"Oh.. Begitu? Kamu kabur karena takut pada gurumu yang galak itu? Hahahaha....." Tanya Gina padaku sambil tertawa terpingkal-pingkal. Hhh -_-
"Iih.. Iya, dia sih! Eh maksudnya, Bu guru nya sih! Nyebelin. Masa, karena satu tugas tak dikerjakan, jadi lima tugas yang harus dikerjakan. Kan aneh" jawabku
"Aneh apanya? Ahahaha..." Gina balik bertanya.
"Ya aneh aja sih, menurutku itu aneh. Tidakkah kamu mengerti?" jawabku sambil mendelikkan mataku.
"Ishh jangan marah dong.. Ahaha. Habis, kamu lucu sih"
"Ih iya aku marah, habis kamu nyebelin sih!"
"Iya udah deh, maaf yaaa... Afwan banget." katanya. Afwan?
"Afwan? Apaan?" yang aku penasaran.
"Aku juga tidak tahu, tapi teman temanku suka berucap seperti itu. Ketika mereka meminta maaf" jelasnya
"Ooh gitu ya" jawabku
"Ya, oh iya kamu belum berhijab? Apa tidak akan berhijab?"
"Nanti saja lah, kalau aku sudah menikah. Kan sekarang, aku masih SMA kelas 2. Nanti kurang modis. Aku juga gak mau buangin baju-baju aku. Lagipula, baju-bajuku sopan semua kok. Tidak ada yang vulgar alias sexy, hehe..." jawabku
"Eh mengapa begitu? Allah telah mewajibkan kita untuk berhijab. Dalam surah.. Apa ya? Lupa nih. Oh ya ada juga hadits Rasulullah yaitu : tidak diterima shalat wanita yang telah dewasa kecuali ia berkhimar ( berhijab ). (HR. Ahmad. Abu Daud. Thirmidzi dan Ibnu Majah). Bagaimana sekarang? Masih mau mengulur waktu untuk berhijab? Oh ya, tadi juga kamu sudah membeli buku yang judulnya Mari Berhijab. Masih mau buka aurat?" jelas Gina padaku.
Penjelasan Gina berhasil membukakan pintu hatiku. Aku termenung mencerna kata demi kata yang Gina ucapkan. Hatiku semakin terbuka, dan aku menemukan jawaban. Hatiku mulai memilih. Jalan yang baru. Setelah sekian lama, kesadaran itu tersembunyi dalam hatiku. Aku tahu, bahwa seharusnya wanita menutup auratnya. Tapi hatiku tertutup mengakuinya. Ya Allah, mengapa aku baru sadar sekarang? Maafkan aku Ya Rabb..
"Gin, kamu benar. Aku harusnya udah dari dulu pakai hijab. Aku juga sudah sering di perintah untuk berhijab oleh mama dan papa. Hanya saja, mama dan papa tak begitu memaksaku. Sehingga aku masih membuka auratku. Astaghfirullah... Kemudian, mengenai hadits yang kamu beritahu padaku tadi? Apakah berarti shalatku selama ini tak diterima oleh-Nya?"
"Menurut hadits sih ya seperti itu. Kamu ingin berhijab?"
"Ya Gina, aku ingin berhijab. Bisakah kamu membantuku?"
"Tentu, apa yang bisa aku bantu?"
"Ajari aku berhijab."
"Baiklah, kapan?"
"Sekarang, kamu tidak sibuk kan?"
"Tidak kok, bagus! Ayo ikut aku!" Gina menarik tanganku. Kemudian kami berdua beranjak pergi ke sebuah tempat. Entah tempat apa.
***
"Assalamualaikum Ummi... Wa Abi..
Gina pulang. Bawa temen." Gina teriak teriak tak karuan sambil memasuki sebuah rumah. Ya, sepertinya ini rumahnya. Begitu sederhana. Dan, sejuk sekali."Wa'alaikumussalam Ya Allah Gin, kamu jangan berteriak seperti itu. Tidak baik." jawab seorang wanita berrrhijab panjaaaang. Mirip seperti hijab yang mama kenakan. Wajahnya mirip dengan Gina. Sepertinya wanita ini, adalah Ummi nya Gina.
"Hehe .. Afwan mi.. Gina lagi seneng. Oh ya, kenalin ini temen Gina. Namanya Rigelia. Tapi aku panggil dia Lia. Ummi juga panggil nya Lia aja." kata Gina. Aku pun menyalami tangan Ummi nya Gina.
"Ooh, ya, ada apa ? Sepertinya Ummi baru lihat kamu sekarang. Kalian sudah berteman lama?" tanya Ummi padaku sambil tersenyum. Cantik sekali.
"Tidak Ummi, saya baru saja kenal dengan Gina tadi. Ketika saya dan Gina tak sengaja bertabrakan di jalan. Hehe.." jawabku sopan.
"Ooh, begitu. Iya, oh ya Gina, mana belanjaan Ummi?"
"Oh ya, sebentar. Gina ambilkan."
***
"Oh begitu, jadi kamu ingin berhijab dan meminta bantuan Gina?" tanya Ummi kepadaku.
"Iya mi, saya baru sadar sekarang. Ternyata hijab itu penting sekali bagi seorang muslimah." jawabku.
"Ooh begitu, ya silakan. Memang, hijab itu wajib dikenakan bagi semua muslimah, seharusnya sih. Tetapi zaman sekarang, ada pula yang mempermainkan hijab." jelas Ummi. Aku tambah mengerti. Tapi..
"Maksud Ummi mempermainkan hijab?" aku kurang mengerti bagian ini.
"Ya, mempermainkan hijab. Seperti, sekarang kan sudah mulai banyak para muslimah yang mengenakan hijab. Namun, mereka masih berhijab setengah-setengah. Mereka hanya terlihat cantik di mata manusia. Namun, mungkin saja terlihat hina di hadapan Allah. Begitu. Apakah kamu paham nak?" tanya Ummi padaku.
"Ya Lia paham mi. Terimakasih penjelasannya."
"Ya sama-sama nak Lia."
Gina tersenyum ke arahku. Aku membalasnya.
***
Allahu akbar Allahu akbar....Adzan dzuhur tlah berkumandang. Aku diajak Gina untuk shalat berjamaah di mesjid. Bersama Ummi juga santriwan santriwati di pesantren milik orang tua Gina. Oh ya, aku lupa memberitahu. Gina adalah seorang anak kiayi. Pantas saja, sudah berhijab syar'i. Shalehah pula.
***
Setelah shalat dzuhur, aku diajak Gina pergi ke toko hijab. Ya, memang aku berniat berhijab esok hari. Jadi aku memutuskan untuk membeli hijab yang cocok untuk pergi ke sekolah. Selama ini, aku belum pernah mengenakan hijab ke sekolah. Hmm.. Bagaimana ya reaksi teman-teman dan guru-guruku?***
Aku berjalan disamping Gina. Melewati sebuah jembatan kayu yang terdapat sungai dibawahnya. Ya, rumah Gina ternyata di pedesaan. Namun tak terlalu jauh pula dari kota. Kami hanya perlu naik satu kali angkot untuk menuju pusat kota. Namun kali ini ternyata Gina bukan mengajakku ke kota. Melainkan pasar tradisional.
"Ku kira, kamu akan mengajakku ke kota." ucapku pada Gina.
"Hehe, kamu belum tahu sih. Toko hijab ini, sudah terpercaya olehku dan keluargaku. Selain bahannya bagus, kualitas bagus, harganya juga bagus. Hehe.. Jadi, kamu gak perlu banyak uang buat beli satu jilbab. Apalagi 2. Bisa dapet discount lhoo.. Haha" jelas Gina. Ternyata Gina ngakak juga orangnya. Haha
"Ahaha.. Ya udah yuk, masuk." jawabku. Gina hanya mengangguk tersenyum.
***
To be continue...
Mana ini vommentnya? Ayo dong vommentnyaa.. Biar authornya semangat update. Gimana nih ceritanya? Rame gak?
Syukran, yang udah baca dan vote. Aku harap, tulisanku bermanfaat. Aamiin..
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijab Story
SpiritualRigelia, seorang perempuan tak berjilbab. Yang akhirnya mendapat hidayah. Perjuangannya dalam menjalani hidup baru dengan hijabnya, hubungannya dengan sahabat-sahabatnya yang tiba-tiba runtuh, hingga hubungannya dengan Fadil yang harus berhenti. Apa...