- 05 -

6.4K 719 21
                                        

[Yewon POV]

Siang ini, ketika aku sedang menonton televisi tiba-tiba saja aku dengar telepon rumah milik Wonwoo-ssi berdering.

Aku yang kebetulan berada di samping telepon menoleh. Segera, kuangkat telepon itu. Siapa tahu itu adalah telepon penting atau semacamnya.

"Yeoboseyo?"

"Choi Yewon? Ini aku."

Aku kenal suara ini. Dia pasti Wonwoo-ssi.

"Mianhae, tapi bisa kau bawakan amplop yang ada di atas meja samping tempat tidurku ke rumah sakit?"

"Tempat tidur? Chamkanmanyo."

Aku melangkahkan kakiku cepat menuju kamarnya. Lalu kupegang gagang pintu dan langsung membukanya.

Aku masuk kemudian berjalan menuju meja yang terletak di samping ranjang Wonwoo-ssi dan aku menemukan sebuah amplop coklat besar disana.

"Yeoboseyo? Kau masih disana Wonwoo-ssi?"

"Ah, ne. Bagaimana? Kau menemukan amplopnya?"

"Amplop besar berwarna coklat?"

"Ne."

Bisa kudengar helaan nafas lega disana.

"Kalau begitu kututup teleponnya."

Tuuut...

Sambungan telepon di putus sepihak.

Kupegang amplop besar ditanganku sambil melihat sekeliling kamar Wonwoo-ssi.

Walau sudah hampir sebulan aku tinggal disini, tapi ini baru pertama kali aku masuk ke kamarnya. Begitu rapi dan bersih.

Aku kemudian melangkah keluar dan berjalan menuju kamarku. Mengganti baju, dan bersiap untuk mengantarkan amplop ini pada Wonwoo-ssi.

***

"Jeon Wonwoo Seonsaengnim dari departemen bedah?"

"Eh?"

"Dokter spesialis bedah jantung, tepatnya."

"Ah, Kim Seonsaengnim. Anyeonghaseyo."

Aku menolehkan kepalaku kearah sumber suara yang berada tepat di belakangku dan aku menemukan Kim Mingyu-ssi disana. Lengkap dengan jas putihnya. Membuatku terpaku sesaat.

Kim Mingyu-ssi benar-benar terlihat tampan jika seperti ini.

"Yewon-ah? Gwenchana?"

Aku terkejut ketika merasakan tepukan pelan dibahuku. "Gwe-gwenchanayo."

Kulihat Mingyu-ssi manggut-manggut. Lalu ia melirik amplop coklat yang kupegang. Ia kemudian tersenyum.

"Amplop untuk hyung, ya," lalu sepasang irisnya kembali menatapku. "Dia kelihatan cemas waktu menelepon. Lucu sekali."

"Begitukah?" aku bertanya dan bisa kulihat Mingyu-ssi mengangguk.

"Biar aku saja yang antarkan amplopnya," ia menjulurkan tangannya padaku. Bermaksud memintaku untuk memberikan amplop coklat ini kepadanya.

"Ah..." aku menundukkan kepalaku. "Jeoseonghamnida. Tapi aku ingin menyerahkan amplop ini padanya langsung."

Mingyu-ssi terlihat sedikit terkejut sesaat. Namun, ia akhirnya kembali tersenyum. "Oh, baiklah."

"Kalau begitu apa kau tahu dimana ruangan Wonwoo-ssi? Bisakah kau mengantarku, Mingyu-ssi?"

Love You, Cousin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang