12✔

11.6K 802 2
                                    

Regan, Sean dan Sam telah sampai di Argamed Hospital. Mereka segera turun dari mobil menuju ruang Alana dirawat. Sesekali mereka tidak sengaja menabrak bahu pengunjung bahkan dokter saat berjalan.

Ruang ICU

Brakkkk

Semua orang di dalam mendengus mereka sudah tau ulah siapa itu. Regan memasuki ruangan Alana disusul Sean dan Sam. Sean ingin berbicara tapi Sam membekap mulutnya mengisyaratkan untuk diam. Sedangkan Regan dia belum menyadari situasi didalam ruangan tersebut. Semua orang menatapnya.

"Regan." panggil seseorang pelan yang mampu membuat Regan menegang. Regan mendongakkan kepalanya. Disana Alana tersenyum padanya. Bahkan Komandan Alaska, Pengacara Alesea, Gabriel dan dr. Dimas tersenyum geli melihat ekspresi Regan.

"Cepat kesini anak mama. Hey! apa wanita ini terlalu cantik sampai kau membeku disana?" kekeh Alesea.

Alesea dan Alaska telah mendengar semua cerita dari Dimas tentang yang dialami putra semata wayangnya.

Tak

Regan mendelik saat Sean dengan bodohnya menoyor kepalanya dari belakang. Sean memasang tampang polosnya. Sam terkekeh dan mendorong Regan untuk mendekat ke arah Alana.

Regan menatap Alana datar. Tidak ada ekpresi, suara yang Regan keluarkan sampai Alaska berdehem untuk menyadarkan Regan.

Dimas, Sam, Gabriel mendengus. Regan menatap sang ayah dengan satu alis terangkat satu seolah berkata 'Apa?'

"Berbicaralah." desis Alaska. Regan menghela nafasnya menatap Alana.

"Maaf" hanya itu yang Regan ucapkan. Alana mengerutkan keningnya. Dia bingung kenapa Regan mengucapkan maaf padanya?

"Maaf untuk apa?" tanya Alana. Regan diam untuk sesaat.

"Semuanya" ucapnya. Alana masih belum bisa paham maksud Regan meminta maaf padanya. Dimas, Sam dan Gabriel berdecak. Alaska menatap datar anaknya beda dengan Alesea dan Sean mengumpati Regan karna sikapnya yang menurut mereka aneh.

"Susah kalau punya keponakan ngomongnya irit, mukanya datar, sikapnya dingin. Ckckck anakmu persis sepertimu Bang." Dimas berkata sambil menunjukan tampang tanpa dosanya. Alaska mendelik sebal kearah adiknya. Semua orang diruang tersebut tertawa termasuk Alana kecuali Alaska dan Regan. Hey mereka satu spesies lelaki tampan tapi dingin wkwk

Regan mendengus kesal. Tapi dia juga meruntuki dirinya bisa-bisanya mereka tertawa.

"Oke-oke cukup. Jujur gue bingung kenapa malah lo yang minta maaf? Inikan bukan salah lo." Alana tersenyum pada Regan. Regan menggangguk tapi setelah menggeleng.

"Ehhh, busett ini anak lagi ajebb-ajebb apa angguk-angguk terus geleng-geleng, woyy ngopi ngapa ngopi diem-diem bae lo." cetus Sean yang membuat Regan menatap tajam sahabatnya itu. Dimas, Gabriel bahkan terbahak mendengar cetusan Sean.

Sam menepuk bahu Regan. Dia paham sahabatnya itu ingin menjelaskan tapi dia tidak bisa berbicara banyak.

"Lebih baik kita semua keluar biar Regan menyelesaikan masalahnya." Alesea tersenyum pada putranya. Semua orang di ruangan itu mengangguk mengikuti usulan Alesea.

"Ceritakan semuanya!" perintah Regan dengan tegas, menatap Alana saat semua orang telah keluar.

Alana mulai menceritakan kenapa dia bisa terkena pisau racun itu. Regan mengepalkan tangan, rahangnya pun mengeras saat Alana menceritakan kejadian itu semua. Alana yang melihat tatapan tajam Regan bahkan dia dapat menyimpulkan lelaki ini sedang menahan emosinya.

Agent FBI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang