CHAPTER 19

946 145 20
                                    

"Ada kesulitan?"

"Tidak"

"Tapi kau masih mengerjakan soal itu sejak tadi. Oh, lihat! Kau bahkan sudah menghabiskan hampir setengah halaman untuk menjabarkan jawabannya. Rumus yang kau gunakan itu keliru"

"Berisik"

"Ya, aku bahkan dapat mengerjakan soal itu sebelumnya tanpa perlu menghitung menggunakan rumus aslinya. Sini, kuberitahu trik yang cepat dan tepat"

"Bisa diam tidak, sih? Kalau kubilang tidak ya tidak!"

Menyadari Irene terganggu dengan celotehannya, Taehyung pun mengunci mulutnya dan menghela nafas berat. Yah, memang lebih baik ia menuruti saja apa kata gadis itu daripada ia nanti harus menguras waktu dan tenaga lagi bila sewaktu-waktu Irene kian berontak.

Membahayakan kalau Irene berulah lagi, karena secara tidak langsung Taehyung juga turut terlibat mengingat ia telah berjanji pada Guru Kim bahwa ia akan membuat Irene mengubah perilakunya. Dipertemukan dengan orang yang jauh lebih keras kepala dengan dirinya membuat Taehyung harus lebih berhati-hati dalam berbuat sesuatu.

Taehyung menyangga beban kepalanya dengan menumpukan dagunya menggunakan sebelah tangan di atas meja, mulai bosan dengan situasi yang ada. Ia hanya dapat melirik ke direksi Irene dalam diam, setengah melamun. Ia mengamati setiap gerak-gerik Irene dengan intens. Menyadari ia tengah diperhatikan, Irene pun berdesis dan melemparkan pandangan tajamnya pada Taehyung.

"Like what you see?" Irene bertanya dengan ketus, membuat Taehyung agak terkejut karena tertangkap basah. Namun belum sempat percekcokan kecil itu terjadi, decitan daun pintu menginterupsi keduanya.

"Ouh, a--apa aku mengganggu?" Hanbin agaknya sedikit gugup saat ia menjumpai kedua temannya itu duduk bersila di ruang tamu, terlebih saat Irene seolah-olah melayangkan kilatan-kilatan amarah padanya yang tergambar jelas dari cara pandangnya itu.

"Halo, kau darimana saja?" Taehyung melambaikan sebelah tangannya seraya tersenyum sumringah, berlagak ramah dengan maksud menyairkan suasana. Merasa Taehyung sedang berusaha menyelematkannya, Hanbin pun turut meladeni saja apa yang dilakukan Taehyung.

"Aku membeli camilan untuk kalian. Tidak sopan kalau aku sebagai tuan rumah tidak menyuguhi apapun," tutur Hanbin seraya duduk berlutut di hadapan Taehyung maupun Irene dan mengeluarkan barang-barang dari dalam kantong plastiknya satu per satu. Taehyung pun turut membantu menatanya di atas meja.

"Kau benar-benar busuk"

Baik Hanbin maupun Taehyung terhenyak begitu Irene mengucapkan kalimat itu, singkat namun begitu tajam. Hanbin yang merasa tersindir menatap Irene dengan terkejut.

"Apa maksudmu?"

"Dan kau masih bertanya apa maksudku?" Irene berdecih dan menyedekapkan kedua tangannya di depan dada. "Sudah jelas kau bersekongkol dengan orang ini untuk menjebakku! Mempelajari materi olimpiade dengan orang yang juga membuat masalah denganku, yang benar saja? Kau pikir ini lucu?"

Tuduhan Irene yang bertubi-tubi itu sukses membuat Hanbin bungkam. Sungguh, ia sama sekali tak bermaksud demikian. Lagipula, ini juga demi kebaikan keduanya. Melalui sudut matanya, ia mengetahui Taehyung tengah memberi isyarat kepadanya melalui gestur jemarinya. Seperti semacam tanda agar ia tak gegabah dalam mencari alibi. Hanbin berdeham kecil.

"Selama dua kali masa percobaan, Taehyung selalu memperoleh peringkat pertama berturut-turut. Aku rasa Taehyung lebih pantas menjadi mentormu karena ia sudah menguasai hampir seluruh materi dengan baik.

Aku sendiri juga merasa tidak sanggup mengajarimu selama satu minggu penuh karena masih ada beberapa kursus yang harus aku ikuti sepulang sekolah. Kurasa Taehyung sama sekali tak keberatan bila ia menggantikan posisiku, ia sama sekali tak memiliki kesibukan selama ini."

SHARDS OF GLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang