Happy Reading!!!
.
.
.* * *
Gweboon melangkahkan kakinya dengan cepat, diikuti Jinki di belakangnya. Laki-laki itu tidak lupa mengunci pintu rumah, kemudian berjalan menuju dapur. Meletakkan belanjaannya di meja makan dan berjalan menuju lemari es untuk mengambil minum, tapi belum sampai gelas itu menyetuh bibirnya, suara pintu yang ditutup dengan keras tertangkap telinganya. Laki-laki itu hanya menghela nafas sejenak, melanjutkan minumnya yang sempat tertunda. Dan kembali melangkah menuju kamarnya.
Membuka pintu yang tak dikunci itu. Melongokkan kepalanya ke dalam. Dapat dilihat sang istri yang terduduk di tepi ranjang sambil menyilangkan tangannya di depan dada. Bibir wanita itu tampak mengerucut. Tidak tahukah jika Jinki sangat ingin merasakan manisnya bibir itu? Oh, Lee Jinki, ini bukan saatnya memikirkan tentang hal itu.
Berjalan pelan memasuki kamarnya, takut jika istrinya akan mengamuk dan mengusirnya dari kamar, lebih parahnya lagi akan menyuruhnya tidur di kamar lain lagi. Oh, cukup semalam saja, dan untuk malam ini Jinki tak ingin merasakannya lagi.
Memandang wajah cemberut istrinya itu dengan perasaan campur aduk. Mendudukkan tubuh itu di samping sang istri.
"Gwe..."
"..."
"Kim Gweboon..."
"..."
"Kau marah?"
"..." Tetap tak ada respon dari wanita itu.
"Jangan seperti ini hanya karena masalah sepele, Gwe."
Gweboon menghadapkan tubuhnya dengan tubuh Jinki. Menatap tajam laki-laki itu.
"Sepele? Jadi kau menganggap sepele saat seorang laki-laki beristri dicium oleh wanita lain di depan istrinya sendiri?"
"Bukankah sudah aku katakan dia itu teman sekolahku? Dia hanya memberi salam tadi."
"Haruskah dengan berciuman?"
"Itu tidak bisa dikatakan berciuman, Kim Gweboon. Aku tidak membalasnya, lagipula dia hanya mencium pipiku."
"Oh, jadi kau akan membalasnya jika dia mencium bibirmu?"
"Mungkin."
"YA! LEE JINKI!!!" Memukul lengan laki-laki itu dengan keras. "Kau ingin mati, eoh?"
"Aku hanya bercanda, Gwe. Kenapa kau sadis sekali?" Mengelus lengannya yang terasa sakit. "Aku hanya akan berciuman dengan istriku tercinta." Mencolek dagu Gweboon dengan genit. Membuat wanita itu bergumam tidak jelas.
"Lagipula aku yakin jika ciumannya tidak sepanas ciumanmu, Nyonya Lee." Mengedipkan sebelah matanya, menggoda Gweboonkah?
"Jangan berbicara hal menggelikan seperti itu, Lee Jinki."
"Kenapa? Bukankah kau juga suka?"
"Tidak."
"Benarkah? Lalu siapa yang kemarin mengatakan rindu ciumanku?"
"Bukan aku."
"Bukan kau, tapi Kim Gweboon."
"YA!"
"Akuilah, Gwe. Jika kau memang tidak bisa menolak pesonaku. Dan kau juga tidak bisa menolak sentuhanku. Harus kau sadari jika sifat mesumku lah yang membuatmu semakin mencintaiku."
"Mendengarmu berkata hal menggelikan seperti itu membuatku mual."
"Aku akan mengobatinya."
"Caranya?"
"Pejamkan matamu!"
"Tidak mau!"
"Kenapa?"
"Kau pasti akan melakukan hal yang aneh-aneh kepadaku."
"Astaga... aku ini suamimu Kim Gweboon. Jadi apakah salah jika aku melakukan hal yang aneh-aneh kepada istriku sendiri?"
"Tapi baby tidak suka kau sentuh."
Jinki membuktikan perkataan Gweboon. Laki-laki itu menyentuh perut Jinki dari luar. "Apakah kau merasa mual?" Tanya Jinki setelah beberapa saat mempertahankan posisi tangannya.
"Tidak." Gweboon menggelengkan kepalanya.
"Berarti hari ini baby juga tidak rewel." Jinki tersenyum.
Senyum itu... Gweboon tahu apa maksudnya.
"Ja-"
Sebelum kalimat protes berhasil keluar dari mulut Gweboon, Jinki sudah membungkam mulut itu dengan bibirnya. Semula Gweboon memberontak, tapi karena Jinki menahan tengkuk dan pinggang Gweboon dengan tangannya, wanita itu pun pasrah. Memejamkan kedua matanya dan membalas ciuman Jinki. Lumatan itu dirasakan Gweboon sangat lembut di bibirnya, hingga beberapa saat kemudian menjadi semakin panas. Bahkan lidah Jinki telah bermain di dalam rongga mulut Gweboon.
Tidak hanya bibir yang bekerja, tangan Jinki yang berada di pinggang Gweboonpun mulai menelusup masuk ke dalam pakaian yang dikenakan wanita itu. Sontak Gweboon terkejut. Menyingkirkan tangan Jinki yang mengelus punggungnya, melepaskan ciumannya dengan paksa dan menatap tajam laki-laki itu.
"Apa yang kau lakukan?""Menyentuhmu." Jawab Jinki dengan polosnya.
"YA! MALAM INI KAU TIDUR DI LUAR, LEE JINKI!"
Oh, malam inipun Jinki kembali merasakan penderitaannya. Tidak bisakah kau menahan nafsumu itu, Tuan Lee Jinki yang terhormat?
.
.
.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendesah 'The Series'
FanfictionAku gak nyangka kalau masih ada yg baca sampai sekarang. Jadi aku coba buat ngerapihin pelan2. Dan jangan aneh ya sama bahasanya, ini ff aku buat sekitar 2013-2015. Oneshot ataupun drabble yang berkesinambungan. Oleh karena itu bacanya harus urut. T...