{Bagian 1}
Aku tak tahu siapa orang ini, namun aku berharap orang ini bisa membawaku keluar dari situasi sekarang. Aku menyembunyikan wajahku tepat di dadany dan orang ini membawaku entah kemana. Namun kami berhenti dan masuk kedalam suatu ruangan. Aku sadar sekarang kami berada di dalam toilet.
"Apa ini?" Aku menatap wajah mengerikanku di cermin.
Orang tersebut menyalakan air dari wastafel dan membantuku membersihkan tumpahan kuah yang ada di sekujur tubuhku.
"Kamu ga papa kan?" Tanya pria itu.
Aku mengenali suaranya, aku tahu suara siapa ini. Aku mengalihkan pandanganku pada pria tersebut. Dan aku melihat pria itu benar-benar menatapku khawatir.
....
....
"Ar... da..nn" Ucapku pelan.
Aku menatap tak percaya pada orang yang saat ini berdiri tepat di depanku. Kenapa Ardan bisa ada disini dan untuk apa dia menolongku. Bukannya aku dan dia adalah musuh. Aku masih menatap tak percaya pada orang yang ada di hadapanku ini.
"Lo ga papa?" Tanya Ardan kembali.
Nada suaranya berubah, perasaan dia tadi memanggilku dengan sebutan 'kamu', namun sekarang kembali seperti Ardan yang sebelumnya. Cara dia berbicara sama seperti sebelumnya.
"Woy... gue nanya, lo gapapa?" Tanya kembali.
"Ah... iya, ga papa kok!" Ucapku mulai menyadarkan diri.
Aku kembali membasuh kaosku yang terkena tumpahan kuah. Bukan hanya itu, aku juga membersihkan semua kotoran itu dari wajah dan juga rambutku. Ardan tiba-tiba pergi entah kemana, namun akusedikit tak perduli dan kembali fokus untuk membersihkan pakaianku.
Untung saja kuah tersebut hanya membasahi tubuh bagian atasku saja, sedangkan celananku dalam keadaan bersih. Aku membasahi rambutku di wastafel, aku bahkan terlihat seperti orang yang sedang keramas. Tiba-tiba pintu toilet terbuka dan menemukan Ardan yang berdiri di ambang pintu.
Dia berjalan mendekat sambil membawa keresek besar. Aku menatap penasaran kearah keresek tersebut, namun yang kudapat hanya tatap tajam dari arahnya. Dia membuka keresek tersebut, dan mengeluarkan haduk dari dalamnya.
"Nih lo pake" Ucapnya singkat.
Aku mengambil handuk tersebut tanpa buang waktu. Aku mengelap air yang masih menetes dari rambutku. Aku terlihat seperti seseorang yang baru saja keramas. Ada beberapa orang yang masuk toilet ini dan menertawaiku. Meski tidak terang-terangan namun aku bisa merasakannya. Namun mereka berhenti tertawa saat Ardan menatap tajam kearah mereka.
Ardan kembali mengambil sesuatu dari keresek belanjaan nya itu.
"Nih pake" Dia melemparkan kaos berwarna pink keraahku.
"Apa ini?" Aku menatap tak percaya karena dia memberiku kaos berwarna pink dengan sebuah tulisan tepat di dadanya.
"My Men" Aku mebaca tulisannya. Dan ada tanda panah disamping tulisan itu.
"Tunggu, bukannya ini kaos couple? YAAA..... apa ga ada kaos yang lain? Huhh..." Aku sedikit sebal kearahnya.
"Kenapa ga mau?" Tanyanya dengan nada yang arogan.
"Tapi ini..... terlalu feminim, warna pink dan apa ini...'My men', kamu lagi becanda ya?" Aku menatapnya tajam sambil menunjuk kaos yang ada di tanganku sekarang ini
"So what? it's so cool..." Aku melihat senyum mengejeknya.
'Kalau keliatan cool, kenapa ga kamu aja yang pake' Gumamku dalam hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/59442148-288-k541804.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
180 Days To Be Perfect
General FictionOrang bilang harus selalu ada yang ditonjolkan apakah itu kepintaran atau ketampanan. Tapi sulit rasanya untukku, orang bilang aku tidak tampan tidak juga pintar tapi 'standar'. Oleh karena itu aku masih sendiri sekarang tanpa seorang spesial yang m...