BAGIAN 1. DURGANDINI SANG ANAK NELAYAN

2.5K 110 14
                                    

(Ilustrasi: Durgandini yang berarti perempuan berbau amis, dalam versi pewayangan Jawa.)

Kegelapan menggelayuti langit di malam hari, melindungi manusia yang tengah tidur dari kelelahan. Namun di salah satu kamar istana Hastinapura, cahaya obor masih menyala dan tiga sosok manusia yang masih kanak-kanak tampak enggan untuk naik ke tempat tidur dan karena masih ingin bermain. Bahkan bujukan dan ajakan untuk segera tidur dari ibu-ibu mereka pun tidak digubris oleh ketiga anak ini.

Mereka adalah tiga pangeran cilik, yaitu Dasarata putra permaisuri Ambika, Pandu putra permaisuri Ambahini dan Yamawidura putra dayang Rara Katri. Ketiganya memiliki ayah yang sama yaitu Begawan Abiyasa, putra Ibu Ratu Setyawati.

"Pandu, ayo naik ke tempat tidur," bujuk Ambahini yang mulai kelelahan meladeni kenakalan anaknya. Pandu menggeleng sambil melanjutkan berlari-lari menaiki kuda-kudaan dari kulit yang diselendangkan ke bahunya dengan membawa busur dan anak panah mainan, sambil membidik saudara-saudaranya seperti prajurit tengah di medan perang. Dasarata walaupun bermata buta tetapi tetap ceria ikut bermain sambil berdiri di pojok memasang kuda-kuda sambil menajamkan telinga mengikuti suara Pandu menanti serangan. Sedangkan Yamawidura berlari-lari mengelilingi kamar mencoba bersembunyi dan menghindari serangan panah Pandu.

Terdengar suara ketukan di pintu kamar, kemudian Rara Katri yang mulai menyerah mencoba menidurkan Yamawidura, membuka pintu. Ternyata ibu Ratu Setyawati pun akhirnya datang ke kamar para pangeran cilik.

"Selamat malam, ananda Rara Katri," sapa Setyawati. "Aku dengar cucu-cucuku belum tidur di malam selarut ini."

"Benar, ibunda," jawab Rara Katri sambil mempersilakan Setyawati masuk. "Seperti biasanya cucu-cucu ibunda selalu menantikan kehadiran ibunda setiap malam sebelum tidur."

Melihat Setyawati memasuki kamar, ketiga pangeran cilik pun bersorak gembira dan menghampiri sambil berebut memberi pelukan pada nenek mereka. Setyawati pun berjongkok balas memeluk ketiga cucunya satu persatu dengan tersenyum penuh kasih sayang.

"Eyang Putri, aku ingin mendengar cerita lagi," pinta Dasarata.

"Iya, Eyang. Cerita anak nelayan itu kan belum selesai," lanjut Yamawidura.

"Kalau aku penasaran siapa pemuda sakti yang akan menolong anak nelayan itu, Eyang," sahut Pandu tidak mau ketinggalan.

Setyawati tersenyum mendengar celotehan ketiga cucunya, lalu menjawab, "Baiklah, tetapi aku ingin kalian segera bersiap untuk tidur, lalu setelah semua cucuku sudah naik ke tempat tidur, baru aku akan melanjutkan ceritaku."

Tanpa banyak kata lagi, ketiganya segera menuruti perintah neneknya. Ketiga ibunya pun bernafas lega dan akhirnya bisa menyiapkan anak-anaknya untuk tidur. Tak lama kemudian ketiga pangeran cilik telah berada di atas tempat tidurnya masing-masing sedangkan ketiga ibu mereka berpamitan dan meninggalkan kamar. Setyawati lalu memulai lanjutan cerita pengantar tidur tentang seorang anak nelayan yang akhirnya menjadi ratu sebuah kerajaan besar.

***

Alkisah sebelum berdirinya kerajaan Hastinapura, adalah sebuah kerajaan bernama Wirata yang dipimpin oleh Prabu Basuketi. Raja Basuketi ini telah lama ditinggal oleh mendiang istrinya, permaisuri Girika. Meskipun Basuketi dan Girika sangat saling mencintai, keduanya tidak dikaruniai anak satu pun. Apalagi dengan meninggalnya sang permaisuri, kesedihan Basuketi sungguh tidak tertahankan dan membuatnya sering melamun dan merenungi nasibnya serta kerajaannya yang terancam kehilangan penerus.

Hingga pada suatu hari, Basuketi pergi berburu dengan para pengawalnya. Namun karena kesedihannya, Basuketi tidak peduli dengan keadaan sekitar dan hanya memacu kudanya tak tentu arah bahkan hingga terpisah dengan para pengawalnya. Basuketi akhirnya menyadari hal ini dan tanpa terasa dia telah berada di tepi sungai Yamuna. Karena kelelahan dia pun tertidur di pinggir sungai dan memimpikan memadu kasih dengan mendiang istri yang sangat dirindukannya.

MAHACINTABRATA SUKMA WICARA PART II (CINTA MATI DEWANATA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang