Kepalanya pusing. Tubuhnya menggigil. Keringat dingin keluar dari tubuhnya. Lambungnya terasa perih. Lehernya dan hidungnya mulai gatal; batuk dan bersin mulai menderanya. Tubuhnya yang berbalut pakaian masih setengah basah membuatnya merasa semakin tidak baik.
Angga duduk bersandar pada sisi tembok samping kanan di stasiun kereta. Memejamkan matanya. Ia memutuskan untuk beristirahat sejenak disini.
"Ibu" suara anak kecil yang memelas membuat Angga membuka matanya dan menoleh ke samping kirinya.
Ada seorang ibu sedang mengangkat anak laki-laki. Ibu itu kemudian mendekap anak itu dalam gendongannya. Mengelus-ngelus punggung anak itu.
"Iya ibu tahu kamu sakit. Sabar ya. Sebentar lagi ayah sampai."
Angga memperhatikan ibu dan anak itu.
Dulu, ketika ia masih kecil, ibu tidak pernah memanjakannya. Kalau ia sakit, ibu memang akan merawatnya, tapi bukan memanjakannya.
Ia sering kali merasa iri pada teman-temannya karena dimanjakan oleh ibu mereka. Ia suka iri ketika ada acara di sekolah, melihat teman-temannya ditemani, digendong, dicium dan dilimpahi perilaku kasih sayang lainnya oleh ibu mereka. Ibu tidak pernah mau datang ke acara sekolah. Angga bahkan selalu mengambil sendiri raportnya. Ibu bilang bahwa ibu harus kerja, ia tidak bisa datang ke sekolah.
Karena itulah, ia tidak pernah sekalipun mengungkapkan perasaan atau keinginannya untuk dimanja pada ibunya. Ia tidak mau menyusahkan ibunya. Ibu selalu bilang kalau Angga harus mandiri. Harus membantu ibu. Angga laki-laki, tidak boleh manja. Apalagi sejak ayahnya meninggal, ibu hanya sendirian membanting tulang untuk hidup mereka.
Tidak lama setelah ibunya menikah dengan laki-laki itu, adik perempuannya lahir. Sejak itu, ia sering melihat ibunya memanjakan adik perempuannya. Memeluknya, menciumnya, menggendongnya, bercanda dengannya, membelikan makanan atau mainan yang disukai adiknya. Angga sering sekali merasa iri melihat itu, tapi lagi-lagi ia tidak ingin mengutarakannya. Ia merasa dirinya sudah besar, sudah tidak pantas lagi ingin dimanja seperti anak kecil. Ibunya sering bilang, sekarang ia adalah seorang kakak. Kakak harus menjaga dan menyayangi adiknya, tidak boleh iri.
Angga seakan tidak berarti di rumah itu. Ia merasa tidak nyaman berada di rumahnya sendiri. Karena itulah, ketika usianya menginjak 16 tahun, Angga memutuskan untuk bekerja. Pergi pagi, pulang malam. Apa saja yang bisa ia lakukan, ia lakukan.
Selama tiga bulan tinggal bersama Rei, tidak pernah sekalipun ibunya menghubunginya. Beberapa kali ia lah yang berinisiatif pulang ke rumah karena ia rindu pada ibu dan adiknya. Saat ia pulang, ibunya hanya tersenyum seadanya, bertanya kabarnya sebentar lalu minta maaf tidak bisa mengobrol lama dengan Angga karena harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Ibunya seakan tidak merindukannya. Seakan tidak masalah ia tidak pulang ke rumah.
Angga masih memperhatikan ibu dan anak yang ada di sebelah kirinya. Begitu hangatnya pelukan seorang ibu. Saat ini ia ingin sekali dipeluk oleh ibunya, walau hanya sebentar saja. Namun keinginannya hanyalah harapan kosong. Tidak akan mungkin terjadi. Jangankan dipeluk, diinginkan lahir ke dunia ini saja ternyata tidak.
Ia teringat semua memori bersama ibunya, mulai dari ia kecil . Ia masih ingat jelas perhatian dari ibunya saat ibunya tahu tentang luka cambuk di punggungnya. Saat itu terasa nyaman sekali. Terasa hangat. Itu pertama kalinya Angga merasa ibunya menyayanginya. Namun, Angga memutuskan untuk tidak lagi menceritakan penyiksaan yang diterimanya. Ia tidak ingin melihat ibunya menangis. Ia tidak ingin menyakiti ibunya. Ia sangat menyayangi ibunya.
Ia lalu teringat pengakuan ibunya hari itu.
Rasanya benar-benar sakit. Luka hati karena tidak diinginkan oleh ibu kandungnya sendiri kembali menganga lebar, perih. Angga belum bisa melupakan pengakuan ibunya. Sejak pengakuan itu, ia sering menangis dalam diam. Ia sering sekali tidak bisa tidur di malam hari. Dan semuanya itu tanpa sepengetahuan Reinhard.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
RandomDia orang pertama yang.. ..membuatku tersenyum dengan cinta.. ..membuatku merasakan indahnya cinta.. ..membuatku mengerti arti cinta.. ..membuatku jatuh cinta.. dan ..membuatku terluka tanpa cinta.. Reinhard ... Erlangga Reinhard sengaja mencari...