Mendesah?!

34.8K 118 0
                                    

Happy Reading!!!
.
.
.
* * *
Gweboon menatap benda berbentuk persegi panjang berwarna putih itu. Bibir wanita itu melengkung ke bawah, mata itu tampak berkaca-kaca. Oh, apakah dia akan menangis sekarang?

Gweboon merindukan suaminya. Huh! Sejak kapan Gweboon menjadi melankolis seperti ini? Entahlah. Mungkin sejak dia menyadari jika dia begitu mencintai laki-laki mesum itu. Aneh baginya saat tiba-tiba laki-laki itu berusaha mendekatinya dulu. Melakukan hal-hal di luar nalar untuk menarik perhatiannya. Gweboon bahkan kesal ketika Jinki menjawab karena dia cantik saat Gweboon menanyakan alasan Jinki mendekatinya. Oh, apakah jika dia jelek Jinki tidak ingin mendekatinya? Tapi siapa yang peduli? Bagi Gweboon, Lee Jinki dulunya adalah seseorang yang menyebalkan. Hingga semua itu berbalik. Bagi Jinki, Gweboonlah yang menyebalkan. Dan pandangan itu benar-benar berbalik saat Jinki memperlakukannya dengan baik. Menuruti apapun yang dia inginkan. Oh, tidakkah itu membuat hatinya berbunga-bunga? Terlebih senyum laki-laki itu membuat jantungnya berdegup lebih cepat.

Jatuh cinta. Butuh berapa bulan untuk Gweboon mencintai Jinki? Entahlah. Yang dia tahu, saat Jinki melamarnya, wanita itu sudah mencintainya.

Mengelus layar ponselnya yang menampakkan foto suaminya. Itu adalah pose terbaik dari semua foto Jinki yang ada di ponselnya. Karena setiap kali Jinki mengambil gambar dirinya dengan ponsel Gweboon selalu dengan ekspresi yang menyebalkan bagi wanita itu. Tapi anehnya, Gweboon tak berniat untuk menghapusnya.
Menjauhkan ponselnya dari wajahnya, menatap ponsel itu dari jarak yang cukup jauh. Ya. Pada akhirnya Gweboon memutuskan untuk melakukan panggilan video dengan Jinki. Begitu rindukah?
Gweboon tersenyum saat wajah Jinki terlihat di layar ponselnya. Tapi ekspressi itu berubah saat melihat wajah lelah Jinki.

"Apa aku mengganggumu?"

"Eum... tidak juga. Ada apa, sayang?"

"Aku... merindukanmu."

Jinki bisa melihat bekas air mata di pipi Gweboon.

"Astaga, kau sampai menangis karena merindukanku?"

Jinki tertawa di seberang sana.

"Kenapa kau justru tertawa? Menyebalkan!"

"Kau itu lucu, Gwe. Bahkan belum ada satu jam yang lalu kita melakukan panggilan video juga."

"Itu..."

"Apa kau begitu merindukanku?" Gweboon hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Ternyata kau sangat mencintaiku, Kim Gweboon."

"Jika tidak mencintaimu, aku tidak akan sudi menikah denganmu, Lee Jinki."

"Gwe..."

"Katakan!"

"Apa?"

"Katakan kalau kau mencintaiku?"
"Jika aku mengatakannya, apa yang akan kau berikan padaku?"

Oh, bukan hal aneh lagi jika Gweboon menanyakannya. Wanita itu sangat jarang mengatakan aku mencintaimu pada suaminya. Kalaupun mengatakannya itu karena Jinki yang memintanya dan berjanji akan mengabulkan keinginannya. Dan keinginan seorang Kim Gweboon tidak akan jauh-jauh dari belanja.

"Aku akan memberikan apa yang paling kau inginkan saat ini."

"Apakah kau akan mengabulkannya?"

"Kau ingin apa, Gwe?"

"Aku ingin kau pulang sekarang, Jinki-ya."

Jinki tersenyum. "Aku akan pulang, Gwe. Aku janji. Kau hanya harus menungguku satu minggu lagi."

"Tapi aku ingin sekarang." Gweboon merajuk.

"Gwe..."

"Katakan kau mencintaiku dan aku akan menciummu sebagai gantinya."

Kening Gweboon berkerut, sedikit bingung dengan perkataan suaminya. "Menciumku?"

"Hmm.."

"Tapi bagaimana caranya?"

"Katakan dulu kau mencintaiku, setelah itu aku akan memberitahumu caranya."

Gweboon menghela nafas panjang. Gugup. Kenapa rasanya selalu seperti ini jika akan mengatakan aku mencintaimu kepada suaminya sendiri?

"Aku... mencintaimu, Jinki-ya. Sangat mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu, Gwe." Jinki tersenyum.

"Sekarang tempelkan bibirmu ke layar ponsel, aku juga akan melakukannya. Anggap saja kita berciuman jarak jauh."

Dan mereka berdua benar-benar melakukannya. Rasanya berbeda saat melakukannya. Sekalipun bibir itu tidak saling menempel satu sama lain, tapi degupan jantung itu tetap berdetak dengan cepat. Apakah pengaruh rasa rindu yang begitu besar?

"Apakah masih kurang?" Tanya Jinki setelah wajah mereka kembali ke posisi semula.

"Tidak. Tapi..."

"Kenapa? Apa ada yang lain yang kau inginkan?"

"Itu..."

"Katakan, Gwe!"

"Ah, tidak. Ini memalukan, Jinki-ya." Gweboon berusaha menutupi wajahnya dengan sebelah tangannya. Jinki hanya melihatnya dengan aneh.

"Gwe..."

"Lupakan saja." Mengibaskan tangannya di depan wajah.

"Katakan padaku! Jika tidak aku akan marah."

"Eum... Aku ingin..." Gweboon tampak ragu.
"Ya?"

"Aku ingin... kau mendesah, Jinki-ya."

"APA?!"

Dan permintaan itu merupakan permintaan teraneh sepanjang hidup Gweboon. Jangan tanyakan bagaimana ekspressi Jinki saat Gweboon memintanya, karena itu tidak akan pernah bisa dibayangkan.

Lee Jinki benar-benar menularkan otak mesumnya pada Gweboon. Atau mungkin pada dasarnya Gweboon memang mesum? Entahlah.
.
.
.
END

Mendesah 'The Series'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang