(Ilustrasi: Dewi Madrim dan Dewi Kunti, dalam adegan serial Mahabharata versi India.)
Sang Ratu untuk pertama kalinya akhirnya memasuki kamar sang Raja, setelah tiga bulan masa pernikahan mereka. Dewi Kunti merasa canggung dan ragu-ragu, namun dengan meneguhkan hati seperti yang sudah direncanakannya, dia memantapkan langkah mendekati ranjang sang Raja yang terletak di bagian agak dalam dari kamar. Namun ternyata dilihatnya sang Raja tengah duduk di kursi, menunggu kedatangannya. Dewi Kunti menarik nafas, lalu menghampiri sang Raja sambil terus menatapnya lekat-lekat. Itukah sosok sang Raja, Pandu Dewanata, suaminya? Dewi Kunti seperti melihat sosok orang lain, yang sudah tidak dikenalnya lagi.
Pandu Dewanata telah menanggalkan semua baju kebesaran dan asesoris kerajaan dari tubuhnya. Dia hanya mengenakan pakaian tidur biasa, yang menampakan kondisi asli tubuhnya. Terlihat bahwa kegagahan telah banyak berkurang, badannya mulai terlihat mengurus, tidak seperti sebelum menikah. Raut wajahnya pun tampak kusut, pucat dan suram, seperti menyimpan keresahan pikiran yang sangat dalam, yang juga menghilangkan ketampanannya dulu. Sorot matanya tampak sangat lelah dan mengantuk, dengan mata yang memerah dan lingkaran hitam di sekelilingnya. Dewi Kunti semakin terhenyak menyaksikan keadaan Pandu setelah dirinya mendekat.
Pandu yang sejak tadi seperti sibuk melamunkan sesuatu, akhirnya menoleh pada Dewi Kunti, lalu menyapa, "Selamat malam, Dinda Kunti. Silakan duduk..."
Dewi Kunti pun duduk dan tampak masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya pada diri Pandu.
Pandu lalu bertanya, "Bagaimana kabar Dinda Dewi? Apakah perjalanan Dinda tadi siang masih menyisakan kelelahan?"
Dewi Kunti hanya bisa menggelengkan kepala, tanpa menjawab.
Pandu menghela nafas panjang, lalu berkata, "Maafkan aku memanggil Dinda seolah tidak memberi kesempatan untuk Dinda beristirahat malam ini. Tetapi ada hal penting yang hendak aku sampaikan, bahkan mungkin seharusnya aku sampaikan sejak awal pernikahan kita dulu..."
Dewi Kunti hanya terdiam, walau dalam hatinya terus bertanya-tanya tentang apa yang terjadi pada Pandu sehingga kondisinya tampak sangat mengkhawatirkan. Dan selama ini dia tidak menyadari karena memang tidak pernah lagi berjumpa dengan Pandu, mengingat dia selalu menghindari pertemuan mereka dan berseberangan agenda kegiatan, sesuai pengaturan yang dilakukan oleh Yamawidura.
Pandu melanjutkan, "Aku menyadari bahwa situasi rumah tangga kita dalam kondis menyedihkan, namun apa yang aku sampaikan ini mudah-mudahan akan bisa menjelaskan alasannya. Walau kurasa kesalahan pun tetap ada pada diriku, yang tidak mampu bersikap jujur dari awal kepada dinda..."
Dewi Kunti menarik nafas panjang dan akhirnya mampu berkata dengan suara lirih, "Katakanlah, Kanda... sepahit apa pun kenyataan itu..."
Pandu pun akhirnya menceritakan peristiwa terjadinya supata Begawan Suhastra. Mendengar cerita itu, Kunti tak kuasa menahan kekagetannya, seakan tidak percaya bahwa suaminya mendapat kutukan yang begitu berat, tepat di saat menjelang pernikahan dan penobatan Pandu menjadi raja.
Seusai Pandu bercerita, Dewi Kunti masih terhenyak dan terdiam beberapa lama, mencoba meresapi apa yang telah terjadi selama ini dan sebab musababnya. Pandu yang tampak kelelahan juga terdiam, menunggu reaksi Kunti sambil menelusuri ekspresi dan gestur istrinya tersebut. Namun setelah lama menunggu, Pandu melihat Kunti masih termenung, seakan menyimpan pertanyaan atau suatu maksud yang ragu untuk diungkapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHACINTABRATA SUKMA WICARA PART II (CINTA MATI DEWANATA)
Historische Romane"Mahacintabrata" adalah sebuah novel modern bagi penyuka wayang atau siapa pun yang ingin tahu tentang seni warisan budayawan Indonesia ini. Kisah pewayangan akan diceritakan dengan bahasa yang sangat menarik dan mudah dicerna, sehingga membuat pemb...