Pemujamu

28.8K 121 0
                                    

Happy Reading!!!
.
.
.
* * *
Weekend. Seharusnya hari ini dan besok aku libur kerja. Tapi karena ada pertemuan mendadak dengan klien penting, dengan terpaksa aku membatalkan rencana kami. Ah, sebenarnya bukan rencana kami, tapi rencanaku. Bayi Kilat. Memikirkannya membuatku tak bisa menahan tawa.

Kim Gweboon.

Wanita itu... bagaimana aku mendeskripsikannya?

Sejak pertama aku melihatnya, sejak pertama kali mata itu menatapku. Mata kucing itu berhasil menghinoptisku. Senyum manis itu berhasil membuatku terpesona. Wajah cantik nan putih itu berhasil mengalihkan duniaku. Dan tubuh seksi itu berhasil membuatku menginginkannya.
Ini pertama kalinya. Dalam hidupku, aku begitu ingin memiliki seorang wanita... seutuhnya. Memiliki mata itu, senyum itu, wajah itu, hati itu dan juga tubuh itu. Mungkin ini terdengar gila dan mesum, tapi... oh... lihatlah sendiri betapa sosok Kim Gweboon begitu mempesona dimata Lee Jinki, dimataku. Betapa sosok itu sangat sempurna dan membuatku bernafsu saat melihatnya. Aku tidak peduli jika orang lain menganggapku mesum, pervert atau yang lain, karena aku benar-benar telah jatuh dalam pesonanya.

Aku bukanlah pemain wanita. Tidak. Aku bahkan tidak pernah memikirkan wanita sebelum mengenal Gweboon. Orangtuaku bahkan sempat mengkhawatirkanku karena aku yang tidak pernah membawa pulang wanita ke rumah dan mengenalkannya sebagai kekasihku. Aku yang dulunya terlalu sibuk dengan pendidikan dan masa depanku, tidak berniat untuk membiarkan wanita memasuki hatiku. Tapi Kim Gweboon, wanita itu... tanpa aku meminta dan tanpa aku bisa menolaknya, telah berhasil memasuki hatiku dengan begitu mudahnya, tapi paksaan sedikitpun.
Kim Gweboon adalah satu-satunya wanita yang aku cintai dan aku inginkan. Aku akui semula aku hanya tertarik pada fisiknya. Begitu ingin menyatukan tubuhku dengan tubuhnya. Dan sebagai laki-laki yang telah 27 tahun tidak pernah merasakan berciuman dengan wanita sekalipun, aku berusaha mendekatinya. Aku sendiri tidak yakin dengan tujuanku mendekatinya, apakah untuk menjadikannya kekasihku atau hanya pelampiasan nafsuku. Yang aku tahu saat itu aku berhasil mendekatinya.

Kim Gweboon...

Dia bukanlah wanita yang lembut. Dia cerewet, keras kepala, suka berteriak dan yang paling membuatku pusing adalah dia selalu memintaku menemaninya belanja. Ah, tidak masalah jika hanya menemaninya, tapi membayar semua belajaannya itu menjadi urusan lain lagi. Tapi di samping sifatnya yang menurutku menyebalkan itu, aku menemukan Kim Gweboon yang manis, ceria dan penyayang. Dan aku menyadari bahwa aku mencintainya saat aku melihat pipi itu bersemu merah. Betapa itu membuatnya terlihat semakin cantik.

Tanpa mengatakan cinta, tanpa menjalin hubungan sebagai kekasih. Aku melamarnya. Dan... pernikahan itu terjadi. Tepat satu tahun setelah pertemuan pertama kami. Setelah menikah dengannya, aku menyadari satu hal lagi, bahwa aku mencintainya dengan tulus, bukan karena nafsu semata. Meski tidak dapat dipungkiri aku masih memandangnya penuh nafsu saat dia memakai pakaian minim. Seperti sekarang...
Memakai pakaian kesukaannya saat dirumah. Kaos ketat dan celana pendek. Oh, bagaimana mungkin aku tidak menginginkannya dengan penuh nafsu jika setiap hari melihatnya seperti itu? Kim Gweboon, kau bukanlah wanita polos.
Menghela nafas panjang dan berjalan menghampirinya. Melihatnya membungkukkan tubuhnya saat mengambil sesuatu yang terjatuh di lantai, membuatku menahan nafas. Punggung putih itu terlihat.

Sepertinya aku harus memberi pelajaran pada istriku yang nakal ini.

"Gwe..." Menegakkan tubuhnya, membalikkan badan dan menatap terkejut ke arahku.

"Kapan kau pulang?"

"Baru saja."

"Ah, kalau begitu pergilah mandi. Sebentar lagi makanannya siap."

"Nanti saja."

"Kenapa? Apa kau ingin makan sesuatu."
Menganggukan kepalaku sebagai jawaban, "Apa itu?" Tanyanya.

"Kau."

Mata itu mengerjap lucu. Sesaat kemudian memukul lenganku dengan spatula yang dipegangnya. Oh, ini sakit Kim Gweboon!

"Otak mesum!"

"Itu salahmu!"

"Kenapa aku yang disalahkan?"

"Kau tidak lihat pakaianmu?" Gweboon menatap tubuhnya sendiri. Memperhatikan pakaian yang dikenakannya. "Rasanya tidak ada yang salah dengan pakaianku."

"Memang tidak, Gwe. Tapi pakaianmu itu membangkitkan nafsuku."

"Cih, itu bukan salahku. Salahkan saja otakmu yang mesum."

"Otak mesum juga tidak akan bekerja jika tidak ada yang memancingnya, Gwe."

"Jadi kau pikir aku memancing otak mesummu itu menjadi lebih mesum, Tuan Lee."

"Kurasa itu tidak salah."

"Astaga... kenapa aku mendapatkan suami dengan tingkat mesum stadium atas sepertimu?"

"YA! Apa maksudmu itu, Kim Gweboon."

"Apa?! Dasar pak tua mesum!"

"Pak tua? Ya! Bahkan usia kita hanya terpaut 2 tahun Gwe."

"Tapi setidaknya aku tidak semesum dirimu."

"Tapi bukan berarti kau tidak mesum."

"Ya! Berhenti mengatakan kata 'mesum' itu!"

"Kau yang memulainya Gweboon sayang."

"Oh, baiklah! Mulai sekarang jangan katakan itu lagi. Membuatku bergidik ngeri."

Aku tersenyum jahil ke arahnya. Apakah dia menyadarinya?

"Apa? Senyummu mencurigakan, Lee Jinki."

"Bagaimana kalau mendesah, Gwe?"

"Apa?"

"Kau melarangku untuk menggunakan kata mesum, bagaimana kalau aku ganti dengan mendesah?"

"YA! Jangan mengingatkanku dengan program konyolmu itu, Tuan Lee."

"Sudah berapa kali aku katakan program Bayi Kilat itu tidak konyol, Gwe?"

"Itu konyol, Lee Jinki!"

"Baiklah, itu konyol. Tapi kau menikmatinya juga."

"Ya!"

"Bagaimana kalau kita melanjutkannya?"

"APA?"

"Program Bayi Kilat itu." Mengedipkan sebelah mataku sebelum meraih pinggangnya dan menciumnya dengan penuh gairah.

Oh, tidak tahukah kau Kim Gweboon, jika suamimu ini telah menahan nafsunya sejak tadi?
Dan aku mendapatkan makanan yang kuinginkan. Kim Gweboon. Malam minggu ini kami isi dengan desahan-desahan penuh cinta.
.
.
.
END

Mendesah 'The Series'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang