- 01 -

8.7K 864 23
                                    

[Yewon POV]

"Ini adalah kamarmu sekarang. Maaf kalau terlalu sempit."

Aku mengedarkan mataku mengelilingi ruangan yang akan jadi kamar tidurku untuk beberapa waktu ke depan. Lalu beralih menatap lelaki di sampingku yang sekarang juga tengah melirik ke arahku.

"Jeoseonghamnida. Aku pasti merepotkanmu," aku memutar tubuhku, lalu dengan segera membungkuk dalam ke arahnya.

"Sudahlah. Lagipula mereka tidak akan mendengarkanku."

Aku mengangkat kepalaku untuk menatap wajahnya, bisa kulihat ia kini tengah menutupi wajah dengan satu tangannya sambil menggelengkan kepalanya pasrah.

Kemudian, tanpa merespon ucapannya, aku mengalihkan pandanganku ke jendela kamar. Mengingat percakapan antara sanak saudara yang membuatku berakhir di apartemennya seperti ini.

-Flashback-

"Tidak mungkin. Apa yang kalian bicarakan?!"

Kulirik lelaki disebelahku yang kini tengah menatap seluruh anggota keluarga dengan panik.

"Ti-tidak mungkin laki-laki dan perempuan yang masih muda tinggal bersama 'kan."

Aku kembali mengarahkan pandanganku kearah sanak saudaraku. Menyimak apa yang sedari mereka bicarakan perihal tempat tinggal baruku.

"Yewon-i tidak apa-apa 'kan?"

Kali ini kuarahkan pandanganku kearah kakek dan nenekku yang kini juga tengah menatapku penuh harap.

"Kau tidak apa-apa 'kan? Iya 'kan?"

Aku terdiam sesaat sebelum menganggukkan kepalaku. "Iya," jawabku pelan, tanpa melihat kearah lelaki itu.

"Lihat, Yewon sepertinya senang bisa tinggal denganmu," nenekku tersenyum.

"Kalau begitu, kami percayakan Yewon padamu, Wonwoo-ya."

"Aish... yang benar saja," tak sengaja aku mendengar gerutuannya. "Ini tidak mungkin."

---

"Kau sudah SMA, jadi bisa melakukan apapun sendiri 'kan?" ia bertanya. "Aku kerja. Jadi jarang di rumah."

Aku tersadar dari lamunanku begitu mendengar suaranya. "Iya," aku menganggukkan kepalaku.

Lelaki ini bernama Jeon Wonwoo. Dia adalah anak tiri dari kakak laki-laki ayahku. Jadi, bisa dibilang kami adalah sepupu yang tidak mempunyai hubungan darah.

Saat meninggalnya eomma, adalah saat pertama kali aku bertemu dengannya selepas ia melanjutkan sekolah kedokteran di Jerman. Jadi jangan heran kalau aku dan dia tidak begitu akrab seperti sepupu kebanyakan.

"Mulai sekarang kau akan tinggal bersamaku. Tak banyak peraturan disini. Jadi jangan terlalu kaku dan anggaplah rumah sendiri," ucapnya seraya berbalik. Hendak meninggalkanku.

"Terimakasih banyak atas bantuannya, Ahjussi," aku kembali membungkukkan badanku dalam.

Mengucapkan terimakasih padanya, mungkin bisa membuat suasana hatinya lebih baik.

"Jangan panggil aku Ahjussi. Aku masih berumur 20-an."

Aku mengangkat kepalaku. "Jeoseonghamnida. Ka-kalau begitu aku akan memanggilmu.... Wonwoo-ssi."

Kulihat Wonwoo-ssi menghela nafasnya. "Hm," sahutnya. "Istirahatlah. Besok kau harus sekolah 'kan?" ia bertanya seraya kembali berjalan meninggalkanku.

Love You, Cousin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang