Happy Reading!!!
.
.
.
* * *
Gweboon mengerucutkan bibirnya. Gadis itu menatap tajam layar ponselnya.
"Apakah itu lucu, Lee Jinki?" Tanyanya sarkatis.
Uh, sepertinya Gweboon sedang melakukan panggilan video dengan suaminya yang masih dalam perjalanan bisnisnya.
Jinki menghentikan tawanya, walaupun tidak benar-benar berhenti. Laki-laki itu masih tersenyum dengan lebarnya saat sebuah pertanyaan meluncur dari mulutnya. "Apa kau begitu merindukanku?"
"Huh! Aku malas mengakuinya." Gweboon membuang muka.
"Hei, lihat aku, Gwe!" Perintah Jinki. "Kenapa malas?"
Gweboon menghela nafas singkat sebelum kembali menatap Jinki. "Karena kau pasti akan menggodaku setelahnya."
"Jadi... kau benar-benar merindukanku, eum?"
"Kau sudah tahu jawabannya."
"Aku ingin mendengarnya langsung darimu."
"Aish, kau ini! Jika aku tahu akan berakhir seperti ini, aku tidak akan menceritakan mimpiku kepadamu." Gweboon kembali mengerucutkan bibirnya kesal. Jika saja saat ini tangannya tidak memegang ponsel. Mungkin gadis itu sudah berkacak pinggang sekarang.
"Penyesalan selalu datang belakangan, sayang."
Gweboon tidak merespon, gadis itu menatap kesal ke arah Jinki.
"Gwe."
"Hmm..."
"Aku senang." Kali ini Jinki tersenyum lembut.
"Apa?"
"Aku senang karena kau bermimpi seperti itu. Artinya kau begitu merindukanku. Karena asal kau tahu saja, aku juga sangat merindukanmu. Andai saja aku yang bermimpi seperti itu, aku lebih memilih untuk tidak bangun dan hanya hidup di dunia mimpi saja."
"Otak mesum! Jika kau ada di hadapanku, sudah kupukul kepala yang melindungi otakmu itu."
"Aku bersyukur karena aku tidak di sana." Jinki membalas dengan cengiran.
"Huh! Padahal aku tidak mengharap respon seperti ini darimu."
Jinki mengerutkan keningnya. "Kau berharap seperti apa?"
"Entahlah. Mungkin sesuatu yang lebih manis. Seperti kau akan pulang lebih cepat dari rencana semula." Raut wajah Gweboon berubah sedih.
Jinki hanya tersenyum tipis dan menatap istrinya dengan lekat. "Gwe, ada yang harus kuberitahukan kepadamu."
"Apa?"
"Aku... akan di sini lebih lama lagi."
Gweboon terkejut. Matanya mengerjap-ngerjap menatap Jinki. "Maksudmu?"
"Karena kondisi yang tidak diinginkan, perjalanan bisnis ini menjadi lebih lama."
"Adakah masalah?"
"Tidak. Bukan seperti itu. Aku... masih bisa menanganinya."
"Lalu?"
"Hanya masalah investor yang sulit untuk dibujuk. Jadi, membutuhkan waktu sedikit lebih lama lagi."
"Berapa lama?"
"Entahlah. Mungkin satu minggu, atau lebih."
"Satu minggu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendesah 'The Series'
FanfictionAku gak nyangka kalau masih ada yg baca sampai sekarang. Jadi aku coba buat ngerapihin pelan2. Dan jangan aneh ya sama bahasanya, ini ff aku buat sekitar 2013-2015. Oneshot ataupun drabble yang berkesinambungan. Oleh karena itu bacanya harus urut. T...