CHAPTER 7

1K 154 14
                                    

"Selamat pagi, Taehyung sunbae!"

"Taehyung-ssi, apa kabar?"

"Semangat, Kim Taehyung!"

Segelintir murid di sepanjang koridor menyapa Taehyung dengan ramahnya. Jabatannya sebagai ketua gang sebenarnya memang tidak terlalu memberi efek terhadap perlakuan orang lain kepadanya. Semua orang menganggap Taehyung sederajat seperti mereka, tak lain karena tingkahnya yang berbanding terbalik dengan gangster pada umumnya.

Seulas senyumnya yang dapat membuat lutut para gadis melemas, wajah konyolnya yang tak jarang mengundang tawa, suara bassnya yang berkharisma, dan tatapannya yang dalam sekejap mampu membuat hati para gadis berdebar. Kim Taehyung memiliki berbagai pesona dalam dirinya, dan ia masih saja tak menyadari hal itu.

"Cepat ambil benda itu!"

Bau busuk seketika menguar dan menelusup pada indera penciuman Taehyung tatkala ia membuka pintu kelas olim. Ia buru-buru menjepit hidungnya lalu menghampiri Hyejeong, Sungjae dan Hanbin yang tengah melingkari bangkunya. Mereka pun tengah menjepit hidung masing-masing.

"Ya, kau ini jorok sekali!" Hyejeong tiba-tiba saja menggertak Taehyung kesal.

"Jorok bagaimana?" Taehyung bertanya dengan wajah tak bersalahnya. Ia pun tak tahu apa yang sedang terjadi.

"Lihatlah, ada sebungkus kari yang membusuk di lacimu. Baunya benar-benar mengganggu," tutur Sungjae seraya mengibas-ibaskan salah satu tangannya tepat di depan hidungnya.

Seakan tak memercayai hal itu, Taehyung dengan sigap menengok isi laci mejanya. Ia terbatuk-batuk saat tak sengaja menghirup bau tak sedap itu lebih dekat. Sebungkus kari busuk itu benar-benar berada di lacinya.

"Astaga, siapa yang menaruhnya di sini?" Taehyung berdecak gusar.

"Memangnya siapa lagi yang duduk di bangku ini selain kau?" Hyejeong menjadi gemas sendiri dengan pertanyaan Taehyung.

"Kau menuduhku? Yang benar saja, sejak tiga hari terakhir aku sama sekali tak membawa bekal. Dan, oh, aku bahkan sama sekali tak suka dengan kari!" Taehyung menerangkan seraya menendang kaki mejanya. Perutnya terasa mual akibat bau tersebut.

Saat mengangkat pandangannya, Taehyung mendapati Irene yang tengah mengerjakan kumpulan soal dengan masker yang menyembunyikan separuh wajahnya. Sebelah alis Taehyung terangkat kemudian muncul beberapa garis pada dahinya. Ia mematung sejenak.

Tumben sekali Irene datang lebih awal dari biasanya, pikirnya.

***

Taehyung melangkah masuk ke dalam ruang kesenian setelah mengetuk pintu berulang kali. Tak ada yang berbeda sedikitpun semenjak terakhir kali ia berkunjung kemari--lebih kurang sekitar dua minggu yang lalu, saat ia resmi menjadi murid yang di'istimewakan' oleh pihak sekolah.

Ruangan ini masih cukup remang-remang, namun setidaknya masih ada dua buah jendela yang memberi celah bagi sinar mentari untuk menelusup barang sedikit. Taehyung mengelap salah satu bangku yang berdebu dengan sapu tangannya kemudian mendudukinya. Ia menyumpalkan earphone pada kedua telinganya lalu mulai memilah lagu pada folder dalam ponselnya.

Kedua matanya terpejam sementara kepalanya turut bergerak mengikuti alunan lagu. Setidaknya ia dapat bernafas lega karena masih ada sedikit waktu luang untuknya melepas penat dengan mendengarkan lagu. Ia benar-benar rindu dengan daftar lagu favoritnya yang ia campakkan akhir-khir ini.

Belum sampai lima menit, sayup-sayup langkah kaki yang bersahutan menginterupsi pendengaran Taehyung--meskipun ia hampir mendengarkan lagunya dengan volume penuh. Kedua matanya terbelalak terkejut begitu menemui bayangan yang semakin mendekat dari celah pintu dan memutar kenop.

SHARDS OF GLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang