Menu 14 : He's Back!

589 37 2
                                    

Sejak turun dari motor, senyum mengembang tidak juga hilang dari bibir Gita. Entah apa yang membuatnya bahagia, mungkin karena tadi pagi diantar ayahnya, atau karena bertemu dengan cowok bermata coklat? Ah, bisa jadi karena hari ini, lagi, seorang Alfa muncul ketika dirinya sedang susah. Pangeran bermotor Scoopy? Haruskah Gita menjulukinya seperti itu untuk hari ini?

Saking bahagianya, ia sampai lupa masih mengenakan helm ketika masuk ke dalam rumah. Di belakangnya, Alfa hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuannya. Gita berjalan menuju kulkas, mengambil satu kotak susu ultra cokelat setengah beku, satu kaleng soda dan beberapa cemilan dari dalam lemari penyimpanan.

"Duh, tolong dong," kata Gita dengan tangan penuh pada Alfa, ia menundukkan kepalanya ke Alfa yang sedang duduk di sofa untuk membuka helmnya. Cemilannya ia simpan di atas meja ketika kepalanya kembali terasa ringan. "Gue udah bilang belum?" tanya Gita seraya menusuk sedotan ke susu ultranya, lalu menyedot isinya sambil memperhatikan Alfa.

Cowok itu menggelengkan kepalanya, menatap Gita dengan pandangan bertanya. "Eh, ngga jadi deh," ralat Gita dengan senyum terkulum. Biarlah menjadi rahasianya dengan Tuhan, kalau ia sangat suka dengan penampilan Alfa sekarang. Dengan celana selutut dan baju putih lengan pendek, rambut cowok itu sepertinya juga habis dipotong, sehingga membuat penampilannya lebih fresh.

"Tumben senyum mulu, biasanya juga nangis kalo ketemu gue." Sindir Alfa pada Gita yang kini sudah duduk bersila di sampingnya.

Gita melirik Alfa tanpa menghilangkan senyumnya, "Kayaknya efek ketemu cowok di halte deh."

Orang yang duduk di sampingnya hanya merespon dengan dengusan. Tidak ada lagi percakapan, hanya ada suara dari TV yang beberapa menit lalu Gita hidupkan. Itupun, salah satu dari mereka tidak ada yang benar-benar menontonnya.

"Al," Gita memberanikan diri mencolek lengan Alfa. Tidak ada jawaban, cowok itu hanya bergumam. Bahkan ketika Gita mencubit lengannya, Alfa hanya mengaduh lalu kembali bungkam. "Lo marah, ya?" tanya Gita penasaran, apa mungkin candaanya tentang cowok di halte bisa membuat Alfa gusar?

Tanpa menoleh, Alfa menggelengkan kepalanya, matanya menatap lurus layar TV yang sedang menyala. Gita mendesah pasrah, cowok yang ada di sampingnya kembali pada kebiasaan awalnya, hanya bicara seadanya.

"Al," Gita kembali berusaha, ia yakin pertanyaan kali ini akan membuat cowok itu membuka suara. "Cowok yang tadi, namanya siapa?"

Benar saja dugaannya, Alfa langsung menegakkan posisi duduknya, menoleh ke arah Gita dengan tatapan sedingin susu ultra yang ada di tangan Gita. "Yaudah sih kalo ngga mau kasih tau," kata Gita sambil menunduk, menghindari tatapan Alfa yang mungkin saja akan membuatnya menjadi boneka salju.

Mata Alfa terpejam sejenak, mencoba menahan emosinya yang memuncak. Ia jadi tidak enak hati melihat Gita yang sepertinya sedikit takut pada tatapannya. "Jangan bikin gue khawatir mulu," tangan Alfa menekan pelan puncak kepala Gita.

"Mana ada orang khawatir ninggalin sampe dua minggu," Gita menggerutu tanpa mendongak. "Ilang, muncul lagi terus marah-marah lagi. Gitu aja terus sampe gue punya pacar baru."

"Pacar baru darimana? Kalo ketemu Dirga aja lo masih ngehindar, hmm?" Alfa menekan dahi Gita dengan telunjuknya, lalu mendorongnya hingga kepala cewek itu mendongkak.

"Daripada gue sakit, mending gue menghindar," bibir Gita mencebik ke bawah tanda tidak senang. "Ngga usah sengaja ngilang deh biar dicari, lo bukan maling tauk!"

"Gue udah izin sama bokap lo, Git. Kalo gue ngga bisa anter-jemput lo selama dua minggu ini."

"Ayah ngga bilang apa-apa tuh sama gue," kata Gita dengan nada tidak terima. Lagian kenapa harus ke ayahnya? Memangnya cowok itu tidak bisa bilang langsung ke Gita?

A Gift From GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang