Rencana Lain

11.8K 62 0
                                    

Happy Reading!!!
.
.
.
* * *
Menatap punggung yang membelakanginya itu dengan tatapan memelas.

"Gwe..."

"..."

"Gwe, kau marah?"

"..."

"Kim Gweboon..." Menggoyangkan tubuh itu dengan pelan. Tidak peduli apakah perbuataannya itu menganggu istrinya atau tidak, yang pasti dia tahu kalau istrinya itu belum tidur.

"Jangan mengangguku, Lee Jinki!" Membalikkan tubuhnya dengan cepat dan menatap tajam Jinki.

"Ayolah, Gwe..."

"Tidak mau!"

"Satu kali saja."

"Bagimu satu kali itu bisa sampai pagi."

"Kau tidak kasihan padaku?"

"Apa kau juga tidak kasihan pada baby?"

"Tapi ini sudah lebih dari satu bulan sejak aku terakhir kali menyentuhmu, Gwe."

"Itu bukan mauku, Lee Jinki. Ini demi keselamatan bayi kita."

"Aku akan berhati-hati, aku janji."

"Sekali tidak, tetap tidak!"

"Kenapa?"

"Karena aku tidak mau disentuh olehmu."

Oh, bukankah ini aneh?

"Kau tidak mau disentuh olehku? Benarkah itu?" Jinki mengerutkan keningnya heran.

"Iya, saat terakhir kali kita melakukannya, mendengarmu mendesah rasanya menggelikan."

"Apa?"

"Jadi jangan coba-coba menyentuhku."

"Mana bisa begitu?"

"Tentu saja bisa. Itu keinginan baby."

"Keinginan baby atau keinginanmu?" Jinki tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya.

Gweboon tersenyum lembut menatap suaminya, tangannya mengelus pipi chubby itu dengan lembut.

"Kau sudah pasti tahu jawabannya. Kim Gweboon tidak akan menolak sentuhan Lee Jinki. Tapi kuharap kau mengerti, jika saat ini aku benar-benar tidak mau disentuh olehmu, Jinki-ya."

"Apakah aku juga tidak boleh menciummu?"

"Eum... kalau itu kurasa tidak masalah. Asalkan kau bisa menahan nafsumu itu. Lagipula dokter sudah mewanti-wanti untuk tidak melakukannya terlalu sering."

"Sampai kapan, Gwe?"

"Ya?"

"Sampai kapan aku harus bertahan untuk tidak menyentuhmu?"

"Entahlah. Mungkin sampai baby lahir."

"Itu masih 6 bulan lagi, Gwe."

"Mau bagaimana lagi? Sepertinya baby tidak suka kau sentuh."

Terkekeh geli. Aneh rasanya saat seorang istri hamil tetapi tidak suka disentuh suaminya. Biasanya seorang istri akan sangat senang saat suaminya mengelus perutnya, tapi berbeda dengan Gweboon. Wanita itu benci ketika Jinki mengelus perutnya yang terlihat membuncit.

Huh! Menghela nafas panjang. Sepertinya Jinki memang harus menahan nafsunya. Demi baby.

"Gwe..."

"Ya?"

"Kisseu." Memajukan sedikit wajahnya kepada Gweboon.

Wanita itu memandang Jinki sejenak sebelum menempelkan bibirnya pada bibir Jinki.

"Kenapa cepat sekali?" Protes Jinki saat Gweboon hanya menempelkan bibirnya sebentar.

"Aku lelah, Jinki-ya. Aku ingin tidur sekarang." Jinki tersenyum maklum, menarik tubuh Gweboon dan memeluknya erat.

"Jinki-ya..."

"Hmmm..."

"Bisakah kau tidak memelukku?" Menggeliat di dalam pelukan Jinki.

"Kenapa?"

"Aku merasa risih. Sepertinya baby tidak suka." Menatap bersalah pada Jinki.

Oh, baiklah! Hari-hari penyiksaan bagi Jinki sepertinya telah dimulai. Melepaskan pelukannya dan mengecup kening Gweboon sebelum wanita itu berbalik membelakangi Jinki.

Laki-laki itu hanya bisa menatap punggung istrinya. Tak tahukah Gweboon seberapa besar Jinki ingin memeluknya? Seperti kebiasaan mereka saat tidur.
Jinki merapikan selimut mereka berdua, dan memilih untuk menatap langit-langit kamar. Memikirkan hidupnya yang sepertinya mulai tidak berpihak padanya. Sesaat kemudian seringaian licik tercetak jelas di wajah tampannya.

'Besok aku harus menemui dokter dan meminta saran bagaimana caranya supaya Gweboon mau aku sentuh. Kalau perlu aku akan membujuk dokter itu untuk memberitahu Gweboon bahwa sentuhan suami itu bermanfaat bagi baby.'

Seringaian itu semakin lebar seiring dengan ide gila yang terlintas di benak Jinki. Oh, Jinki bahkan tidak peduli jika dia dikatakan mesum, gila, psikopat, atau terlalu terobsesi pada Gweboon. Yang pasti, Jinki tidak akan bisa untuk tidak menyentuh Gweboon, walau hanya satu hari.
.
.
.
END

Mendesah 'The Series'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang