CHAPTER 23B

1.4K 168 59
                                    

Recommended song: Joy feat SeulOng - Always in My Heart (SM Station)

Lenguhan kecil terdengar dari balik bibir mungil Irene. Gadis itu sedikit menggeliat dari balik selimut sebelum akhirnya bangkit dari posisinya, mendudukkan diri pada kasur sembari mengerjap-erjapkan kedua matanya; berusaha mengembalikan kesadarannya.

Ia termenung sejenak, manik matanya menyusuri keadaan sekitar meski penerangan di ruangan tersebut hanya bersumber dari cahaya bulan yang menyelinap dari balik tirai jendela.

Ini aneh, pikirnya. Bagaimana tidak, rasa pegal yang selama ini ia rasakan mendadak sirna, seolah ia tak memikul beban apapun. Semua orang mungkin berpikiran bila dengan tidur saja mampu membuat tubuh menjadi lebih segar, namun kebenaran tersebut nyatanya tak pernah terjadi sekalipun pada dirinya.

Atau mungkin saja itu karena durasi tidurnya yang bahkan tidak pernah mencapai batas normal. Bayangkan saja, selama beberapa tahun belakangan ia hanya tidur selama lima jam dalam sehari; demi mempertahankan peringkatnya tentunya.

Lalu, jam tidurnya semakin menipis saja semenjak ia bergabung dalam kelas olimpiade, yang bila dikira-kira hanya mencapai dua sampai tiga jam per harinya. Kalau sudah begitu, siapa sih yang tidak merasa lesu? Rutinitas belajar Irene yang gila-gilaan itu benar-benar tak terkontrol.

Dan ini adalah kali pertama ia mampu terlelap hingga tujuh jam lamanya, tanpa terbangun tuk sekian detik sekalipun. Jelas saja tubuhnya terasa begitu bugar. Irene menghirup napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan. Hawa sejuk selepas hujan bahkan mampu tercium jelas olehnya.

Ia bangkit dari kasur dan mendekati nakas di samping jendela. Kedua matanya menyipit, berusaha membaca jam duduk yang terletak di sana, dibantu oleh sinar rembulan. Pukul empat pagi. Biasanya, ia baru tidur pada jam-jam tersebut, namun sekarang ia justru sudah terbangun.

Perlahan, Irene berjalan menuju pintu dan memutar kenop tanpa menimbulkan suara, berusaha tidak mengusik Sohyun yang masih terlelap dengan nyenyaknya. Ia disambut dengan pencahayaan minim dari lampu dinding berwarna biru yang hanya diletakkan di dekat televisi ruang keluarga.

Meski begitu, ia sudah hampir mampu memahami dan menghafal keseluruhan letak ruangan di rumah ini. Hanya saja, ia merasa aneh karena lama-kelamaan nuansa rumah Paman Kim secara tiba-tiba begitu terasa olehnya, terlebih saat ia berada di beberapa sudut seperti ruang tamu, ruang makan, bahkan kamar mandi sekalipun. Bila diamati, penempatan barangnya sama persis, yang membedakan hanyalah warna dinding dan perabotnya saja.

Sebegitu dekatkah jalinan pertemanan Taehyung dan Hanbin sampai-sampai detail ruangan di rumah mereka pun hampir menyerupai satu sama lain, gumam Irene.

Langkahnya membawanya begitu saja ke arah sumber cahaya yang cukup terang dari arah dapur. Irene menaikkan sebelah alisnya. Apakah Tuan dan Nyonya Kim lupa mematikan lampu dapur?

Tepat ketika berdiri di ambang penghubung antara dapur dengan ruang makan, ia bertemu pandang dengan Taehyung yang baru saja menutup pintu kulkas dan tengah menggembungkan kedua pipinya, nampak menahan sesuatu di dalamnya.

Keduanya saling berpandangan untuk sepersekian detik, hingga akhirnya Taehyung menyemburkan air dari dalam mulutnya secara tiba-tiba, nampak begitu terkejut dengan keberadaan Irene. Taehyung bahkan sampai harus menepuk-nepuk dadanya karena tersedak hingga terbatuk.

Anehnya, ia turut mengacungkan jari telunjuknya ke direksi gadis itu dan membulatkan kedua matanya seakan-akan Irene adalah objek yang menakutkan.

"I.. itu.." Taehyung sampai terbata-bata.

Irene hanya mampu menaikkan sebelah alisnya, masih tak mengerti mengapa Taehyung bereaksi begitu di hadapannya; seperti baru saja menjumpai mahkluk astral.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SHARDS OF GLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang