BAGIAN 6. PERAWAN YANG BERPUTRA

899 58 0
                                    

(Ilustrasi: Dewi Kunti memanggil Batara Surya dengan Mantra Adityahredaya.)

Dewi Kunti yang cerdas bisa merasakan kondisi kehamilannya dalam beberapa minggu setelah pertemuannya dengan Batara Surya. Rasa panik sempat muncul dalam benaknya mengingat bahwa dia belum bersuami dan bahkan juga seorang putri raja yang tentunya bisa membawa aib yang diketahui seisi kerajaan. Namun berkat kecerdasan dan naluri keibuan yang tumbuh dalam jiwanya, Kunti tetap bisa menyembunyikan kehamilannya dari seisi istana.

Namun setelah memasuki bulan terakhir usia kandungan untuk melahirkan, Kunti tidak mampu lagi menyembunyikan kehamilannya karena kondisi perutnya yang semakin membesar. Dengan terpaksa dia menghadap ayahnya, lalu menceritakan kehamilannya. Raja Kuntiboja tidak bisa menahan amarah dan kekecewaannya mengetahui anak gadisnya tiba-tiba sudah hamil tua tanpa seorang suami. Setelah Kunti menceritakan kejadian pertemuannya dengan Batara Surya melalui mantra Adityahredaya, Raja Kuntiboja pun segera memanggil Resi Druwasa ke istana lalu meminta pertanggungjawaban sang Resi untuk mencari jalan keluar dari aib yang dialami putri Raja Mandura. Sang Resi dengan bijak mencoba membantu memberi jalan keluar pada Raja Kuntiboja.

Kemudian berkat kesaktian Resi Druwasa, demi menjaga keperawanan Dewi Kunti, bayi yang dikandung Kunti dilahirkan dari telinga kirinya sehingga bayi laki-laki tersebut diberi nama Karna. Kemudian demi menyembunyikan aib, bayi tersebut harus disingkirkan dari istana dan diperintahkan oleh Raja Kuntiboja untuk dihanyutkan di Sungai Aswa. Resi Druwasa dan Kunti pun memohon petunjuk pada Batara Surya, yang kemudian menganugrahkan Karna yang masih bayi tersebut baju tamsir yang kebal untuk berperang, anting dan kalung yang akan menjamin keselamatan Karna walau dihanyutkan di sungai. Dengan berat hati dan penuh kesedihan, Kunti harus merelakan kehilangan Karna, putra pertamanya yang masih bayi.

(Ilustrasi: Dewi Kunti terpaksa menghanyutkan Karna yang masih bayi ke sungai, dalam adegan Serial Mahabharata versi India

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ilustrasi: Dewi Kunti terpaksa menghanyutkan Karna yang masih bayi ke sungai, dalam adegan Serial Mahabharata versi India.)

Kemudian untuk menghindarkan kemungkinan kehebohan lainnya, Raja Kuntiboja pun menyelenggarakan sayembara untuk meminang Dewi Kunti. Undangan telah disebarkan ke seluruh pelosok kerajaan dan sayembara telah dipersiapkan dengan tantangan yang sangat sulit karena Raja Kuntiboja mengharapkan seorang menantu yang cakap dan sakti untuk ikut membantu membesarkan kerajaan Mandura. Ada satu orang yang diharapkannya akan memenangkan sayembara itu, yaitu pangeran dari kerajaan Mandaraka, putra sahabatnya Raja Mandrapati. Untuk memuluskan rencana tersebut, dia pun memanggil Kunti untuk menghibur kesedihan putrinya sekaligus membujuknya agar bersedia diperistri oleh menantu pilihannya.

"Putriku Dewi Kunti, ananda tentunya sangat sedih harus kehilangan putramu yang telah sekian lama berdiam dalam kandunganmu dan telah menjalin kasih sayang denganmu di dalam rahim," hibur Raja Kuntiboja.

Dewi Kunti hanya menunduk dengan sedih.

Raja Kuntiboja menghela nafas panjang, lalu berkata, "Maafkan aku, ananda. Aku sebagai ayahmu juga memiliki tanggung jawab sebagai seorang raja, harus bisa memilah mana tindakan yang sebaiknya diambil untuk menjaga keutuhan keluarga kita sekaligus menjaga nama baik kerajaan. Aku berharap ananda mengetahui bahwa tindakanku sama sekali tidak mengurangi kasih sayangku padamu bahkan aku sendiri menyadari kekhilafanku karena kurang memperhatikanmu selama ini hingga tidak mengetahui kehamilanmu sampai perutmu sudah membesar. Untuk kesekian kalinya aku memohon maaf, ananda. "

Dewi Kunti pun berkata, "Aku sebagai anak ayahanda pun memohon maaf bila telah mengecewakan ayahanda karena asal-muasal persoalan adalah dari kekhilafanku sendiri. Rasa bakti ananda dan kewajiban menuruti orangtua yang membuatku mengikuti segala kehendak ayahanda atas putraku, Karna, sehingga ayahanda tidak perlu lagi meminta maaf kepadaku. Rasa sayangku kepada ayahanda pun tidak pernah berkurang bahkan semakin bertambah karena aku pun telah mengetahui bagaimana rasanya naluri menjadi orangtua yang tentu tetap menyayangi anaknya sesakit apa pun anaknya memperlakukan orangtuanya."

Raja Kuntiboja sangat terharu mendengar kesabaran Kunti dan seketika telah memaafkan kekhilafan yang dilakukan putrinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raja Kuntiboja sangat terharu mendengar kesabaran Kunti dan seketika telah memaafkan kekhilafan yang dilakukan putrinya. Dia pun menyampaikan maksudnya tentang sayembara.

"Putriku Kunti, ada hal yang ingin kusampaikan tentang sayembara untuk meminangmu nanti," ucap Raja Kuntiboja dengan hati-hati. "Aku mengharapkan dengan mengadakan sayembara yang sulit, kau akan memperoleh calon suami yang sakti dan gagah perkasa. Sehingga bisa menjagamu dan keluargamu kelak serta kerajaanmu bersama calon suamimu akan menjadi kerajaan yang berjaya dan bersanding dengan Mandura ke depannya."

Kunti termenung sejenak, lalu berkata, "Aku menyerahkan keputusan sepenuhnya pada ayahanda, karena restu dan doa ayahandalah yang akan memberkahi dan melanggengkan pernikahan kami kelak."

"Tentu saja ananda, doaku akan selalu menyertaimu hingga akhir hayatku," ucap Raja Kuntiboja, lalu berdehem sebentar. "Tentunya kau sudah mengenal Pangeran Narasoma, putra Raja Mandrapati dari kerajaan Mandaraka. Aku dan Raja Mandrapati sudah bersahabat sejak lama dan bila kau nanti bisa bersanding dengan Narasoma, maka Mandura dan Mandaraka akan bersanding semakin erat dan berjaya bersama. Lagipula aku tahu bahwa ananda juga bersahabat erat dengan adik perempuan Narasoma, Dewi Madrim, bukan?"

Kunti pun telah bisa membaca ke arah mana pembicaraan ini membawanya, tetapi tanpa berani menyanggah kepada orangtua, dia berkata, "Benar, ayahanda. Aku telah mengenal Narasoma dan memang Dewi Madrim adalah sahabat terbaikku. Madrim adalah gadis yang sangat baik perilakunya seperti pula ibunya Ratu Tejawati yang sangat penyayang. Namun jujur saja aku tidak terlalu mengetahui perilaku dan pribadi Narasoma. Namun setahuku dari Madrim, Narasoma sudah beristri, ayahanda."

Raja Kuntiboja termenung sejenak, lalu berkata, "Setahuku juga begitu, ananda. Namun kuharap ananda bisa menerimanya karena tentunya ananda nantinya akan tetap jadi permaisuri di Mandaraka karena ananda adalah putri dari kerajaan sebesar Mandura. Itu pun bila memang Narasoma yang memenangkan sayembara, putriku. Kita tidak tahu nanti bisa saja ada pangeran dari kerajaan lain yang memenangkan sayembara. Mungkin sebaiknya ananda tidak terlalu memikirkan hal tersebut."

"Baiklah, ayahanda."

Pembicaraan ayah dan putrinya tersebut pun berakhir dan menimbulkan pertanyaan di hati masing-masing tentang kemungkinan apa yang akan terjadi kelak dalam pelaksanaan sayembara yang akan segera diselenggarakan.

MAHACINTABRATA SUKMA WICARA PART II (CINTA MATI DEWANATA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang