BAGIAN 5. TIGA JEJAKA HASTINA MENCARI CINTA

914 64 1
                                    

(Ilustrasi: Pandu Dewanata, dalam versi pewayangan Jawa.)


Setelah beranjak dewasa, ketiga jejaka dari Hastinapura yaitu Dasarata, Pandu dan Widura menjadi harapan penerus tahta serta tumbuh sebagai pangeran yang telah mendapat gemblengan dan didikan yang luar biasa dari ayah mereka, Raja Abiyasa, dan uwak mereka, Bisma Dewabrata. Juga kasih sayang yang berlimpah ruah dari ibu-ibu mereka dan tentunya nenek mereka, Ibu Ratu Setyawati yang semakin bijaksana serta penuh dengan nasihat dan wejangan tersampaikan dalam perkataan langsung maupun kiasan dalam dongeng dan cerita, seperti kisah Durgandini serta sejarah berdirinya Hastina.

Namun kecemasan akan kelanjutan tahta Hastina tidak pernah hilang seperti trauma yang berakar kuat di istana Hastina. Melihat ketiga pangeran mulai telah menjadi jejaka, seisi istana merasa bahwa sudah tiba waktunya untuk mencarikan jodoh guna menjamin kelanjutan tahta Hastina. Dan datanglah kabar dari sebuah negeri yang jauh, yaitu kerajaan Mandura, yang tengah mengadakan sayembara mencari jodoh untuk putri Raja Kuntiboja, Dewi Kunti Nalibrata, yang sudah tersohor kecantikan serta keindahan perilakunya. Mendengar berita ini, ketiga jejaka Hastina pun bertekad untuk mengikuti sayembara, namun tentunya dengan meminta izin pada ayah mereka, Raja Abiyasa serta Bisma. Tanpa membuang banyak waktu mereka pun segera menghadap.

"Ayahanda, perkenankanlah aku mengikuti sayembara di Mandura untuk meminang putri Raja Kuntiboja, Dewi Kunti," pinta Pandu sebagai pangeran yang paling kuat dan perkasa dibanding kedua saudaranya. "Aku berjanji akan memenangkan sayembara tersebut dan membawa pulang putri Mandura untuk dijadikan permaisuri Hastina kelak."

Raja Abiyasa berpikir sejenak, lalu berkata, "Ananda, aku percaya ananda bisa memenangkan sayembara itu dengan kesaktianmu Namun dalam perjalanan panjang keluar Hastina menuju kerajaan Mandura yang sangat jauh, tentunya ananda tidak hanya perlu be...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raja Abiyasa berpikir sejenak, lalu berkata, "Ananda, aku percaya ananda bisa memenangkan sayembara itu dengan kesaktianmu Namun dalam perjalanan panjang keluar Hastina menuju kerajaan Mandura yang sangat jauh, tentunya ananda tidak hanya perlu bermodalkan kesaktian. Ananda harus bisa mawas diri dalam bersikap, mampu menempatkan diri di tengah-tengah orang luar yang berbeda kebiasaan dan budayanya bahkan mungkin tidak mengenal siapa ananda dan dari mana asal-usul ananda. Mungkin ananda juga harus meminta nasihat pada Uwak Bisma. Bagaimana pendapat, Kanda Bisma?"

Bisma merenung sejenak sambil menatap satu persatu ketiga keponakan tersayangnya. Rasanya khawatir harus melepas salah satu dari mereka pergi jauh namun tentunya ini adalah suatu ujian yang harus mereka lalui sebagai bukti mereka memiliki kemampuan yang pantas untuk menjadi raja di kemudian hari.

"Benar, Kanda Abiyasa," jawab Bisma pada akhirnya. "Uwak juga merasa ananda perlu untuk ditemani dalam perjalanan yang sangat jauh ini. Uwak rasa Widura bisa menemani Pandu dan kalian bisa saling menjaga selama dalam perjalanan."

Widura pun senang mendengar perkataan Bisma, namun dalam hatinya tidak kuasa meninggalkan kakaknya Dasarata sendirian di Hastina, sehingga dia berkata, "Terimakasih, Uwak Bisma. Namun alangkah sedihnya kami berdua bila harus berpisah sekian lama dengan kakak kami, Dasarata. Sedangkan sejak kecil kami selalu bersama tidak terpisahkan. Mohon Uwak Bisma dan ayahanda bisa turut mengizinkan Dasarata ikut dengan kami, sehingga kami bertiga bisa saling mengisi dan memperoleh pengalaman seperti yang selalu kami lakukan selama mendapat gemblengan dan didikan dari Uwak Bisma dan ayahanda."

MAHACINTABRATA SUKMA WICARA PART II (CINTA MATI DEWANATA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang