Menu 10 : Khilaf

751 45 10
                                    

Kasak-kusuk tentang Dirga yang putus dengan Gita mulai tersebar dengan tambahan berbagai macam bumbu hingga melambung jauh dari fakta yang sebenarnya. Tidak ada yang mengetahui secara pasti, mereka justru menduga Gita berpaling pada Alfa karena kedua orang tersebut terlihat dekat akhir-akhir ini. Dan yang paling menguatkan opini mereka adalah fakta bahwa hari ini Gita dan Alfa berangkat bersama, dengan motor Alfa pula. Selama ini, motor cowok itu seperti ada tulisan kasat mata yang menyatakan tidak ada satupun cewek yang akan duduk di atasnya, karena tidak hanya sekali Alfa menolak ajakan pulang dari siswi SMA Surya.

Gita sendiri lebih memilih membiarkan orang-orang mau bicara apa tentang hubungannya dengan Dirga, untuknya tidak ada lagi yang perlu diluruskan, toh mereka semua tidak memberinya uang untuk jajan, untuk apa repot-repot menjelaskan? Hanya saja, ia risih ditatap sedemikian rupa ketika berjalan berdampingan dengan Alfa, segitu terkenalnya kah cowok itu hingga tukang sapu pun tersenyum kepadanya? Atau ia yang terlalu kudet sampai tidak mengetahui ada sosok Alfa di sekolahnya?

"Napa sih lo?" tanya Alfa yang risih melihat Gita berjalan dengan tidak nyaman di sampingnya ketika mereka hendak mengisi perut di jam istirahat kedua. SMA Surya memang punya dua jam istirahat, pertama jam 10.00 sampai 10.15 lalu yang kedua jam 12.00 sampai jam 13.00.

Bukannya menjawab justru Gita celingukan mencari sosok Kiwi atau Gilang yang dapat menyelamatkan hidupnya, sungguh ke kantin bersama Alfa adalah hal yang ingin sekali ia hindari. Gita tidak suka ketika makan banyak pasang mata yang akan memperhatikannya, tanpa Alfa saja ia sudah menjadi pusat perhatian, apalagi sekarang ketika ia baru saja putus dari Dirga dan makan bersama dengan Alfa, makin banyak saja yang kepo akan kehidupannya.

"Harus banget makan bareng?" Gita menoleh ke Alfa dengan pandangan ragu, selama pacaran dengan Dirga saja ia paling tidak suka makan bersama di kantin sekolah. Cewek itu terkadang memang butuh perhatian, tapi tidak saat makan.

Alfa menghela nafas jengah, melirik orang yang ada di sampingnya lalu kembali menatap lurus ke depan. "Kalo alasannya karna Dirga, jawaban gue : IYA."

"Apaan sih!" Gita menarik lengan Alfa agar cowok itu menghentikan langkahnya, "Lo ngga liat apa daritadi orang-orang ngeliat kita?" Gita memelankan volume suaranya, "Gue tuh risih kalo makan diliatin orang, bikin ngga kenyang. Lo tau sendiri gue selalu makan sendiri di rumah jadi yah..." cewek itu sengaja menggantungkan kalimatnya untuk mendapat simpati dari Alfa.

Mata Alfa menyisir ke sekitar sebelum menghentikan langkahnya, ia berbalik untuk memastikan tidak ada kebohongan dari ucapan Gita, "Yaudah sana balik ke kelas, ngapain lo masih pegangin tangan gue aja?"

"Takut ilang kali makanya dipegangin mulu," ujar Gilang usil dari belakang, cowok itu tiba-tiba saja sudah merangkul Gita dari belakang. "Hemm gitu ya, makannya sekarang sama Alfa udah ngga sama gue, udah kayak Alfamart gue mah didatengin kalo butuh doang."

Dengan cepat Gita melepaskan tangan Alfa, mengelap tangannya di rok seolah tangan cowok itu mempunyai banyak kuman. "Mau gue beliin obat? Baper banget lo dari pagi!"

Gilang terkekeh sambil mengacak rambut Gita, membuat cewek itu menatapnya murka, "Kan, mumpung lo jomblo," kata Gilang hingga membuat Alfa dan Gita sama-sama terdiam. Gita menatap Gilang, begitupun dengan Alfa, meskipun dengan tatapan datar ada sorot tanya terpancar di kedua matanya. Sementara yang ditatap sedemikian rupa sudah memecahkan suara tawanya. "Canda gue! Serius banget lo pada kayak lagi ujian."

"Yakin?" tanya Alfa dengan satu alis terangkat.

"Tapi kalo Gitanya mau sih gue ngga nolak," jawab Gilang santai, sedetik kemudian cowok itu sudah mendapat satu jitakan sebagai hadiah dari Gita.

A Gift From GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang