Menu 23 : Trauma

516 27 8
                                    

Kepada langit malam yang kembali mempertemukanku dengannya, terima kasih. Karena salah satu dari tokoh ini hidup kembali :)

Langit sudah dilalap kegelapan saat Gita sampai di depan pagar rumahnya, ia tersenyum singkat dan mengangkat tangan pada Mang Ujang yang sepertinya akan menyampaikan sesuatu padanya. Ia tidak ingin mendengar pesan yang mengatakan orangtuanya sudah berangkat keluar kota saat ia sedang sekolah. Memangnya kalau orangtuanya ada di rumah apa yang berubah? Toh mereka tidak pernah ada ritual kumpul bersama di ruang keluarga. Gita berjalan pelan sambil memainkan tali tasnya, kepalanya terus menunduk menatap tali sepatunya yang sudah tidak terikat dan ia terlalu malas untuk mengikatnya kembali.

"Kok ngga bilang Kendra main ke sini?"

Refleks Gita mendongak untuk memastikan ia tidak berhalusinasi karena tadi kebanyakan nonton drama bersama Kiwi. Ia mundur selangkah, tatapan orang yang berdiri menjulang di depannya terlalu menghakiminya. Gita menarik nafas dalam sebelum memasang wajah andalannya, datar dan tidak gentar terhadap lawan bicaranya. "Penting banget gue harus ngasih tau, lo?"

Sudut bibir Alfa terangkat, tatapannya yang mengintimidasi tidak juga menghangat, padahal tujuan awalnya datang ke rumah Gita hanya untuk memastikan cewek itu pulang dengan selamat, entah setan apa yang membuat emosinya memuncak seperti sekarang. Mungkin menunggu 2 jam membuat kumpulan setan bersarang di dalam kepalanya. "Ngga usah sok minta bokap gue buat nitipin gue ke lo kalo lo sendiri aja ngga pernah bisa becus jaga gue!" sembur Gita sebelum Alfa sempat membuka suara. "Gue capek, mau tidur!"

"Kapan gue pernah ngga becus jaga lo?" Alfa menangkap pergelangan tangan Gita saat cewek itu hendak berjalan melewatinya. Ia menghentak tangan Gita hingga kembali ke posisi semula. "Kalo gue ngga becus, gue bakal bodo amat lo deket sama kendra."

"Oh ya?" Satu alis Gita terangkat dan memandang Alfa dengan tatapan mencemooh. "Kalo lo becus, harusnya lo kasih tau alesan kenapa gue harus jauhin Kendra! Bukan cuma ngelarang tanpa kasih tau sebabnya apa!"

"Gue udah bilang dia bahaya buat lo."

"Ya bahayanya kenapaaaa Alfaaaaaa?" Gita menjerit tertahan, ingin sekali tangannya menjambak rambut Alfa untuk melampiaskan rasa kesalnya. "Lo takut gue dihamilin juga sama Kendra? Kayak yang dia lakuin ke mantan lo? Gue bisa jaga diri kok."

"Bukan takut lo dihamilin," Alfa sebisa mungkin bersikap tenang meskipun hatinya mengumpat Kendra yang telah menceritakan apa yang terjadi di antara mereka, bajingan itu telah mendahuluinya. Ia benci fakta bahwa Gita mendengar semuanya justru dari mulut Kendra, bukan dari mulutnya.

"Ya terus apa?" Gita semakin mendesak Alfa.

"Gue takut kehilangan lo," jawaban Alfa sukses membungkam mulut Gita, mata cewek itu membesar lalu kepalanya menggeleng tidak percaya, lantas tawa kecil menyembur dari mulut Gita.

"Ngga," Gita menggeleng tegas. "Lo cuma takut kalah saing sama Kendra lagi, iyakan?"

"Lo salah," Alfa tidak membenarkan ucapan Gita.

Gita tertawa hambar. "Gue bener," sahut Gita tidak mau kalah. "Lo," telunjuk Gita menyentuh dada Alfa dan mengetuknya sekali, "Lo cuma ngga mau ego lo terluka. Mending lo sekarang pulang dan pikirin apa yang buat lo ngga bisa lepas dari mantan lo. Lo beneran sayang dia atau lo cuma ngga terima kalah saing dari Kendra."

"Git!"

"Apa? Mau ngelak? Kita diposisi yang sama, Al. Kita ngga bakal bisa bersatu kalau pikiran kita masih sama yang lain. Saingan gue mungkin udah beda alam, tapi gue tetep ngga bisa terima kalau orang yang lagi sama gue pikirannya masih ke orang lain, meskipun orang itu udah ngga ada."

A Gift From GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang