhmu, aku tidak akan melakukannya dengan wanita lain, Gwe. Hanya kaulah yang aku inginkan untuk kusentuh, bukan orang lain."

"Tapi..."

"Aku pergi untuk bekerja, Gwe. Bukan untuk bersenang-senang, terlebih mencari wanita-wanita di luar sana untuk memuaskan nafsuku. Aku tidak mungkin melakukan itu. Jika seperti ini, kau seolah meragukan cintaku."

"Bukan begitu maksudku. Hanya saja..."

"Tak perlu khawatir." Potong Jinki. "Jangan berpikir hal yang tidak-tidak. Itu akan mempengaruhi kehamilanmu. Aku tidak akan selingkuh dan tidak berniat untuk melakukannya."

"Aku tahu. Maafkan aku." Gweboon mengangkat tangannya, menyentuh pipi Jinki dengan kedua tangannya dan mengelusnya lembut. Gadis itu sedikit berjinjit dan meraih bibir Jinki dengan bibirnya.

Jinki terkejut. Ini aneh karena Gweboon menciumnya saat istrinya itu tak ingin dia cium. Ini kedua kalinya Gweboon menciumnya sejak kehamilannya. Semula Jinki ingin bertanya, tapi sepertinya itu bukan keputusan yang tepat. Lebih baik dia menikmati ciuman istrinya itu dan bertanya setelahnya.

Setelah beberapa saat, Gweboon melepaskan ciumannya.

"Jinki-ya..."

"Ya?"

"Aku mau melakukannya."

"Eh?"

"Bukankah kau ingin menyentuhku? Bukankah kau ingin membuatku mendesah? Aku akan melakukannya... untukmu."

"Apa?"

"Aku bersedia bercinta denganmu... malam ini. Asalkan... kau tidak pergi." Gweboon menatap Jinki dengan lekat.

Oh, jangan bayangkan ekspresi Jinki sekarang! Laki-laki itu seperti mendapatkan sebuah jackpot. Senang dan terkejut dalam waktu bersamaan. Apakah rencana Lee Joon benar-benar seefektif ini? Dia sendiripun tak percaya.

.

.

.

END


Mendesah 'The Series'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang