Setelah sebulan ngga nulis, saya kembali dengan tulisan receh ini. Maafkan kalau cerita ini makin ngaco aja :')
Sepanjang hari rinai hujan tidak berhenti membasahi bumi, membuat sebagian orang enggan beranjak dari rumah sejak pagi hari. Namun, tidak dengan seorang cewek yang baru saja selesai mandi, ia ingin sekali keluar rumah meskipun hujan menghadang. Andai tidak ada manusia menyebalkan yang sejak semalam tidak pulang, cewek itu pasti akan senang hati berangkat ke sekolah.
"Nanti kita jalan-jalan kalo hujannya berhenti," itu adalah kalimat penenang sebelum manusia bernama Alfa tenggelam dalam dunia mimpi. Diiringin suara rintik hujan, Alfa terlihat nyenyak meskipun tidur beralaskan lengan sofa.
Nyatanya, sampai Alfa kembali dari dunia mimpi, hujan tidak juga berhenti. Membuat Gita yang kini duduk di samping Alfa menggerutu tanpa henti. "Jangan minum susu dingin," Alfa merebut susu ultra setengah beku dari tangan Gita dengan cepat, "Badan lo baru enakan juga!"
"Rese ah! Balikin!" Gita melempar satu bantalan sofa ke wajah Alfa.
"Ntar kalo hujannya udah berenti," Alfa menyimpan susu ultra di balik tubuhnya.
"Ish!" Gita melirik Alfa kesal, malas berdebat, ia memilih fokus pada layar televisi dan membungkam mulutnya. "Al, bete tau di rumah mulu," kata Gita merajuk.
"Hujan Gita, lo buta?"
Bola mata Gita berputar jenggah, "Lo bukan manusia primitif yang ngga tau mobil bisa ngelindungin kita dari hujan, kan?"
"Lo tau kan Jakarta kalo hujan tuh macetnya minta ampun? Apalagi banyak jalanan banjir, males gue," Lagi, Alfa menolak permintaan Gita.
Lelah berdebat, Gita memilih untuk bungkam dibanding terus menerus melawan alibi yang dibangun oleh seorang Alfa, cowok itu tidak akan mengalah untuk dirinya, harusnya Gita paham itu sejak awal.
"Gue suruh Gilang sama Kiwi main ke sini ya pulang sekolah?"
"Gue maunya main di luar," jawab Gita keras kepala. Lagipula, ia memang tidak terlalu suka membawa teman main ke rumah. Alasannya sederhana, Gita tidak terlalu nyaman berada di rumahnya sendiri.
"Yah, mereka udah otewe," balas Alfa tanpa rasa berdosa, membuat Gita memasang wajah murka.
"Lo bilang pulang sekolah! Gimana sih?!"
"Sekarang juga bisa pulang kalo bolos, kayak lo ngga pernah aja," sindir Alfa telak hingga Gita kembali tidak bisa berkata apa-apa.
Sudahlah, terserah Alfa saja. Membantah pun rasanya tidak berguna.
@@@
"Wi,"
Kadang kala, orang terlalu mudah berimajinasi ketika dunia nyata tak semanis yang dirasa. Kiwi sudah tidak bisa menghitung lagi berapa banyak ia berimajinasi tentang Gilang yang kembali menyapanya, memanggil namanya dengan nada menyebalkan namun selalu ia inginkan.
"Wi,"
Namanya dipanggil lagi, Kiwi menggelengkan kepalanya beberapa kali. Apa mungkin terlalu banyak berimajinasi membuatnya mudah berhalusinasi? Sangat tidak mungkin panggilan itu berasal dari Gilang, mereka sudah terlalu lama tidak bertegur sapa layaknya teman sekelas pada umumnya.
"Yee cumi! Dipanggil ngga nyaut malah geleng-geleng kepala."
Ingatkan Kiwi untuk mendaftarkan dirinya ke psikolog ternama. Imajinasinya sudah melewati batas normal, kini dia berani berimajinasi kalau Gilang duduk di sampingnya dan memprotes karena panggilan cowok itu ia abaikan.
"Ya Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Ini cewek kenapa? Tadi geleng-geleng sekarang melongo, hamba harus tanya bapak presiden atau bapak kaporli, ya Allah?" Oceh Gilang persis seperti curhatan mantan presiden Indonesia yang sempat menjadi viral di sosial media, membuat beberapa murid yang mendengarnya tertawa terbahak atas ulah cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Gift From God
Teen FictionKadang tidak habis pikir, kenapa orang-orang di Jakarta rela pergi pagi pulang pagi agar bisa membeli rumah di kawasan elite namun pada akhirnya tidak ditempati. Namun ada lagi yang lebih membingungkan, sepasang suami-istri yang katanya atas dasar c...