{Bagian 2}
Aku lantas mendekatkan diri kearah mereka. Saat jarakku tinggal beberapa langkah, siswa tersebut membalikan wajahnya dan saat itulah aku menatap horor kearah mereka. Ada Fadi disana dan si wanita sundel.
"Na...tas...sya...." Ucapku kaget.
Natasya menatapku sendu, tapi tunggu apa dia tersenyum barusan. Dia pasti sedang berakting sedih sekarang. Dan benar saja beberapa detik kemudian aku melihat senyuman sinisnya saat kepala sekolah pergi sejenak.
'Cuh, dasar wanita iblis' Gumamku menghujatnya.
Aku mendudukan diri disamping Natasya yang menyebalkan ini. Sedangkan dari tadi Fadi hanya diam dan tersenyum kecil kearahku. Kepala sekolah kembali duduk dihadapan kami bertiga.
"Baiklah karena kalian bertiga sudah ada disini. Saya akan bertanya mengenai berita yang beredar di media sosial beberapa hari ini" Ucap Kepala sekolah kepada kami.
"Jadi apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya kepala sekolah. Aku tahu ini adalah saat yang tepat untuk menceritakan apa yang terjadi sesungguhnya.
"Jadi begini pak—"
"Saya sedih pak, saya benar-benar sedih dan kecewa" Ucap Natasya memotong omonganku. Wanita ini benar-benar menyebalkan sekali.
"Saya kecewa pak, saya sudah berpacaran dengan Fadi sudah lama, tapi dia... dia merebutnya pak" Tunjuk Natasya padaku. Dia berakting sedih dan beberapa kali menetskan air mata palsunya.
Aku sebal setengah mati. Ingin rasanya aku menjambak dan menamparnya habis-habisan. Tapi aku tak bisa, apalagi sekarang sepertinya kepala sekolahku sudah masuk dalam aktingnya Natasya. Sesekali Natasya diam sambil menangis sendu saat menceritakan kisah sedih bualannya itu.
"Jadi apa benar tentang yang dikatakan Natasya barusan?" Tanya bapak sekolah padaku.
"Tentu saja tidak seperti itu" Aku menjawab dengan tegas.
"Apa kamu ingin berbohong..., jujur saja.... kamu tahu, aku akan mengikhlaskan jika Fadi memang lebih memilih kamu... hikksss..." Natasya kembali membual. Aku menatap sebal kearahnya.
"Tidak, dia yang berbohong pak. Saya dan Fadi sudah lama bersahabat, dan tidak mungkin saya berpacar—"
"Dia gay pak, tentu saja dia bisa berpacaran dengan Fa—"
"SHUT UP NATT..." Teriak Fadi yang membuat semua orang yang ada di ruangan ini kaget.
Kami semua sempat terdiam saat mendengar Fadi berteriak. Namun setelah itu bapak kepala sekolah menenangkan kami semua. Kami disuruh untuk tidak membuat keributan di ruangan ini.
Pak kepala sekolah menyuruh guru BK untuk ikut menyelesaikan masalah yang ada diantara kami. Aku sudah berusaha jujur, namun Natasya kembali berakting seakan akan dialah korban yang tersakiti.
Kepala sekolah dan guru BK juga sepertinya lebih percaya padanya, karena mereka memegang bukti versi Natasya yang tersebar di line. Sedangkan aku sama sekali tidak memiliki bukti apapun.
Seberapa keras usahaku untuk menyakinkan Pak kepala sekolah dan juga Guru BK sepertinya tidak akan berhasil. Namun aku juga tidak mau disalahkan atas apa yang sama sekali tidak kuperbuat. Aku masih berpikir bagaimana caranya agar aku berhasil menyakinkan kepala sekolah.
"Apa yang tersebar di line sama sekali tidak sepenuhnya benar. Memang benar saya dan Fadi jalan bersama di mall itu. Dan benar saya juga menyuapi Fadi, tapi itu semua karena kita memang sudah sangat dekat." Terangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
180 Days To Be Perfect
Narrativa generaleOrang bilang harus selalu ada yang ditonjolkan apakah itu kepintaran atau ketampanan. Tapi sulit rasanya untukku, orang bilang aku tidak tampan tidak juga pintar tapi 'standar'. Oleh karena itu aku masih sendiri sekarang tanpa seorang spesial yang m...