3. I Saw You

97 11 8
                                    

Yena PoV
-----
"Selamat datang. Silahkan memilih meja yang nyaman bagi anda.", seorang pramuniaga berseragam seperti barista mempersilahkanku masuk. Aku baru saja memasukinya dan atmosfer luka telah merasuk ke jiwaku. Aku kembali mengambil meja nomor 9 yang nampak kosong tanpa satupun orang duduk di sana.

Baru saja tertarik oleh tanganku salah satu kursinya , aku diam. Seakan seluruh adegan kepedihan malam itu terulang. Tak terasa apa yang disebut orang ,hati. Utamanya milikku telah terluka selama 6 tahun. Tapi kenapa rasanya luka itu masih begitu segar ?

"Selamat senja , selamat menikmati menu unggulan kami.", seorang waitress memeberikan sebuah daftar menu.

"Emm saya pesen steak barbeque , sama tropic juice ya." ,aku mengembalikan daftar menunya. Diiringi live music acoustic yang meneduhkan hatiku masih sakit dalam angkara.

"Siapa yang mau ikut nyanyi bareng kita silahkan.", ucap si vokalis yang berambut cepak rapi khas cowok cool. Tiba tiba teringat kembali di malam itu ketika tiga lagu yang kuharap ditujukan untukku ,namun ternyata tidak. Aku berdiri ,aku ingin bernyanyi untuk diriku sendiri. Karena hari itu , di sini tak kudapat lagu yang kuharapkan.

"Cek.. cek satu dua." ,kataku mengetes bunyi mikrofon yang berdiri tegak di depanku.

"Perkenalan dulu mbak." ,bisik sivokalis.

"Oh iya , hay ,namaku Ana. Emm... Aku mau nyanyi lagu Andaikan dari Koes Plus. Dan lagi ini gie dedikasikan buat diri gue sendiri.", aku mulai memetik satu demi satu senar gitar yang tersusun rapi.

"Terlalu indah dilupakan.
Terlalu sedih dikenangkan
Di saat aku jauh berjalan
Dan kau kutinggalkan." , mengikuti alur cerita cintaku saat itu , walau hanya berlakon dalam 1 tahun , aku mengukir berjuta kenangan indah dengannya. Namun setiap kali otakku berputar untuk mengingatnya ,akan ada luka yang kembali menggores tipis namun tajam di hatiku.

"Betapa hatiku bersedih
Mengenang kasih dan sayangmu.
Setulus pesanmu kepadaku
Kau kan menunggu.", apa benar bait ini berkata sedemikian dengan kata yang diucapkan hatimu yang kutak tau dimana kini hatimu berteruh.

"Andaikan kau datang kembali.
Jawaban apa yang kan kuberi
Adakah jalan yang kau temui.
Untuk kita kembali lagi.", aku harap sesuai dengan alunan bait ini , semoga benar kau mampu menemukan jalan terbaik ,agar dalam sisa hidupku aku mampu mengenalmu ,yang tlah tak kutemui 6 tahun lamanya.

"Bersinarlah bulan purnama.
Seindah serta tulus cintanya
Bersinarlah terus sampai nanti
Lagu ini ku akhiri.", laguku berakhir ,begitupun petikan senar gitarku. Jantungku jauh lebih tenang. Tangisku menetes perlahan.

Dan seseorang yang tak jelas kulihat duduk di meja nomor 3 nampak menjauh dan lenyap di balik pintu kaca yang juga telah menjadi saksi lara sekitar 6 tahun yang lalu.

------
Its me Rendi

"Apa benar itu kamu?" , hatiku memberontak mendengar setiap lirik dari alun nadanya yang semakin matang , sejak terakhir kali telingaku mendengarnya bernyanyi dalam sendunya hujan yang menjebak kami senja itu. Namun mengapa kau sebut dirimu Ana? Bukankah namamu Yena?

"Gue balik duluan ya. Ini uangnya.", aku menyabet jas yang kutaruh di sandaran kursi ,menyerahkan 2 lembar uang 50 ribu an pada Aldi yang masih terpaku dengan suasana romantis akibat suara seorang gadis.

"Loh buru buru?" , tanyanya yang bingung melihatku gelagapan.

"E...e.. gu..gue.. lupa ,kalo ada operasi sekarang. Duluan ya.", aku keluar dengan segala ketidak percayaan bahwa dia telah kembali. Sudah berapa lama? Bagaimana kabarnya? Apa dia baik baik saja? Masihkah ia mengenalku? Masihkah dia merasakan hal yang sama sebagaimana dulu? Atau , apakah dia telah menemukan sosok yang jauh lebih baik dari pengecut macam aku?

Silent Way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang