CHAPTER 5

1K 151 14
                                    

Semilir angin mengelus helaian rambut Taehyung tatkala ia memijaki atap sekolah. Tak butuh waktu lama baginya untuk menemukan Hanbin yang tengah memantul-mantulkan bola basket di sana diiringi dengan gerakan-gerakan menghindar seolah-olah ada banyak musuh yang menghadangnya.

Ketika berpijak pada posisi yang tepat, Hanbin menembakkan bola basket itu ke dalam ring dengan sukses; yang kemudian disambut oleh tepuk tangan meriah Taehyung. Dengan sigap Hanbin menangkap sebuah botol minuman yang Taehyung lemparkan secara tiba-tiba kepadanya dan turut mendudukkan diri di samping Taehyung pada sebuah bangku kayu.

"Kau mengikutiku kemari?" Hanbin bertanya sembari mengamati Taehyung dengan kerutan pada dahinya.

Taehyung terkekeh kecil. Ia membuka tutup kaleng sodanya, menghabiskannya dalam sekali teguk, dan mengecap lidahnya puas sebelum menimpali; "Tidak juga, kebetulan aku membutuhkan udara segar."

Hanbin mengangguk kecil lalu mengamati sebuah botol minuman jernih pada genggamannya. "Kau bahkan masih ingat kalau aku lebih memilih air mineral daripada minuman bersoda."

"Tentu saja. Kau itu satu-satunya orang dengan hidup paling teratur dan higienis yang pernah kujumpai. Mana mungkin aku bisa lupa?" Taehyung kembali terkekeh menggoda yang hanya ditanggapi oleh senyuman kecil Hanbin.

Keduanya terdiam sejenak. Taehyung kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan menjetikkan jemarinya sewaktu mengamati ring di tengah-tengah area. "Tapi, apakah kau akan terus-menerus bermain basket sendirian? Tidakkah ada keinginan untuk bergabung dengan tim basket inti? Kemampuanmu tidak akan berkembang kalau kau terus menyembunyikannya."

Hanbin mengambil nafas berat, namun ia kembali tersenyum kecil. "Tidak apa, lagipula ini hanya sekedar kegiatan untuk mengisi waktu luang. Bahkan sekalipun aku bergabung dengan tim basket inti, belum tentu aku dapat membaur dengan mudah."

"Apakah masih sulit bagimu untuk beradaptasi dengan orang-orang baru?" Taehyung bertanya dengan nada rendah untuk kali ini, ia merunduk untuk memandang Hanbin. Namun Hanbin hanya mengangguk kecil, dan Taehyung mendecak gusar.

"Aku paham kalau kau adalah orang jenius, tetapi apakah tindakan yang benar kalau kau terus-menerus membatasi jumlah relasimu? Tidakkah kau merasa kesepian? Ayolah, ada banyak orang yang ingin mengenalmu lebih dekat. Seharusnya kau lebih membuka diri dengan yang lain," tutur Taehyung menasehati.

"Aku tahu. Tetapi tetap saja aku merasa tidak nyaman dengan orang baru."

"Astaga, Hanbin. Kau bahkan sudah mengenal teman-teman seangkatanmu selama satu tahun lebih. Tidak lucu kalau kau masih menganggap mereka seperti orang asing bagimu."

"Hh, entahlah. Aku pun tidak tahu dengan jalan pikiranku sendiri."

Taehyung mendesah berat. Ia mengacak-acak rambutnya asal sembari membaringkan punggung pada pagar pembatas. "Kau benar-benar aneh. Apakah Irene juga berpola pikir yang sama sepertimu?"

Menyadari nama yang ia sebut barusan, Taehyung terdiam sejenak. Sekilas, kejadian yang tak sengaja ia lihat di kelas tadi kembali terputar dalam otaknya. Ia menegakkan posisi tubuhnya dan memandang Hanbin dengan intens, berharap bahwa pertanyaan yang akan ia ajukan ini dapat melenyapkan rasa penasarannya.

"Aku tahu kau kesulitan berinteraksi dengan orang baru. Tetapi entah mengapa aku merasa..." Taehyung menggantungkan kalimatnya, "...ada sesuatu denganmu dan Irene. M-mungkin ini hanya perasaanku saja. Tetapi aku selalu menemukan gelagat yang aneh pada dirimu tiap kali yang lain membicarakan Irene."

Taehyung menyedekapkan kedua tangannya di depan dada tanpa mengalihkan pandangannya dari Hanbin. "Katakan padaku, apakah kau mengenal Irene sebelumnya?"

SHARDS OF GLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang