12. Rendi's Little Family??

48 11 14
                                    

Yena here.

"Kamu pingin jalan jalan ke mana?", tanya Mada yang sedang menunggu berakhirnya penantian atas lampu merah yang masih betah memancar cahaya.

"Ke taman aja gimana?", aku mengusulkan. Suasana hatiku serasa ingin sekali berjalan dikelilingi bunga bunga dan segarnya gemericik air mancur yang menabrak genangan air di bawahnya.

"Kenapa nggak kemana gitu?", Mada mengelak. Tapi jujur hatiku sangat ingin mengunjungi taman.

"Ayolah. Aku pingin banget ke sana. Di seberang taman juga ada toko cake ice cream gitu. Ntar sekalian mampir.", memohon sekuat tenaga agar Mada mau. Dia mengambil nafas dalam

"Iya deh iya.", dia tersenyum,walau nampak begitu terpaksa.

"Yeay. Makasih.", aku tersenyum kegirangan. Mobil melaju kencang membelah ramainya jalanan Jogja senja itu. Matahari sudah mulai lelah dan perlahan turun dari peradabannya.

------

"Jalan ke arah air mancur yuk.", Mada menatapku tak senang.

"Ayolah.", aku kembali memohon dengan wajah memelas.

"Mager sayang.", Mada nampak begitu bad mood.

"Kamu keliatan lagi badmood. Denger suara air mancur pasti lebih tenang. Percaya deh.",aku mengerjap ngerjap meyakinkannya.

"Ayo Martian Mada Hanggara.", tubuhku beranjak dari kursi. Menarik lengan Mada yang berkacak pinggang. Dia menurutiku.

Kami berjalan lengang menatap anak anak yang sedang bermain di salah satu sisi taman. Melihat beberapa pasangan muda bercengkrama hangat mewarnai senja hari ini. Menikmati sinarnya yang menjingga dipantulkan air yang berkilauan cantik.

Kami mendapati sekitar 40 langkah. Dan pemandangan aneh nampak di mataku. Seorang lelaki yang sepertinya wajahnya begitu familiar, juga sang wanita. Mereka menggandeng seorang anak kecil berusia sekitar 3 tahunan. Wajah kecilnya tampan. Aku berhenti. Langkahku ikut menghentikan langkah Mada dan langkah 3 orang yang ada di hadapanku.

"Rendi.",aku berbisik lirih ,membuat Mada menggerakan lehernya menatap lurus ke depan.

"Pa , Ma ,kok berhenti?",tanya anak kecil itu. Papa? Mama? Apa Rendi ayah anak itu. Aku menatap lamat lamat wanita di sisinya. Dia orang yang kukenal. Dini Amirta. Aku diam.

"Pa!", ucap anak kecil itu kembali sedangkan Rendi hanya diam. Apa mereka sudah menikah? Apa karena itu Dini menunjukkan surat itu? Apa itu cara Dini agar aku menjaga jarak dari Rendi yang sepertinya telah menjadi suaminya?

"Yena.", Dini berkata panik. Dia melepaskan genggaman anak kecil yang memanggilnya mama. Kakinya yang jenjang berlari kecil ke arahku yang masih shock dengan apa yang kulihat.

"Ini nggak seperti yang kamu lihat Yena.",Dini mengambil tanganku yang tergantung di sisi masing masing tubuhku. Aku menatapnya ,lalu tersenyum walau sakit.

"Dia lucu banget Din.",aku menatap anak kecil itu lamat lamat. Dia terlihat bingung dengan tingkah laku kedua orang tuanya ini.

"Tapi Yen...",aku memotong perkataan Dini yang belum selesai.

"Selamat ya. Sorry aku baru tau kalo kamu punya anak. Dia lucu banget, maaf ya aku buru buru mesti pergi duluan. Bye.", aku berputar menarik lengan Mada yang hanya terdiam. Dini beberapa kali berteriak memanggil namaku ,namun aku tak lagi mampu membalikkan tubuh hanya untuk menangkap pemandangan bahwa mereka nampak sudah berkeluarga. Aku berharap Rendi yang memanggil namaku. Namun Rendi hanya diam. Tak.berkutik dari posisinya.

-------

Aku sampai di tempat parkir. Celingukan mencari mobil Mada , seketika saat Mada membuka kunci alarm nya yang dikendalikan remote kecil di genggamannya ,aku masuk. Mataku ikut memantul kan warna jingga yang indah milik senja. Menatap dari balik kaca mobil dengan hati yang terluka oleh perasaan ku yang tak seharusnya kumiliki. Tak sadar ,Mada sudah duduk di sampingku di bangku driver.

Silent Way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang