5. Partner?

63 10 3
                                    

Still Yena.

"Suster Sasa." , ucapnya ramah kemudian berdiri. Aku diam. Jarakku dengannya tak lebih dari 100 meter. Ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kacamata dengan frame warna hitam. Dikenakan pelan , dan diarahkan pandangnya padaku.

Jantungku serasa berhenti berdetak. Nafasku tak lagi berdesah. Hatiku menguak luka lama yang kukira telah sembuh seutuhnya. Orang yang pernah kukunjungi hatinya kini berdiri begitu dekat denganku. tatapan ganas mata itu jatuh ke dalam tatap mataku , menghancurkan semua kaca pelindung lukaku. Sungguh kah? Ini bukan mimpi?

"Oh iya dokter , ini dokter baru di bangsal VVIP . Dokter Ana. Dokter Ana , ini Dokter Rendi. ", sejenak kami benar benar diam. Saling meyakinkan bahwa itu memang dia.

--------

Sungguhkah itu dirimu Ananda Rayna?
Hatiku bertanya lirih , angin terasa menderu halus melewati telingaku. Dimana yang kudengar jelas hanya desah nafasnya berhembus.

Oh ya , it's me Rendi.

"Dokter Rendi kenal sama Dokter Ana?", pertanyaan suster centil itu menyadarkanku dari lamunan yang entah bagaimana berkecamuk memadukan rasa antara bahagia dan keheranan. Yang paling membuatku lebih tersentak adalah jawaban dari orang yang pernah dan hingga kini kucintai.

"Nggak kok sus , ini baru pertama kalinya , saya ketemu dokter Rendi. Salam kenal dok , saya Ana." ,diulurkannya tangan yang entah mengapa masih nampak sama sebagaimana tangan yang pernah kugenggam dan kudekap 6 tahun yang lalu. Namun jawabannya , membuat lidahku kelu untuk mampu membalasnya. Aku hanya mampu mengangguk menyetujui.

"Kalau begitu saya tinggal dulu ya dok. Silahkan menunggu direktur terlebih dahulu. Mungkin dokter bisa ngobrol ngobrol dulu. Saya permisi.", dia sedikit menunduk. Langkahnya semakin lama semakin menjauh. Hingga bahunya bahkan telah lenyap dari pandangku. Baru kusadari langkah Yena kini yang mendekat. Langkahnya mantap. Tak kurasa ada ragu. Dia duduk di sampingku. Tak ada kata , tak juga ada kata yang hendak terucap dari masing masing mulut kami yang masih mempunyai cadangan energi untuk mengungkapnya.

Tak lama, pintu ruang kerja direktur terbuka. Muncul dari baliknya dua lelaki dengan badan tegap dan wajah yang sama sama yah bisa dibilang berumur -tua- . Mereka masih asik tertawa ringan atas pembicaraan yang membuat mereka larut di dalamnya. Sedangkan kami , yang duduk di depannya haya menatap lekat mereka sambil bergerak pelan -serasa slow motion- berdiri mengikuti gestur mereka.

"Eh , sudah datang toh.", salah satu dari mereka beralih pandang ke arah kami. Kami hanya sedikit mengangguk sebagai gerak refleks menandakan kata "ya".

"Kalau begitu saya pamit dulu Pak Direktur. Mari. Mari dokter Rendi.", aku ikut tersenyum ke arahnya.

-----

Kami masih dalam segala rasa canggung yang senyap. Salah tingkah yang tak saling diperhatikan. Dan keterkejutan yang saling disembunyikan. Direktur masih sibuk mencari beberapa berkas dibantu sekrestarisnya. Kamipun demikian. Bukan sibuk mencari berkas ,namun sibuk mencari kata untuk membuka perbincangan. Hanya detak jantung jam yang tergantung di sisi kanan kami mengalun beradu dengan gesekan kertas tumpukan berkas milik direktur.

"Nah ini dia. Ini berkas berkas yang harus anda tanda tangan i dokter Rendi. Selain itu saya memanggil dua dokter hebat ini kemari adalah untuk memperkenalkan dokter Ana pada dokter Rendi begitupun sebaliknya karena kalian berdua akan bekerja sama menangani bangsal VVIP.", apa? Bekerja sama? Apa itu artinya? Kami adalah partner?

"Apa itu artinya kami partner?", tanyaku memperjelas ,atas hal yang masih menjadi sekelebat mimpi dalam desah nafas yang kudengar jelas.

"Ya dokter. Saya juga mohon anda memberi petunjuk tentang ruang kerja dan prosedur rumah sakit ini kepada dokter Ana.", lanjut direktur. Tak ada sahutan dari satupun mulut yang kini membeku.

"Sepertinya itu saja. Saya mau ada meeting jadi terima kasih atas waktunya. Saya harap kalian bisa bekerja sama dengan baik. Demi keselamatan pasien dan pastinya nama baik rumah sakit kita.", pertemuan diakhiri dengan jabat tangan dari masing masing kami.

----
Langkah kaki ini akhirnya kembali berayun sejajar dengan langkah kakinya sebagaimana dulu pernah kulakukan hal yang sama dengan orang yang sama. Namun dengan sikap yang berbeda. Masing masing dari kami menyembunyikan tangan di dalam saku jas putih kebanggaan setiap orang yang pekerjaannya keluar masuk ruang operasi.

Nafasnya berhembus terasa berat. Rambutnya dikuncir kuda , ia terlihat lebih panjang dari yang kutahu sebagaimana 6 tahun yang lalu. Jantungku jujur berdetak kencang hingga detik ini. Kami bahkan belum sempat bersaut kata secara pribadi.

"Kamu apa kabar?", langkah kami sampai di lorong kaca lantai 2 ,dan refleks mulutku mengucapkan kata itu ,mungkin karena suasananya lebih hening dari tadi. Jelas terlihat dia sedikit terkejut. Nafasnya kembali dihembuskan berat melalui mulut. "Baik.", jawabnya singkat. Diarahkan wajah mungil nan cantik itu ke arahku , senyumnya nampak tak tulus. Hanya senyum masam dan terpaksa yang kutangkap dari wajah yang kini menggurat sikap dewasa dalam dirinya.

"Kamu sendiri gimana?", seeettttt.. pupilku melebar. Seperti ada peluru yang mendarat menembus tulang rusukku.dia bertanya tentang keadaanku. Sungguhkah? Takkah ini hanya mimpi?

"A..a..aku baik.", terdengar gagap tak sebagaimana yang aku harapkan.

"Udah kuduga.", sambungnya. Yang tak kumengerti adalah apa maksud perkataannya barusan. Aku sudah terlalu gugup untuk memikirkan hal itu kini. Aku tidak ingin menyia nyiakan kesempatan besar ini. Kesempatan dimana dia mau berbincang denganku. Walau baru 3 kalimat pendek yang kira kira hanya 6 kata terlontar darinya. Akanku alihkan pembicaraan kami.

"Eee, akhirnya sekarang udah jadi dokter ya." ,jawabku sambil tersenyum walau masih berkecamuk pertanyaan atas pernyataan yang ia berikan padaku.

"Kamu juga kan.",jawabannya dingin. Terasa benar masih ada luka di hatinya yang terdalam. Kebingungan menyelimuti perbincangan singkat yang dingin siang ini.

"Eh mau minum?", aku menawarkan. Karena baru saja kusadari ada sebuah mesin minuman di dekat kami. Mungkin 2 kaleng isinya mamou memecah dan ikut mencairkan suasana.

"Biar aku aja yang ambil. Aku yang traktir.", dia menimpali , katanya terdengar masih sama. Dingin nya melebihi dingin es di kutub utara.

"Tapi kan...", paling tidak aku tak lagi ingin menjadi pengecut.

"Udah nggak papa. Kan aku anak baru di sini.",ia menyunggingkan selarik senyum yang menjadi pelepas dahagaku selama 6 tahun ini. Senyumnya adalah hal terindah yang pernah kutemui di dunia. Dan dari senyumnya lah aku merasa selalu bersyukur atas anugerah Tuhan yang telah menciptakannya.

Tubuhnya kian mendekat dengan mesin itu. Diambil beberapa lembar uang berwarna ungu dari sakunya ,dimasukkan jelas ,ke mesin itu. Ditekannya 1 tombol yang sama sebanyak 2 kali. Menandakan kita akan minum sesuatu yang berasa sama. Sebagaimana kuharap ia pun merasakan apa yang kurasa.

Dia menunduk dan tak lama bunyi benda logam jatuh terdengar menggema di bawah mesin.

"Aduh kalungku.", dirabanya bagian leher yang mungkin sebelumnya telah tergantung sesuatu di lingkarnya.

"Kenapa?", aku mendekat.

"Kalungku jatuh." ,refleks tanganku mulai merogoh space di bawah mesin itu. Seperti yang telah terlihat di sudut kerling matanya, hal yang tengah kami cari ini begitu berarti baginya.

"Bentar ya.", aku menyanggupi. Tak lama , dering handphonenya menyapa telinga kami. Dilihatnya sebentar layar hape yang sesekali berkedip itu.

"Aku permisi.", dia berlalu dengan meletakkan sebuah handphone dekat dengan telinga kanannya. Tubuhnya sudah lenyap dari pandanganku. Dan ,,, aha. Ini dia.

"Ah akhirnya ketemu.", kulihat lekat lekat sebuah kalung mas putih nampak putus di satu sisi dengan sebuah gantungan berbentuk cincin menyatu dengannya. Namun , setelah kuamati lebih dalam itu bukan gantungan berbentuk cincin ,lebih tepatnya itu memang cincin asli yang digantung dalam kalung. Dan yang membuat matalu terbelalak lebar adalah kata yang tertulis di lingkar dalamnya. Kata itu adalah
MARTIAN MADA HANGGARA.

Nb :
Pinginnya sih ngepost pas mau buka gitu . Tapi karena udah pingin banget nge post ,jadi di post sekarang hoho 😅nah buat readers yang muslim ,selamat menjalankan ibadah puasa ya!! 😊semoga lancar. Hope you enjoy it. See ya 😁💃

Silent Way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang