Part 12 (Perjodohan)

138 15 2
                                    

"Kakak! Cepetan keluar kita mau pergi, pake baju yang bagus ya!" Cia ngetuk pintu dari luar.

"Iyaa." Gue pasrah, karena kalo gak nurut nanti mami dan papi marahin gue.

Gue pake dress warna putih yang waktu itu di kasih sama orang yang gak kenal. Gak tau kenapa gu kepengen banget pake nih dress.

Gue keluar kamar dan langsung di tarik ke kamar Cia. Gue udah pasrah.

"Udah selesai, jangan ngelamun mulu." Cia membuyar kan lamunan gue.

Sekarang rambut gue di blow bagian bawahnya serta di jedai olehnya.

"Lidya, Cia buruan turun ke bawah!" Mami teriak dari bawah.

"Ayok kak." Cia narik tangan gue, dan gue tetap pasrah.

Malam ini, bakal jadi malam yang panjang buat gue.

Kalo cowok nya jelek, atau apalah apalah, gue berniat untuk kabur. Hahaha. Semua nya udah gue rencanain.

"Mii, Lidya bawa mobil sendiri aja ya ?" Pinta gue.

"Gak boleh, nanti kamu berniat kabur. So, lo masuk mobil gue." Mami jahat huu. Oke fix rencana pertama gue gagal.

Sekarang gue udah di kursi penumpang, ya mami yang nyetir, Cia duduk sebelah mami.

Kami pun sampai di sebuah restoran mewah, dan kami langsung masuk, eh ralat yang masuk cuma mami dan Cia. Gue ?? Kaburr dulu.

"Lidya!!! Anak bandel banget kamu mau kemana ??" Mami pun melototin gue. Serem ihh.

"Iyaya Lidya balik." Rencana kedua gagal.

Kami masuk ke dalam dan kami menunggu calon pengantin pria, ehh maksudnya baru calon tunangan.

Tiba - tiba.

"Halo sist, maaf ya lama." Yang gue tau sepertinya ini ibu dari sang calon tunangan.

"Iya gakpapa kok, Lidya sabar nunggu calonnya." Mami mengisyaratkan buat mengangguk.

Gue pun mengangguk malas.

"Mom, sorry, I'm late." Suara cowok yang berat nge bass ya ampun, sepertinya ini calon gue.

"No problem sayang." Cihh anak sama emak alay. Ketika gue lihat wajahnya gue telusuri kayaknya gue kenal sama nih orang.

"GLEN??? WHATT ???" Gila gue syok jantungan gue mau dijodhin sama nih badboy, ih ogah gue mau nyari yang alim.

"Iya dia calon tunangan kamu." Ucap mama tegas.

"Mami! Dia itu temen Lidya, dan Lidya tau sifat dia gimana dia --" ucapan gue terpotong.

"Ya bagus dong kalo kamu tau." Ucap mami lagi.

"Mami dia ini playboy kelas kakap mamiiii, cobah dej ngertiin Lidya sekali aja." Gue pengen nangis, tapi gue tetep strong banget.

"Sayang tenangin emosi kamu dong." Kali ini yang ngomong bukan mami lagi tapi. Glen.

"Serah lo deh, dan terserah untuk kalian, gue gak bakal mah di jodohin sama tu cowok, OGAH." Gue pergi berlari keluar dari restoran tersebut dan sepertinya gue di kejar oleh Glen.

Gue memutuskan untuk bersembunyi di balik mobil orang.

Glen POV

Kemana tu cewek ? Main kabur aja.

Gue harus bisa dapetin dia, gimana pun cara nya.

Gue menelpon Lidya.

Maaf nomor yang anda tuju sedang sibuk.

Gue telpon lagi.

Maaf nomor yang anda tuju sedang sibuk.

Telpon lagi.

Maaf nomor yang anda tuju sedang sibuk.

Gue membanting hp gue.

"Lidya!!! Lo kemana ???? Arrgggghhhhh." Gue teriak terserah orang mau denger atau gak.

Lidya POV

10 missed calls.
Dan semua nya dari Glen.

Gue denger dari sini Glen teriak, dan ohh sialnya di mobil ini ada orang dan udah menghidupkan mesin mobil, gue pun masuk ke dalam mobil, terserah ni orang mau culik gue, jual atau gadain gue. Gue udah pasrah bang.

"Lo!!" Teriaknya dari dalem mobil.

"Lo!!" Shit. Teriak gue. Gue salah masuk mobil, dan berujung ketemu orang ini lagi. Yaa kalian permisah sudah tau siapa.

"Keluar sana! Najis mobil gue kotor oleh lo." Kalo gak karna Glen gue udah keluar dari ni mobil.

Gue membekap mulutnya. "Lo liat, gue di kejer sama orang gila, dan sekrang tugas lo nyelamatin gue."

"Siapa lo ? Mau nyuruh gue." Cerewet banget nih orang.

"Jalan atau gue yang jalanin ?"

"Iya bawel lo ahh." Dan akhirnya berjalan.

Selama perjalan terjadi awkward, sedih hayati karena gak tau mau ngomong apa.

"Ekhmm, lo mau gue anter kemana ? Dari tadi kita cuma keliling gak tau arah." Dia mulai percakapan.

"Serah lo mau bawa gue kemana, gue gak mau di jodohin, gue gak mau pulang kerumah." Gue frustasi sambil ngacak-ngacakin rambut sendiri.

"Gue laper, tapi gue mau buat makanan sendiri, lo mau ikut ke apartemen gue ?"

"Oke gue ikut." Gue pasrah dari pada tinggal di jalanan kolong jembatan, mending gue ikut ke apartemennya.

Sampai di sebuah apartemen yang sangat mewah sepertinya banyak pemilik pengusaha yang tinggal di sini.

"Woy! Lo mau turun gak ?" Di berteriak di telinga gue.

"Iya." Gue mengikutinya dari belakang.

Gue dan dia naik ke lif kira-kira lantai 9. Gilak tinggi banget nih apartemen.

Sampai di kamar no. 119, ketika masuk.

Ini apartemen atau istana ? Bagus banget, fasilitas nya lengkap banget. Walaupun gue sering liat yang kayak gini tempat apartemen mami. Tapi ini lebih bagus lagi.

"Buruan masuk, gue mau masak." Dia mai masak ? Demi apa ? Jarang ada lho cowok bisa masak.

"Gue bantuin ya ?" Pinta gue.

"Emang lo bisa ?"

"Jangan pernah meremehkan Lidya, bisa lah walaupun sedikit-sedikit."

"Ayo, malam ini kita buat yang mudah aja mie goreng. Gimana ?" Tanya nya.

"Oke, simple mah itu."

Kami pun mulai membuat mie goreng. Hahaha sebenarnya ini hal paling mudah di masak setelah masak air.

"Mie goreng ala Lidya udah siap untuk di hidangkan." Gue tersenyum manis ketika mencium aroma yang begitu lezat.

Dia udah makan mie nya duluan, mungkin dia sangat lapar.

"Gue udah selesai, kamar lo disitu." Dia nunjuk kamar gue yang berada tepat di sebelah kamar yang sepertinya kamar miliknya.

"Oke makasih ya." Gue tersenyum kepadanya.

"Gakpapa, cepetan lo abisin makanannya, terus cuci piringnya, matiin lampunya dan tidur." Dia tersenyum miring ke gue. Maksudnya apa itu ? Kok gue jadi kayak pembantu sih, sabar Lidya sabar, daripada lo di jodohin sama tuh playboy kelas kakap.

Who Are You ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang