(Ilustrasi: Pandawa Lima, dalam versi pewayangan Jawa.)
Pandu, Kunti dan Madrim tengah menjalani hidup layaknya pertapa di padepokan Saptarengga. Pilihan menggunakan mantra Adityahredaya yang disarankan Kunti akhirnya dijalankan sesuai kesepakatan ketiganya. Kunti menceritakan kepada Pandu dan Madrim segala kejadian awal saat dia memperoleh mantra Adityahredaya dari Resi Druwasa. Mantra yang sangat hebat dan sangat sulit dipelajari namun telah memilih Kunti sebagai salah satu penguasannya. Seakan telah ditakdirkan bahwa perjalanan hidup Kunti akan sampai pada saat ini. Saat suaminya, Pandu Dewanata yang telah diangkat menjadi raja namun harus mendapat supata dari Begawan Suhastra karena memanah kijang yang sedang memadu kasih. Supata yang membuat mereka tidak akan bisa mempunyai keturunan dengan cara biasa, tetapi dengan mantra Adityahredaya yang ampuh akan bisa membuat mereka mempunyai keturunan. Keturunan yang telah digariskan untuk menjadi masa depan Hastina bahkan dunia.
Pandu dan Kunti pun bersepakat untuk memiliki putra pertama yang jujur, adil, bijaksana dan sabar, yang mengingatkan mereka berdua pada sosok terkasih, Yamawidura yang sangat pantas menjadi raja namun harus mengalah karena menjadi putra bungsu. Maka Kunti pun memohon bantuan dengan memanggil Batara Dharma, dewa keadilan dan kebenaran, yang kemudian memberikan putra pada Kunti. Putra pertama mereka diberi nama Yudhistira.
Kemudian untuk putra kedua, mereka berdua bersepakat untuk memiliki anak yang bersosok tinggi, besar, kuat dan perkasa. Kunti kembali memohon bantuan namun kini pada Batara Bayu, dewa penguasa angin yang gagah berani dan berkekuatan dahsyat, teguh bersahaja serta pendiam. Batara Bayu pun berkenan memberikan putra kepada Kunti dan diberi nama Bima yang berkuku sakti Pancanaka sebagai ciri dari keturunan Batara Bayu.
Putra ketiga disepakati sebagai penjelmaan unsur kesaktian, keberanian dan keluhuran budi. Kunti memohon bantuan Batara Indra, dewa perang yang berjiwa pemimpin dan bertanggung jawab, serta menguasai petir dan hujan. Batara Indra menganugrahkan Kunti dan Pandu seorang putra yang tampan dan sakti mandraguna, diberi nama Arjuna.
Namun keberhasilan Kunti memberikan keturunan membuat Madrim cemburu karena mulai terpinggirkan dari kasih sayang Pandu yang harus membantu Kunti merawat ketiga putranya yang masih bayi. Kunti pun sebenarnya selama ini terus mengajarkan Madrim mantra Adityahredaya yang karena sangat sulit memakan waktu yang sangat lama bagi Madrim untuk mempelajarinya.
Ketika akhirnya Madrim berhasil merapal mantra Adityahredaya, dia pun memanggil Batara Aswin, dewa kembar bergelar 'tabib para dewa', yang selalu menjadi tempatnya berdoa. Batara Aswin pun menganugrahkan putra kembar ke dalam kandungan Madrim. Madrim sangat bahagia dengan kehamilannya dan sifat manjanya semakin menjadi-jadi sehingga Pandu harus terus-menerus memberikan perhatian lebih kepada Madrim selama kehamilannya. Namun rasa cinta keduanya yang terjalin semakin kuat akhirnya berbuah terwujudnya supata Begawan Suhastra.
Setelah melahirkan kedua putra kembarnya yang diberi nama Nakula dan Sadewa, maka putra Pandu telah berjumlah lima orang yang kelak disebut Pandawa. Kebersamaan merawat dua bayi dan kedekatan sebagai sepasang orang tua baru, Pandu dan Madrim tidak kuasa menahan keeratan cinta mereka. Pada suatu malam dihiasi bulan purnama yang indah, Dewi Madrim akhirnya menjadi takdir cinta dan mati bagi seorang Pandu Dewanata.
Dewi Madrim pun membuktikan kesetiaan cintanya pada Pandu dengan melakukan 'labuh geni', menjatuhkan diri ke dalam api membara saat pembakaran jasad Pandu dan mengikuti kematian Pandu menuju keabadian cinta mereka di alam yang suci.
akankah kau melihatku saatku jauh
akankah kau merasakan kehilanganku
jiwaku yang telah mati, bukan cintaku
janjiku selalu abadi hanya milikmu
aku pergi dan tak akan kembali
akhir dari cinta yang abadi
akankah kau melihatku di akhir nanti
jiwaku yang telah mati bukan cintaku
janjiku selalu abadi hanya untukmu
aku pergi dan tak akan kembali
air mata untuk yang abadi
aku pergi ke alam yang suci
akhir dari abadi cintaku
aku pergi ke alam yang suci
akhir dari cinta yang abadi
(Lagu oleh: Nidji - Akhir Cinta Abadi)
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHACINTABRATA SUKMA WICARA PART II (CINTA MATI DEWANATA)
Tarihi Kurgu"Mahacintabrata" adalah sebuah novel modern bagi penyuka wayang atau siapa pun yang ingin tahu tentang seni warisan budayawan Indonesia ini. Kisah pewayangan akan diceritakan dengan bahasa yang sangat menarik dan mudah dicerna, sehingga membuat pemb...