Kecewa

2.9K 40 0
                                    

Happy Reading!!!

.

.

.

* * *

Jinki memposisikan dirinya sebaik mungkin agar tidak menindih tubuh Gweboon, terlebih perut wanita itu. Jinki membelai rambut istrinya. Tersenyum lembut sebelum mencium kening, mata, pipi, hidung dan terakhir bibir istrinya itu.

"Kau senang?"

"Hmm..."

"Desahanmu benar-benar seksi, Gwe."

Gweboon terkekeh geli. "Kau juga. Tapi perut buncitmu juga seksi."

"Ya!"

"Kau tidak sadar? Perut kita hampir sama besarnya." Dan lagi-lagi Gweboon tidak sanggup menahan tawanya.

Jinki mengerucutkan bibirnya kesal dan menyentil kening Gweboon pelan.

"Sakit..."

"Lebih sakit lagi saat aku memasukimu." Sahut Jinki santai.

Oh, astaga... tidakkah Jinki terlalu frontal?

"Kau benar, Jinki-ya. Tapi meski begitu kau selalu memaksaku melakukannya."

"Itu karena aku tidak tahan untuk mendengar desahan seksimu, istriku sayang."

"Cih! Kau benar-benar Pak Tua Mesum."

"Pak tua mesum yang kau cintai. Kau lupa menambahkan kata 'cinta'."

Gweboon memutar bola matanya kesal. "Eum... Jinki-ya..."

"Ya?"

"Bisakah kau menyingkir dari atas tubuhku?"

"Kenapa? Apa kau tidak suka dengan posisi seperti ini? Apakah kau takut terangsang lagi karena kita masih dalam keadaan polos tanpa pakaian?" Goda Jinki.

"Ya, Lee Jinki! Kenapa otakmu selalu mesum, eoh?"

"Tapi tetap saja aku ini suamimu."

"Aish, benar-benar. Aku hanya merasa sedikit sakit di bagian perutku, sepertinya kau terlalu menindih perutku."

Jinki langsung bangkit dan membaringkan tubuhnya di samping Gweboon. Tangannya mengelus perut istrinya itu.

"Baby, maafkan appa. Appa hanya terlalu bersemangat karena sudah lama tidak mendengar desahan eommamu."

"Ya! Jangan katakan hal-hal menjijikkan seperti itu kepada baby. Uh! Bisa-bisa dia terkontaminasi otak mesummu itu." Gweboon memukul tangan Jinki yang tengah mengelus perutnya.

"Kau galak sekali, Gwe."

"Aku sudah galak seperti inipun, kau tidak takut padaku."

"Untuk apa takut pada istriku sendiri?"

"Hah, sudahlah! Aku lelah, Jinki-ya. Kau terlalu agresif tadi. Bisakah kita tidur sekarang?"

"Baiklah."

Jinki mengulurkan lengan kirinya untuk digunakan sebagai bantal oleh Gweboon. Sedangkan tangan kanan laki-laki itu menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka sebelum memeluk istrinya. Gweboon mencari posisi nyaman dalam pelukan Jinki dan perlahan mulai memejamkan matanya.

* * *

Gweboon merasa mendengar seseorang memanggil namanya. Ah, bukankah baru beberapa menit yang lalu dia tertidur, kenapa dia sudah dibangunkan? Dan lagi... kenapa Gweboon mendengar suara yang memanggilnya itu adalah suara perempuan? Dan yang lebih aneh lagi, terakhir Gweboon ingat, dia dan Jinki tidur berpelukan semalam, tapi kenapa dia merasa apa yang dia peluk begitu datar dan empuk di semua bagian?

Gweboon mulai membuka matanya saat merasakan seseorang mengguncang tubuhnya dengan pelan.

"Gweboon-ah..."

"Eumm..." Gweboon menggeliat pelan, membuka matanya lebih lebar lagi dan melihat siapa orang yang membangunkannya.

"Eunsook eonni!"

"Ya?"

"Kenapa eonni ada di sini?" Tanya Gweboon bingung.

Eunsook menatap Gweboon dengan kening berkerut. Adik iparnya ini benar-benar aneh pagi ini.

"Apa maksudmu? Bukankah kau sudah seminggu ini tinggal di sini?"

"Tinggal di sini? Jadi ini bukan rumahku?"

"Tentu saja bukan. Ini rumahku, Gweboon-ah. Dan Jinki menitipkanmu di sini selama dia pergi."

Gweboon terkejut. Jinki menitipkannya? Wanita itu kemudian melihat ke sekujur tubuhnya.

"Ada apa?"

Gweboon menghela nafas kecewa. "Jadi semua itu hanya mimpi."

"Apa maksudmu, Gweboon-ah? Katakan pada eonni!" Eunsook mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Membelai rambut Gweboon dengan sayang.

"Jinki..."

"Ada apa dengannya?"

"Dia benar-benar meninggalkanku eonni?"

"Dia tidak meninggalkanmu, sayang. Dia hanya pergi sebentar."

"Aku... memimpikannya eonni."

"Apa kau begitu merindukannya?"

"Hmmm..." Gweboon menganggukkan kepalanya.

"Seperti apa mimpimu itu? Ceritakan pada eonni jika eonni boleh tahu."

Wajah Gweboon bersemu merah. Oh, haruskah dia menceritakan mimpinya pada Eunsook? Tapi tidak ada salahnya bukan? Lagipula selama ini tidak ada rahasia antara dirinya dan kakak iparnya itu.

"Aku bermimpi bercinta dengan Jinki."

"APA?" Eunsook membelalakkan matanya yang sipit. "Ternyata kau memang benar-benar sudah tertular otak mesumnya kelinci gembul itu." Eunsook menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak seperti itu. Eumm... mungkin iya, tapi hanya sedikit. Dalam mimpi itu kami bercinta sebagai syarat supaya dia tidak pergi ke luar kota. Huh! Ternyata aku memang tidak bisa ditinggal olehnya."

"Jadi kau benar-benar melakukannya?"

"Iya, malam sebelum keberangkatan Jinki, aku memintanya untuk bercinta denganku."

"Lalu? Kalian melakukannya?"

Gweboon menggelengkan kepalanya. "Tidak. Jinki hanya sebatas mencium dan menyentuhku. Setelah itu dia berhenti, saat aku tanya kenapa dia hanya menjawab, aku sudah cukup mendengar desahanmu, untuk saat ini hanya itu yang aku inginkan. Setelah itu kami tidur dan tidak terjadi apa-apa lagi."

"Kupikir Jinki akan benar-benar melakukan itu."

"Aku juga berpikir begitu, eonni. Tapi... entah kenapa malam itu dia lain dari biasanya. Sifat mesumnya seolah menghilang. Bahkan saat itu dia melakukannya dengan sangat lembut, seperti baru pertama kalinya mencium dan menyentuhku."

"Jadi... sekarang justru kau yang merindukan sentuhannya?"

"Entahlah."

"Bagaimana dengan bayi kalian? Dia tidak rewel?"

"Aku tidak tahu kenapa, tapi malam saat Jinki menyentuhku bayi ini sangat tenang. Dan mungkin karena aku terlalu merindukan sentuhannya, aku benar-benar sangat ingin bercinta dengannya malam itu. Tapi..."

"Kalian berdua memang pasangan serasi."

"Eh?"

"Kalian sama-sama mesum." Eunsook mengacak rambut Gweboon dengan kasar.

"YA, EONNI!"

"Sekarang bangun dan mandilah! Lalu telepon Jinki dan ceritakan mimpimu itu kepadanya. Setelah itu, jangan lupa ceritakan pada eonni bagaimana reaksi Jinki. Eonni begitu penasaran." Eunsook terkekeh geli membayangkan seperti apa reaksi Jinki. Meski dia tidak tahu reaksi Jinki nantinya seperti apa, tapi dia bisa membayangkan ekspresi terkejut yang terlukis di wajah Jinki.

.

.

.

END


Mendesah 'The Series'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang