Surprise for you

902 64 9
                                    

"Happy Birthday" Reinhard menyerahkan sepotong kue black forest kecil dengan sebatang lilin bernyala diatasnya.

Angga terkejut. Seumur hidupnya baru kali ini ada yang memberikannya kue ulang tahun.

"Make a wish dulu sebelum tiup." Ucap Rei lalu tersenyum.

Angga menatap Rei. Ia masih bingung dengan kejutan ini.

"Kok diem aja sih? Itu lilinnya udah mau abis loh."

Angga menutup matanya sejenak lalu meniup lilin ulang tahunnya.

"Yay!" Reinhard menyerahkan kue pada Angga.

"Rei" Angga menatap mata Reinhard.

"Hmm"

"Makasih. Ini.. ini pertama kalinya gue tiup lilin ulang tahun."

"Serius?"

Angga mengangguk kemudian tersenyum pada Rei. Ia benar-benar merasa senang.

Reinhard menatap Angga, berusaha mencari kebenaran. Reinhard masih tak percaya dengan pernyataan Angga. Seburuk itukah hidup Angga? Bukankah ia masih punya ibu? Atau ini hanya rekayasa agar dia semakin iba pada Angga?

"Kamu tau darimana Rei kalo hari ini ulang tahun aku?"

"Dari sumber terpercaya. Oh iya aku punya kado buat kamu." Rei berdiri dan masuk ke kamarnya.

Rei mengambil salah satu kotak jam tangan miliknya. Ia berbohong tentang dirinya yang sudah menyiapkan kado. Ia tahu bahwa Angga berulang tahun baru sekitar satu jam lalu, ketika secara tidak sengaja ia melihat kartu mahasiswa Angga.

Angga hanya diam menatap kotak hitam di hadapannya.

"Dibuka dong." Rei tersenyum.

Angga membuka perlahan kotak jam tangan tersebut.

"Rei ini terlalu mahal. Aku ga pantes pake jam semahal ini."

"Ga suka ya? Ya udah besok kita ke toko jam lagi, besok kamu pilih sendiri oke?"

"Bukan ga suka Rei. Cuma.. " Angga menatap jam tangan mewah yang masih berada di kotak hitam.

"Gapapa kalo ga suka. Aku ga marah kok. Bener deh."

Angga menatap Rei. "Makasih ya Rei. Aku belum pernah dapet kado sebelumnya. Pertama kali dapet kado langsung barang mewah kayak gini. Aku bingung. Ngerasa ga pantes aja. Bukan karena ga suka." Angga tersenyum tulus pada Rei.

Rei berdebar-debar melihat Angga. Ini pertama kalinya ia melihat seseorang begitu bahagia diberikan sesuatu, yang bahkan sebenarnya bukan barang baru.
Ini pertama kalinya ia merasa ingin terus memberikan lebih agar bisa melihat ekspresi bahagia pemuda di hadapannya ini.

"Kata siapa kamu ga pantes? Jam ini benda mati. Bisa dibeli sama siapapun. Kalo rusak juga dia jadi ga berharga. Kamu harus inget Ga, kalo kamu tuh berharga. Kamu harus menghargai diri sendiri."

Angga diam. Belum pernah ada seorang pun yang mengatakan padanya bahwa ia berharga. Selama ini ia sering diremehkan, dianggap rendah dan akhirnya membuat ia  menjadi orang yang rendah diri.

Angga meletakkan kotak jam tersebut di meja ruang tamu. Ia memeluk Reinhard erat. "Thanks Rei."

Reinhard merasakan lagi perasaan itu. Perasaan ingin selalu melindungi pemuda yang berada di pelukannya. Baru kali ini ia merasakan ini pada seseorang.

"Rei, kamu ulang tahunnya tanggal berapa?" Tanya Angga ketika hari hampir berakhir.

"Kamu ga tau kapan aku ulang tahun?"

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang