2 tahun sebelum Alfa bertemu Gita di Korea.
Rasa gugup menyelemuti Alfa sejak cowok itu turun dari mobilnya. Langkahnya terasa berat padahal ia sudah sering bertandang ke rumah ini. Bahkan Alfa sampai mengucap bismillah dalam hati sebelum tangannya membuka knop pintu dan menemukan sang pemilik rumah sedang duduk dengan tenang di ruang tengah.
"Sore, Om." Alfa menyapa sopan sebelum melanjutkan langkah.
"Assalamu'alaikum." Koreksi Rahadian untuk sapaan Alfa.
Tangan Alfa yang sudah sedingin es ia gerakan untuk mengusap tengkuknya. Jangankan untuk meminta restu calon mertua, mengucap sapaan saja ia sudah salah.
Alfa meneguk ludah sebelum mengucap salam dengan benar dan dijawab sopan oleh Rahadian.
"Sehat, Om?" Alfa melontarkan basa-basi setelah dipersilahkan duduk oleh sang empunya rumah.
"Kalau saya ngga sehat, kamu mau pulang?"
Napas Al napas, Alfa mencoba menenangkan diri sendiri. Anggap aja ini karma karena lo sering berbuat sesuka hati sama anaknya.
Kesepuluh jari Alfa bertaut untuk menghilangkan rasa gugup. Ini bukan pertama kalinya ia bertemu dengan ayah Gita. Tapi ini pertama kalinya ia merasakan sikap dingin dari sahabat ayahnya itu. Apa mungkin Rahadian bersikap seperti ini karena enggan melepas putri semata wayangnya?
"Eungg.... sepenglihatan saya Om sehat. Jadi saya ngga perlu pulang kan, Om?"
"Emang kamu dokter jadi bisa pastiin saya sehat atau ngga?"
Glek. Susah payah Alfa menelan salivanya. Tenggorokannya terasa tercekat. Ingin rasanya ia lenyap dari pandangan Rahadian sekarang juga. Baru juga ditahap basa-basi tapi jantungnya sudah hampir berhenti.
"Ayah! Jangan begitu sama Alfa," protes sang Nyonya saat melihat wajah Alfa yang tegang bukan main saat berhadapan dengan suaminya. "Minum dulu, Al." Jelita menyodorkan secangkir teh di hadapan Alfa.
"Ma-makasih Tante," jawab Alfa sambil memaksakan segaris senyum.
"Maafin Om ya, Al. Ada yang lagi takut ngelepas anak gadisnya gitu, jadi sok bertingkah jadi ayah yang disegani calon menantunya," kelakar Jelita yang langsung dihadiahi tatapan tajam oleh suaminya.
"Ngga apa, Tan. Saya maklum kok. Apalagi yang dilepas secantik dan sepintar Gita. Saya rasa ayah manapun tidak akan rela melepas putrinya."
"Kalau tau saya tidak akan rela melepas, kenapa masih berani bertemu dengan saya?" Tanya Rahadian dengan sorot mata tajam.
Tiga kali salah, batin Alfa panik. Restu semakin jauh kawan!
"Kalo saya ngga memberanikan diri bertemu dengan Om, saya ngga bakal bisa menikah dengan anak Om. Saya tau tugas saya menjaga Gita resmi berakhir pas saya menghilang dari hidup Gita setelah lulus SMA, Saya juga tau Om bakal mempersulit akses saya bertemu Gita meskipun saya nekat ke Korea. Bahkan selama 2 tahun ini saya tau itu perbuatan Om yang buat saya ngga tau kabar Gita sama sekali. Makanya saya sekarang ke sini, Om. Mau minta restu untuk menikahi Gita sebelum saya berjuang untuk mendapatkan Gita lagi." Jawab Alfa dengan tenang meskipun detak jantungnya bertalu tidak tenang.
"Saya ingin menjaga Gita atas keinginan saya sendiri, Om. Bukan karena amanat dari Om."
"Tanpa kamu saya bisa menjaga putri saya sendiri."
Lagi, ucapan Alfa dipatahkan begitu saja oleh Rahadian. Rasanya Alfa ingin membuat pepatah baru, bahwa calon menantu pria selalu salah di mata calon mertua pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Gift From God
Novela JuvenilKadang tidak habis pikir, kenapa orang-orang di Jakarta rela pergi pagi pulang pagi agar bisa membeli rumah di kawasan elite namun pada akhirnya tidak ditempati. Namun ada lagi yang lebih membingungkan, sepasang suami-istri yang katanya atas dasar c...